Analisis Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) Dan April Jasmin Di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Hilmi Awwaabi

Nim 109051000031

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Juli 2013


(5)

i

(SOLMED) dan April Jasmin di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012

Infotainment yang kita kenal sebagai program acara yang menyuguhkan berita dari kalangan selebriti. Dewasa ini ada penambahan objek pada pemberitaannya, selain selebriti kini tokoh masyarakat seperti ustadz sering pula muncul beritanya di infotainment dengan bingkai islami atau tidak. Pada pemberitaan ustadz di infotainment setidaknya memberikan warna tersendiri bagi khalayak. Namun sangat disayangkan pemberitaan seorang ustadz di infotainment ini, sering disamakan dengan artis populer lainnya. Selain itu ustadz yang sering muncul di infotainment merupakan ustadz yang mempunyai program televisi.

Setiap media mempunyai caranya masing-masing dalam menyajikan berita, maka dari pemaparan di atas tadi dapat diambil rumusan masalahnya adalah bagaimana infotainment Was-Was mengkontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin pada tanggal 23 Oktober 2012?

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode analisis framing sebagai teknik pengambilan datanya, dengan analisis framing kita akan mengetahui bagaimana suatu berita dipahami dan dikontruksi oleh wartawan, data yang diperoleh lalu diolah dengan menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki, karena peneliti akan melihat kontruksi berita pada teks berita yang muncul.

Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa kontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012, dilihat dari lead beritanya infotainment Was-Was menggunakan lead why karena tema berita yang diambil merupakan tema keharmonisan keluarga kecil ustadz Solmed sehingga lead yang diambil merupakan latar informasi dari berita sebelumnya yang mana berita ustadz Solmed sebelumnya ditenggarai terkena musibah. Dalam bentuk kalimatnya infotainment Was-Was banyak menggunakan gaya bahasa metafora, walau demikian gaya bahasa yang dipakai tidak sukar untuk dipahami oleh khalayak.

Sebagai infotainment yang mempunyai hubungan baik dengan ustadz Solmed, infotainment Was-Was dalam pemberitaannya tanggal 23 Oktober 2012 segment ke-4 terdapat unsur gosip yang tertera dalam petikan kalimat pada lead-nya walau begitu tidak ada titik tekan pada kalimat yang berunsur gosip tersebut, karena penekanannya lebih kepada keharmonisan keluarga ustadz Solmed saat ini.


(6)

ii

Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi besar Muhammad SAW. Amin.

Akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun materi. Maka dengan itu peneliti kiranya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pembantu Dekan Bidang Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan Bidang Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal MA, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs. Studi Rijal LK, MA.

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.Si yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada di kampus ini.

3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Hj. Umi Musyarofah, MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai akademis di kampus tercinta ini.


(7)

iii

5. Dra. Armawati Arby, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbng peneliti dalam menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

6. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti selama peneliti berada pada masa kuliah.

7. Pengawas Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang menunjang untuk skripsi ini.

8. Pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang menunjang untuk skripsi ini.

9. Keluarga tercinta, H. Komaludin dan Neneng Rohmatillah serta kakak-adik tercinta yaitu Siti Risalti, Fadhilah Ulfah, Wilda, dan Misika Shofa.

Yang telah memberikan dukungan berupa materi serta do’a yang tulus dan

menjadi motivasi bagi peneliti.

10.Herri Hermawan, Mbak Ani, Mbak Mira dan segenap redaksi infotainment Was-Was yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian


(8)

iv

12.Sahabat-sahabat KPI A angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban yang tidak akan terlupakan. 13.Tak lupa teman-teman di ponpes Daar el-Hikam, Hafis, Komar, Afwan,

Amir, Erwin, Ghozali dan yang lainnya, peneliti ucapkan terima kasih karena telah membantu peneliti dalam mennghadapi kesulitan dalam penelitian ini.

Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan, semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun besar harapan peneliti bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca. Amin


(9)

v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Dan Rumusan Masalah ... 6

1. Batasan Masalah... 6

2. Rumusan Masalah. ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Kerangka Konsep ... 10

G. Metodologi Penelitian ... 11

1. Metode Penelitian... 11

2. Paradigma Penelitian... 12

3. Subjek Dan Objek Penelitian ... 13

4. Tahapan Peneltian ... 13

a. Teknik Pengambilan Data ... 13

b. Teknik Pengolahan Data ... 15

H. Sistematika Penulisan... 16

BAB II KERANGKA TEORI A. Konseptualisasi Berita ... 18

1. Pengertian Berita ... 18

2. Nilai Berita ... 20

3. Jenis Berita ... 22

4. Berita Dalam Pandangan Kontruksionis ... 23

B. Teori Kontruksi Sosial... 25

C. Konseptualisasi Infotainment ... 31

E. Konseptualisasi Framing Model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki ... 33

BAB III PROFIL PT. CREATIVE INDIGO PRODUCTION DAN PROFIL USTADZ SOLEH MAHMUD (SOLMED) A. Profil PT. Creative Indigo Production ... 39

B. Profil Ustadz Soleh Mahmud (Solmed)... 43

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin di Infotainment Was-Was... 45


(10)

vi

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(11)

vii

Tabel 5: Script Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin... 48

Tabel 6: Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh


(12)

viii

Gambar 4: April Jasmin Menyuapi Ustadz Solmed ... 59

Gambar 3: Ustadz Solmed Dan April Jasmin Bercanda ... 59

Gambar 6: April Jasmin Mencium Tangan Ustadz Solmed ... 60


(13)

ix

Lampiran 3: Script Berita ... 70

Lampiran 4: Alur Produksi Berita di Infotainment ... 72

Lampiran 3: Struktur PT. Creative Indigo Production ... 73


(14)

1

Dewasa ini dunia penyiaran berkembang sangat pesat ini dibuktikan dengan semakin banyaknya stasiun televisi baru yang bermunculan sehingga masyarakat harus pintar-pintar memilih suatu tayangan televisi, karena tak semua tayangan yang ditayangkan di televisi bersifat mendidik.

Jika kita melihat tayangan televisi belakangan ini banyak program/tayangan televisi yang mempunyai ratting yang tinggi, infotainment misalnya, tayangan ini bisa kita jumpai dari pagi hari sampai sore, sehingga dihampir semua stasiun televisi mempunyai tayangan infotainment baik itu diproduksi oleh stasiun televisi maupun bekerja sama dengan pihak rumah produksi.

Infotainment di pertelevisian Indonesia merupakan tayangan yang memberikan suguhan informasi dari ranah hiburan berupa berita-berita dari dunia para artis. Namun sangat disayangkan konten dalam infotainment ini dianggap sebagian kalangan terlalu berlebihan, di mana dalam konten beritanya sering memberitakan tentang kehidupan privasi para artis, seperti perceraian, perselingkuhan, perselisihan dan lain-lain. Hampir semua sisi kehidupan dari seorang publik figure, infotainment menjadikannya sebuah berita. Sementara pada dasarnya infotainment identik dengan menghibur1.

1


(15)

Beberapa kalangan menilai bahwa berita di infotainment mempunyai ratting yang paling tinggi di masyarakat dan dalam pemberitaannya yang paling penting masyarakat senang terhadap apa yang disajikan oleh infotainment, di dalam hal ini muncul spekulasi terhadap infotainment yang terkadang menampilkan berita yang dibuat-buat bahkan tidak jarang ada kerjasama antara artis dan wartawan untuk memunculkan berita sesuai pesanan2.

Infotainment terbukti digemari oleh masyarakat, walaupun dalam peliputannya sering memasuki wilayah pribadi narasumber dan terkadang mengabaikan kode etik jurnalistik3. Walaupun berita yang ditayangkan nyaris tidak mendidik bagi khalayak, namun berita di infotainment tetap memiliki nilai berita karena berita yang diangkat menyangkut kehidupan para orang terkenal dengan keterkenalannya beritanya sering ditunggu-tunggu oleh khalayak4.

Akan tetapi dalam berita tertentu infotainment selalu menghadirkan seorang ustadz yang biasanya memberikan solusi permasalahan, mengomentari dari segi keislaman tentang berita yang diangkatnya ataupun memberitakan gaya hidup dari sang ustadz tersebut. Dalam mengangkat berita seorang ustadz disadari atau tidak telah memberikan warna tersendiri dalam pemberitaan di infotainment, walaupun hanya sekedarnya dalam pemberitaan tersebut setidaknya ada sisi positif yang bisa diambil, jika dalam pembingkain beritanya melihat dari sosok ustadz-nya seperti gaya hidup seorang ustadz yang Islami atau dimintai komentar dari pandangan Islam. Hampir di semua infotainment sekarang ini mulai ada

2 Musta’in, Dramatisasi Bisnis

Infotainment Antara Profesionalisme Dan Idealisme, Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, V.5, no.2 (STAIN Purwokerto: Juli – Desember, 2011), h.269

3

Iswandi, Syahputra, Jurnalistik Infotainment “kancah baru jurnalistik dalam industi

televisi” (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), h.105

4


(16)

penambahan objek berita yang dulu objek beritanya hanya kepada artis dan pekerja dunia hiburan saja tapi kini pemuka agama pun seperti ustadz dijadikannya sebagai objek berita.

Di dalam infotainment seorang ustadz sering sekali jadi perbincangan baik itu mengenai gaya hidup sampai ranah privasi seorang ustadz yang baik atau pemberitaan yang buruk, hal ini disebabkan karena bingkai infotainment yang lebih menonjolkan berita sensualitas saja tanpa melihat dampak yang terjadi pada masyarakat.

Menurut Bungin setiap hari media massa berfokus kepada isu-isu penting yang sifatnya sensualitas, maksudnya yang berhubungan dengan seks, syahwat, dan hal-hal yang terkait dengannya5. Hal ini tentu agar menarik simpati pada khalayak, karena jika berita tidak dimuat secara sensualitas maupun menyentuh perasaan biasanya khalayak tidak akan memperhatikan berita tersebut.

Dalam kasus pemberitaan di infotainment ini khususnya berita seorang ustadz, infotainment menjadikan beritanya sebagai berita yang hanya memperlihatkan sensualitasnya saja, sehingga pendidikan bagi khalayak tidak ada. Sebenarnya tidak semua berita infotainment itu tidak mendidik, bisa saja beritanya mendidik tetapi tergantung redaksi infotainment itu sendiri membingkai suatu berita. Misalnya berita yang ditayangkan tentang gaya hidup Islami seorang ustadz yang mana berita akan menjadi informasi yang berguna bagi masyarakat bila dikemas tidak secara berlebihan.

5

Burhan Bungin, S.sos, M.si, Sosiologi komunikasi “Teori, Paradigma, Dan diskursus Teknologi Komunikasi” (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cetakan ke-3, h.205


(17)

Tapi dalam penampilannya infotainment cenderung menjadikan berita sebagai komoditas pasar, artinya berita tidak lagi menjadi sebuah informasi melainkan berita sudah berubah seperti barang dagangan6. Hampir semua media massa sekarang ini tidak lagi memikirkan aspek penting dari berita tersebut, apakah berita yang dibuat itu berdampak negatif atau positif terhadap masyarakat, tapi yang terpenting dari berita sekarang bagaimana media massa membuat suatu berita dengan semenarik mungkin agar khalayak tertarik.

Sehingga berita yang seharusnya menjadi sebuah informasi yang berguna untuk masyarakat, dengan berubahnya berita menjadi sebuah produk yang diperjual belikan, kini sebuah berita akan mengikuti selera pasar dan yang menjadi tujuan bukan lagi memberikan pendidikan bagi masyarakat tapi hanya mencari keuntungan materi belaka.

Ustadz Soleh Mahmud atau yang lebih dikenal ustadz Solmed merupakan salah satu ustadz yang sering muncul di infotainment dari sekian banyak ustadz yang sering muncul di acara-acara televisi, hanya ustadz Solmed yang selalu diijadikan objek pemberitaan oleh beberapa infotainment, tak hanya menjadi objek pemberitaan saja ia juga sering dimintai komentar-komentarnya terhadap sejumlah pemberitaan di infotainment sehingga membuat nama ia semakin popular di masyarakat.

Pada penulisan skripsi ini peneliti akan menganalisis framing tentang berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin di infotainment Was-Was yang diproduksi oleh rumah produksi Creative

6

Ana Nadya Abrar, Bila Fenomena Jurnalisme Direfleksikan (Jakarta: Pusaka Sinar Harapan, 1997), h.206


(18)

Indigo Production, infotainment ini tidak jauh berbeda dengan infotainment lainnya namun pada saat-saat tertentu infotainment ini sering mengangkat berita seorang ustadz terutama ustadz Soleh Mahmud (Solmed). Tayangan infotainment Was-Was ini akan menyapa khalayak dari hari senin-kamis pada pukul 06.00 WIB di SCTV dengan durasi waktu satu jam, yang menjadikan infotainment ini berbeda dengan infotainment lainnya tetapi tetap dalam satu rumah produksi yakni dalam jenis infotainment Was-Was ini beritanya yang berpariasi atau news update maksudnya berita yang diangkat merupakan berita yang terhangat dari kalangan orang-orang terkenal dan tak hanya satu kasus para publik pigure, artis, maupun orang ternama melainkan lebih dari satu kasus yang diangkat, contohnya saja dalam satu episode infotainment ini bisa menampilkan 5 berita dari artis yang berbeda dalam penayangannya. Dibandingkan dengan infotainment Silet, Intens yang notabene masih satu rumah produksi, kedua infotainment ini dalam pemberitaannya seperti investigasi maksudnya berita yang diangkat hanya satu kasus tetapi diulas secara mendalam.

Sedangkan berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin, muncul di segment ke-4 dan hanya berdurasi 3.48 menit, itu tandanya berita ini hanya setengah segment saja tayang di infotainment Was-Was, tetapi sebelumnya ketika berita pengangkatan rahim April Jasmin berita ustadz Solmed ini menjadi headline di infotainment Was-Was, bahkan beritanya muncul setiap hari dalam satu minggu, tetapi selang beberapa minggu dari berita pengangkatan rahim istri ustadz Solmed tersebut, infotainment Was-Was mengangkat kembali berita ustadz Solmed dengan tema yang berbeda, dan


(19)

dimunculkan pada segment ke-4 dan itu pun hanya setengah segment, dengan menggunakan gaya bahasa metafora dalam narasinya membuat berita ini membawa makna kepada khalayak yang positif.

Dari pemaparan di atas peneliti tertarik meneliti pada pemberitaan infotainment khusus pada berita keharmonisan pasangan ustadz Solmed dan April Jasmin, yang menjadi fokus penelitian ini yaitu berfokus pada pengkontruksian berita ustadz Solmed (Soleh Mahmud), karena ustadz Solmed belakangan ini sering di beritakan oleh infotainment Was-Was.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki untuk mengetahui kontruksi berita ustadz Solmed di infotainment Was-Was.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi dengan mengangkat sebuah judul skripsi: ”Analisis Framing Berita Keharmonisan Rumah Tangga Ustadz Soleh Mahmud (Solmed) Dan April Jasmin Di Infotainment Was-Was Pada Tanggal 23 Oktober 2012”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan penelitian maka peneliti membatasi penelitian ini, di dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti script berita keharmonisan pasangan ustadz Solmed dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012. Adapun dalam metode penelitian ini menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald M Kosicki. Untuk


(20)

mengetahui pengkontruksian dan pembingkaian infotainment Was-Was terhadap berita keharmonisan ustadz Solmed dan April Jasmin tanggal 23 Oktober 2012.

2. Rumusan Masalah.

Dari uraian di atas tadi maka peneliti dapat menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini, adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

Bagaimana infotainment Was-Was mengkontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin tanggal 23 Oktober 2012?

C. Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan untuk mengetahui kontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Solmed di infotainment Was-Was.

D. Kegunaan Penelitian

Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka kegunaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kegunaan akademis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pengembangan ilmu komunikasi serta keilmuan mahasiswa khusunya dalam kajian media massa.

Kegunaan Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti di masa yang akan datang, dan kepada tayangan infotainment Was-Was dalam mengkontruksi dan menentukan suatu berita seorang ustadz. Sehingga di dalam pemberitaanya tidak hanya mengumbar sensualitas saja tetapi


(21)

mengandung informasi yang bermanfaat bagi masyarakat ataupun mengandung nilai dakwah.

E. Tinjauan Pustaka

Di dalam penulisan skripsi ini peneliti meninjau penilitian yang terdahulu, ada beberapa persamaan dan perbedaan diantara penulisan skripsi ini dengan skripsi yang dulu diantaranya :

Skripsi yang pertama ditulis oleh Mimi Fahmiyah yang menulis tentang pemberitaan buku Membongkar Cikeas, dalam skripsinya menyimpulkan bahwa setiap pemberitaan pada harian Jurnal Nasioanal terjadi keberpihakan kepada salah satu pihak, ada salah satu narasumber yang mendapat porsi lebih banyak bila dibandingkan dengan narasumber lainnya7. Persamaan dari skripsi ini terdapat pada penggunaan analisis data yang di mana sama-sama menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek dan subjek penelitian yang mana skripsi yang ditulis oleh Mimi mengambil objek pada berita politik.

Skripsi yang kedua yaitu ditulis oleh Cahya Mulyaningrum yang meneliti tentang pemberitaan pemain naturalisasi tim nasional Indonesia di Tabloaid Bola, penemuan peneliti menyatakan bahwa Tabloid Bola banyak menggunakan unsur what dan who untuk menggiring pembaca agar mengetahui apa yang terjadi dalam proses naturalisasi dan juga menggiring pembaca agar mengetahui siapa saja yang

7

Mimi, Fahmiyah, Kontruksi Pemberitaan Buku Membongkar Cikeas Karya George Junus Aditjondro “ Analisis Framing Pada Harian Jurnal Nasional” (Skripsi S1 Fak. Ilmu Dakwah


(22)

akan dinaturalisasi serta siapa saja yang terlibat di dalamnya8. Persamaan dari skripsi ini yaitu terdapat pada penggunaan analisis data yang di mana sama-sama menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki. Sedangkan perbedaannya terdapat pada unsur struktur framing yang di mana saudara Cahya hanya menggunakan satu struktur framing dari model Zongdan Pan dan Gerald Kosicki yaitu skrip.

Skripsi yang ketiga yaitu ditulis oleh Nurul Farida yang meneliti tentang kepentingan politik di media, saudari Nurul menyimpulkan bahwa media massa di jadikan alat kepentingan politik, karena media massa dinilai penting yang dapat mengantarkan informasi serta mengajak seseorang untuk mengikuti apa yang ada di media9. Persamaan dari skripsi ini yaitu terdapat pada penggunaan metode penelitian yakni sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Perbedaanya yakni skripsi yang ditulis oleh saudari Nurul menggunakan model framing dari Gamson dan Modigliani.

8

Cahya, Mulyaningrum, Analisis Framing Pemberitaan Pemain Tim Nasional Indonesia Pada Rubrik Ole Nasional Tabloid Bola. (Skripsi S1 Fak. Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Uin Jakarta, 2011)

9 Nurul, Farida, Pers Dan Kepentingan Politik ”Analisi

Framing Berita Partai Nasional Demokrat Dan Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara Di Harian Seputar Indonesi”, (Skripsi S1 Fak. Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Uin Jakarta, 2012)


(23)

Tabel 1

Daftar Skripsi Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Skripsi Penelitian Jenis Penelitian Metode Model Framing

1

Mimi Fahmiyah

Pemberitaan Buku

Membongkar Cikeas

”Analisis Framing

Pada harian Jurnal

Nasional”

Kualitatif Analisis Framing

Zongdan Pan dan Gerald Kosicki

2

Cahya

Mulyaningrum

Analisis Framing

Pemberitaan Pemain

Tim Nasional

Indonesia Pada Rubrik Ole Nasional Tabloid Bola

Kualitatif Analisis Framing

Zongdan Pan dan Gerald Kosicki

3

Nurul Farida Pers dan Kepentingan

Politik ”Analisis

Framing Berita Partai Nasional Demokrat

dan Partai

Kemakmuran Bangsa di Harian Seputar

Indonesia”

Kualitatif Analisis Framing

Gamson Dan Modigliani

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana berita kehamonisan rumah tangga ustadz Solmed dan April Jasmin itu dikemas, dibentuk, dan dikontruksi oleh infotainment Was-Was sehingga berita ustadz yang diangkat mempunyai nilai dakwah.

Untuk mengetahui bingkai berita ustadz Solmed yang dikemas, dibentuk, dan dikontruksi oleh infotainment Was-Was maka peneliti menggunakan analisis framing model Zongdan Pan dan Gerald Kocisky yang menyebutkan bahwa ada 4 struktur untuk mengetahui pembingkaian suatu pemberitaan, yaitu sintaksis, adalah dengan melihat bagaimana cara wartawan menyusun suatu opini,


(24)

pengamatan, ataupun kutipan atas peristiwa sehingga menjadi sebuah berita, yang bisa di lihat dari lead, headline, latar informasi, dan sumber berita. Skrip, yaitu melihat bagaimana cara wartawan menyusun strategi atau bertutur dalam pengemasan suatu peristiwa, tematik, yaitu hubungan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam sebuah kalimat, ataupun hubungan antar kalimat yang membentuk kalimat secara keseluruhan, retoris, cara bagaimana wartawan memakai pemilihan kata, grafik, ataupun gambar yang digunakan untuk memberikan sebuah penekanan dan bertujuan pada arti tertentu10.

G. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian jenis kualitatif dalam pemahamannya menekankan pada realitas alamiah yang dikontruksi berdasarkan kesepakatan bersama, sedangkan peneliti dan yang diteliti mempengaruhi hasil dari kontruksi11.

Menurut Dedi Mulyana bahwa jenis penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang banyak menggunakan metode, serta sifatnya yang menggunakan penafsiran dari peneliti. Dalam menelaah penelitiannya peneliti sering menggunakan triangulasi, hal ini ditujukan agar peneliti mendapatkan pemahaman yang mendalam12. Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian dengan menggunakan penafsiran dari seorang peneliti, peneliti dituntut agar bisa

10

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), cetakan ke-6 h.175-176

11

Deddy Mulyana dan Solatun, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.4

12


(25)

menganalisis apa yang ia lihat ketika meneliti dan apa yang dikatakan oleh orang yang diteliti, untuk pencarian datanya, Dedi Mulyana menyebutkan bahwa peneliti menggunakan triangulasi, triangulasi di sini bahwa peneliti menggunakan teknik pengumpulan datanya dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Sedangkan metode penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis framing, metode ini merupakan metode terbaru dari pendekatan analisis wacana, analisis framing dipakai untuk menyeleksi suatu isu sehingga isu tersebut lebih bermakana, menarik, dalam perspektifnya, dari perspektif tersebut dapat terlihat fakta yang diambil, bagian yang ditonjolkan, dihilangkan, serta ke arah mana berita ini akan dibawa13.

2. Paradigma Penelitian

Karena di dalam penelitian ini menggunakan analisis framing sebagai metode penelitiannya, maka analisis framing dalam pemberitaan menekankan pada bingkai berita yang dikontruksi oleh wartawan, paradigmanya tidak lepas dari paradigma kontruktivisme.

Paradigma kontruktivisme diartikan di mana individu menafsirkan suatu realitas yang dilihatnya karena ada hubungan sosial antara individu tersebut dengan individu lainnya ataupun dengan lingkungannya, kemudian individu tersebut menafsirkan realitas, individu tersebut membangun realitas sosial berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ia alami sebelumnya14.

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media. h.162

14

Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi “Teori, Paradigma, Dan diskursus Teknologi Komunikasi”.h.190


(26)

Kontruktivisme dapat diartikan secara sederhanya yaitu proses di mana individu menciptakan, mengkontruksi, menafsirkan suatu realitas berdasarkan atas pengalaman yang ia alami, akan tetapi tetap pada kebenaran realitas yang sesungguhnya.

3. Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah infotainment Was-Was, karena infotainment Was-Was merupakan infotainment yang paling awal tayang dari infotainment lainnya yaitu pada pukul 06.00 WIB di stasiun SCTV serta infotainment ini sering memberitakan seorang ustadz terlihat pada ulang tahun infotainment Was-Was yang ke 9 secara khusus ustadz Solmed memberikan kado spesial yang diberikan langsung olehnya dengan mendatangi studio, sedangkan objek penelitian ini adalah berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012, peneliti mengambil berita ustadz Solmed ini karena diantara ustadz yang sering muncul di layar kaca hanya ustadz Solmed yang sering diangkat beritanya, dan berita pada tanggal 23 Oktober 2012 peneliti memilih berita pada tanggal tersebut, karena tepat pada momen di mana istri ustadz Solmed pasca menerima musibah, sehingga berita yang muncul mengisahkan keadaan keharmonisan rumah tangganya.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti memilih 3 teknik pengumpulan data, pada teknik pengumpulan data tersebut peneliti mengacu pada


(27)

pengambilan sample yang telah ditentukan. Dalam menentukan sample dalam penelitian ini, peneliti memakai jenis sample non prabability, dengan jenis sample-nya yaitu purposive sampling. Pada pemahamannya purposive sampling adalah teknik pengambilan sample dengan maksud atau tujuan tertentu, seseorang atau sesuatu diambil karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.15 Oleh karena itu penelitian dalam skripsi ini mengambil subjek penelitian yaitu redaksi infotainment Was-Was, peneliti menganggap bahwa infotainment Was-Was memiliki hubungan yang baik dengan ustadz Solmed, hal ini dibuktikan ketika infotainment Was-Was merayakan ulang tahun yang ke-9, dengan sengaja ustadz Solmed memberikan kado khusus kepada infotainment ini dengan mendatangi langsung ke studio, maka dari itu peneliti akan mengumpulkan data dari redaksi infotainment Was-Was yang terkait dengan berita keharmonisan rumah tangga ustadz Solmed dan April Jasmin, dengan menggunakan 3 teknik pengumpulan data, yaitu:

Wawancara, adalah percakapan antara dua orang yaitu orang yang memberikan pertanyaan dan orang yang menjawab pertanyaan16. Sedangkan menurut Deddy Mulyana wawancara adalah bentuk komunikasi yang mana ada percakapan dua individu atau lebih yang ditujukan untuk memperoleh informasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan17.Dengan demikian peneliti akan

15

Hasan Musatafa, Teknik Sampling, diakses pada tanggal 3 September 2013 pukul 12.00 WIB di www.scribd.com

16

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cetakan ke-23, h.186

17

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif “Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial” (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cetakan ke-7 h. 180


(28)

mewawancarai pihak produser pelaksana infotainment Was-Was yaitu Mira Sukmasari, dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk penulisan skripsi ini.

Observasi, adalah metode mengamati dan pencatatan terhadap objek penelitian serta mengumpulkan data dari fenomena yang diteliti serta dituntut untuk mengamati secara mendalam baik langsung atau tidak. Dengan demikian peneliti akan mengamati berita keharmonisan rumah tangga ustadz Solmed dan April Jasmin yang ditayangkan oleh infotainment Was-Was serta mencatat hasil dari pengamatan tersebut karena berita tersebut muncul di segment ke-4 dengan durasi 3.48 menit, hal ini tentu menjadi alasan besar bagi infotainment Was-Was memunculkan berita ustadz Solmed di segment ke-4.

Dokumentasi, adalah salah satu teknik pengumpulan data, data yang diperoleh terdiri atas tulisan dan video cuplikan berita keharmonisan rumah tangga ustadz Solmed dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012, buku, website, dan hal yang terkait dengan penelitian ini.

b. Teknik Pengolahan Data

Didalam analisis datanya, penelitian ini menggunakan analisis framing dengan menggunakan model Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki.

Model ini berasumsi bahwa setiap berita memiliki frame yang dihubungkan dengan teks berita, latar informasi, kutipan, sumber, pemakaian kata atau kalimat ke dalam teks berita secara keseluruhan sementara itu frame memiliki makna di mana seseorang memaknai suatu peristiwa yang terjadi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ia alami, ini bisa dilihat dari tanda yang


(29)

dimunculkan dalam teks berita, di dalam pendekatan ini framing terbagi kepada empat struktur besar yaitu sintakis, skrip, tematik, dan retoris 18.

TABEL 2

Kerangka Framing Zhongdan Pan dan Gerald M Kosicki.19 STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

Sintakis

Cara wartawan menyusun berita

Skema berita lead, latar

informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup Skrip

Cara wartawan mengisahkan fakta

Kelengkapan berita 5W+1H

Tematik

Cara wartawan menulis fakta

Detail, maksud kalimat, hubungan, nominalisasi antar kalimat, koherensi, bentuk kalimat, kata ganti

Paragraf, Proposisi

Retoris

Cara wartwan menekankan fakta

Leksikon, grafis, metafora, pengandaian

Kata, idiom, penggunaan label

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah proses penulisan, maka Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing- masing bab terdiri dari sub bab, yakni:

BAB I PENDAHULUAN membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

18

Alex Sobur, Analisis Teks Media. h.175

19


(30)

tinjauan pustaka, kerangka konsep metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI membahas pengertian infotainment, teori kontruksi sosial, konseptualisasi berita, konseptualisasi framing.

BAB III GAMBARAN UMUM PROFIL INFOTAINMENT WAS-WAS DAN PROFIL USTADZ SOLEH MAHMUD (SOLMED)

Profil rumah produksi Creative Indigo Production, dan sekilas tentang profil ustadz Soleh Mahmud (Solmed).

BAB IV ANALISIS PENELITIAN membahas hasil penelitian yang berisi tentang analisis kontruksi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012, Interpretasi berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud dan April Jasmin di infotainment Was-Was pada tanggal 23 Oktober 2012


(31)

18 1. Pengertian Berita

Berita pada awalnya milik surat kabar, namun pada tataran sekarang ini berita sudah tidak lagi milik surat kabar, tetapi sudah menunjuk kepada televisi, radio, film, dan yang sekarang ini internet, dengan kata lain tak ada media tanpa berita, tak ada berita tanpa media, oleh karenanya berita sudah menjadi kebutuhan utama dari masyarakat modern di seluruh dunia1.

Istilah berita sering kita dengar, bahkan kita sering melihat atau membaca dari media massa, tetapi hanya sebagian orang saja yang mengetahui apa itu berita. Jika kita melihat dari kamus lengkap bahasa Indonesia berita adalah Keterangan tentang peristiwa yanga hangat, kabar, cerita tentang kejadian yang menarik dan masih baru2.

Maksud dari definisi berita di atas bahwa berita merupakan suatu keterangan tentang peristiwa atau kejadian yang masih hangat dan baru serta dikabarkan kepada khalayak oleh media massa. Akan tetapi definisi di atas belum lengkap karena setiap pengertian berita berbeda-beda namun pokok ide-nya tidak lepas dari sebuah peristiwa.

Kalau melihat definisi dari para tokoh, berita merupakan sebuah informasi yang dilaporkan serta menarik khalayak banyak, dalam pelaporannya harus berdasarkan fakta, kejadian atau ide yang disusun dengan jalan cerita dan di

1

AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita Dan Feature” (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2008), h.64

2


(32)

sebarluaskan oleh media massa dengan waktu yang secepat-cepatnya3. Oleh sebab itu berita sangat mempengaruhi kepada suatu kehidupan di masyarakat, bahkan dengan suatu berita dapat melahirkan perubahan sosial, konflik, maupun perdamaian di masyarakat, karena sebaran berita tersebut dilakukan oleh media massa yang mempunyai sebaran yang luas.

Dari pengertian di atas bahwa berita yaitu informasi, apakah semua informasi itu berita. Memang setiap hari ada banyak informasi di mana-mana, akan tetapi tidak semua informasi masuk dan dikatakan sebagai berita. Menurut Asep Romli suatu yang mengandung unsur berita yaitu informasi yang memiliki nilai berita (news value)4.

Seperti contoh tentang berita sisi kehidupsan dari ustadz Solmed yang sering diberitakan oleh infotainment, apa yang menarik dari seorang ustadz Solmed sampai kehidupannya diberitakan, padahal kita tahu bahwa ustadz sudah banyak di mana-mana tetapi kenapa kehidupan mereka tidak jadi berita. Memang ustadz banyak tapi mereka tidak terkenal seperti ustadz Solmed, mungkin setiap orang pasti tahu siapa ustadz Solmed, dengan keterkenalannya itu yang membuat sisi kehidupannya menjadi sebuah berita dan mempunyai nilai berita.

Williard C. Bleyerd mendefinisikan berita sebagai sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan kerena sesuatu tersebut dianggap menarik serta mempunyai makna yang luas bagi khalayak atau dapat menarik khalayak untuk membaca sesuatu tersebut. Selain itu Williard C. Bleyerd menyebutkan bahwa

3

Moudri, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesiar, 2008), h 133

4


(33)

berita dapat didefenisikan sebagai penuturan yang benar dan tidak memihak, sesuai fakta-fakta yang terjadi dan menarik5.

Sudirman Tebba mendefinisikan berita lebih kepada peristiwa yang di ceritakan dengan jalan cerita, menurutnya ada dua hal yang terkandung dalam berita yaitu peristiwa dan jalan cerita, sehingga ia menapikan bahwa jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidaklah disebut berita6.

Dari beberapa definisi berita di atas kiranya peneliti dapat mendefinisikan berita sebagai laporan mengenai peristiwa atau kejadian aktual, yang terjadi dan bersifat penting sehingga dapat menarik khalayak karena peristiwa atau kejadian tersebut memiliki nilai berita, dengan media massa sebagai alat sebarannya. Dengan kata lain kita bisa mengetahui pokok dari definisi berita yaitu peristiwa yang aktual, faktual, menarik, memiliki nilai berita, dan sebarannya oleh media massa.

Berita merupakan hasil kontruksi dari wartawan dengan dipengaruhi oleh media mereka bernaung, oleh sebab itu berita yang disajikan di media massa tidak semuanya memberikan informasi yang netral, karena berita yang akan disuguhkan kepada khalayak sebelumnya sudah direncanakan lewat rapat redaksi, sehingga alur berita atau angle berita yang diambil terkadang disisipi dengan kepentingan pemilik media tersebut. Walau demikian berita yang disajikan harus tetap pada koridornya dengan mematuhi kode etik jurnalistik serta tidak merekayasa suatu berita.

5 AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita Dan Feature”, h. 64 6


(34)

2. Nilai Berita

Istilah nilai berita tidak banyak pakar mendefinisikan istilah tersebut karena agak sulit untuk didefinisikan, hal ini dikemukakan oleh Downie JR dan Kaiser, selain itu menurutnya istilah ini juga sulit untuk dikonsepsikan, nilai berita juga akan lebih sulit bila dikonsepsikan dengan membuat sebuah konsep berita7. Nilai berita merupakan nyawa bagi sebuah berita, karena suatu informasi tidak disebut berita kalau informasi tersebut tidak mengandung nilai berita, maka dari itu seorang wartawan harus jeli melihat informasi mana yang mengandung nilai berita atau tidak. Nilai berita ini menjadi tolak ukur apakah suatu berita layak atau tidak untuk disebarkan kepada khalayak8.

Sebuah informasi yang mempunyai nilai berita ditentukan oleh syarat-syarat tertentu yang wajib dipenuhi, dengan syarat-syarat-syarat-syarat itulah sebuah informasi bernilai penting dan dapat dikatakan sebuah berita9. Adapun syarat berita yang mempunyai nilai berita itu dilihat dari berita yang mengandung frekuensi, negatif, tak terduga, tidak mendua, personalisasi, kedekatan budaya atau kepenuhartian, berkaitan dengan pemerintah, berkaitan dengan individu atau popularitas, konflik, prediksi, penting, besar, aktualisasi, kedekatan, tenar, yang menyentuh perasaan orang banyak atau human interest yang terdiri dari ketegangan, ketidaklaziman, minat pribadi, simpati, kemajuan, binatang, humor, seks, dan usia10.

7

Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.17

8

Luwi Ishwara, Jurnalisme Dasar (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005), h.53

9

Sedia Willing Barus, Jurnalistik “Petunjuk Teknis Menulis Berita” (T.tp: Erlangga, 2010), h.31

10


(35)

Terkait dengan penelitian ini bahwa berita keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) dan April Jasmin merupakan suatu berita, walupun konten beritanya memuat tentang kehidupan rumah tangga mereka, akan tetapi tidak dimuat secara berlebihan atau dengan kata lain masih dalam batasan, tidak masuk kepada wilayah yang sangat privasi. Dengan kata lain berita tentang keharmonisan rumah tangga ustadz Soleh Mahmud (Solmed) telah memenuhi syarat dari berita dengan mempunyai nilai berita yaitu ketenaran seorang ustadz Soleh Mahmud (Solmed), dengan ketenarannya itu membuat banyak orang ingin mengetahui tentang kehidupan ustadz Soleh Mahmud (Solmed), sehingga kehidupan rumah tanggannya menjadi sebuah sorotan.

3. Jenis Berita

Jenis berita terbagi ke dalam 2 yaitu hard news (berita keras) dan soft news (berita ringan)11. Berita keras adalah berita yang sifatnya penting dan harus segera disampaikan kepada khalayak. Berita ringan yaitu penting yang tidak harus segera disampaikan kerena jenis berita ini lebih menarik emosi ketimbang akal pikiran12.

Berita keras menurut Morissan dibagi ke dalam beberapa bentuk berita yaitu straight news yaitu berita yang sangat singkat dan hanya menyajikan informasi yang penting saja hanya mencakup unsur 5W+1H, karena kalau tidak segera disampaikan berita ini akan menjadi basi, feature yaitu berita ringan, ringan tetapi menarik, menarik di sini berarti unik, lucu, aneh, berita semacam ini bisa saja dikatakan sebagai berita ringan akan tetapi berita ini dibatasi oleh durasi

11 AS, Haris, Sumadiria. Jurnalistik Indonesia “Menulis Berita Dan Feature”, h. 65 12

Tom E Rolnicki, dkk, Pengantar Dasar Jurnalisme (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.3


(36)

waktu yang singkat sehingga berita ini masuk ke dalam katagori berita keras, infotainment berasal dari dua kata yakni informasi dan entertainment yang berarti hiburan jadi infotainment adalah informasi atau berita yang mengenai para pekerja di dalam dunia hiburan yaitu para selebriti, sebelumnya infotainment masuk ke dalam segment terakhir program news namun sekarang ini infotainment memiliki program tersendiri13.

Sedangkan berita ringan dibagi kepada beberapa kategori yaitu magazine adalah program berita yang disajikan lebih mendalam atau dengan kata lain feature dengan durasi yang panjang, current affair yaitu berita penting yang sebelumnya sudah disajikan tetapi dibuat kembali dengan lengkap dan mendalam, dokumenteri adalah suatu program yang bertujuan untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan yang disajikan dengan menarik, dokumenteri hampir mirip dengan film namun dokumenteri lebih kepada kehidupan nyata dan tidak ada rekayasa, yang terakhir talk show yaitu suatu program yang membahas suatu permasalahan dan menampilkan beberapa orang yang terkait dengan permasalahan tersebut14.

4. Berita Dalam Pandangan Kontruksionis

Secara umum berita merupakan hasil dari kontruksi wartawan, yang dipahami dari sebuah realitas yang direpresentasikan secara utuh dan apa adanya persis seperti realita dilapangan, terkadang sebuah fakta dijadikan pembenaran untuk menutupi sebuah subjektifitas dari pekerja media .

13

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.26

14


(37)

Bagi kaum kontruksionis realitas itu berisfat subjektif, karena realitas dihadirkan oleh penafsiran seorang wartawan terhadap apa yang ia lihat, semua realitas tidak ada yang bersifat objektif, karena realitas lahir dari pandangan atau penafsiran tertentu, tergantung pada bagaimana konsepsi itu diartikan dan dipahami oleh wartawan yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga realitas yang hadir berbeda satu sama lainnya, dalam posisinya media merupakan agen kontruksi terhadap suatu realitas yang mana suatu berita di kontruksi lewat berbagai instrumen yang dimilikinya oleh sebab itu berita yang sehari-hari beredar di masyarakat tidak hanya menggambarkan realitas atau menunjukan pendapat sumber yang netral melainkan suatu berita sudah terkontruksi oleh media yang mempunyai tujuan tertentu, selain itu suatu berita tidak menggambarkan suatu refleksi terhadap realitas akan tetapi suatu kontruksi atas realitas, karena menurut pandangan kontruksionis berita adalah suatu hasil dari kontruksi yang melibatkan suatu pandangan, nilai-nilai moral, ideologi, visi-misi dari wartawan atau media, dan tak hanya itu seorang wartawan dianggap sebagai agen kontruksi realitas, karena realitas tidak diambil dengan apa adanya akan tetapi ada proses kontruksi dalam pengambilan fakta di lapangan oleh sebab itu suatu realitas tidak bersifat objektif melainkan bersifat subjektif karena seorang wartawan ketika ia mengkontruksi suatu realitas dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman dan ideologi media di mana ia bernaung.15.

Oleh sebab itu suatu berita dalam pandangan kontruksionis, merupakan suatu realitas yang sudah terkontruksi, jadi berita tidak bersifat netral atau suatu

15

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media” (Yogyakarta:


(38)

berita tidak sesuai dengan fakta di lapangan, tetapi suatu berita merupakan hasil dari kontruksi media yang mempunyai tujuan dan ideologi tertentu, sehingga berita yang ada berbeda dengan faktanya.

B. Teori Kontruksi Sosial

Peter L. Berger dan Thomas Luckman dalam tulisannya yang berjudul The Social Contruction Of Reality, a Treatise in The Sosiological of Knowledge, menjelaskan bahwa realitas diciptakan oleh manusia secara terus-menerus dan dialami bersama secara subjektif16. Sehingga dalam pandangan Berger dan Luckman tidak ada realitas yang tercipta dengan sendirinya atau secara objektif karena menurutnya realitas merupakan suatu bentukan dari manusia/individu dengan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada, selain itu realitas yang diciptakan tersebut dipengaruhi pula oleh pengetahuan dan pengalaman individu itu sendiri, sehingga realitas tersebut bersifat subjektif karena realitas tersebut merupakan hasil dari suatu pandangan individu.

Selain itu Berger dan Luckman mengutarakan bahwa kontruksi sosial tidak terjadi dengan begitu saja akan tetapi melalui tiga proses simultan yaitu pertama eksternalisasi di mana individu menyesuaikan diri dengan sosiokulturalnya karena manusia merupakan produk sosial, kedua objektivasi yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif dan terlembagakan atau mengalami institusionalisasi, ketiga internalisasi yaitu individu mengidentifikasi dengan lembaga-lembaga sosial di mana individu itu menjadi

16

Burhan, Bungin, Kontruksi Sosial Media Massa “Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckman”, (Jakarta: Kencana Prenada Media 2008), h. 13


(39)

anggota17. Dalam arti yang sederhana bahwa proses simultan dari kontruski merupakan awal terbentuknya suatu realitas di mana seorang individu dipicu untuk berpikir ke luar atau memikirkan sesuatu disekelilingnya, setelah mewacanakan apa yang dipikirkannya, individu tersebut akan merubah wacana suatu lembaga atau barang tergantung apa yang ia wacanakan, dari merubah wacana menjadi sesuatu tersebut individu akan mulai beradaptasi dengan apa yang ia ciptakan atau memasukan dunia luar ke dalam dirinya.

Pada perkembangannya teori kontruksi sosial mengalami perubahan dengan melibatkan media massa sebagai institusi yang berperan aktif membentuk suatu realitas, maka teori kontruksi sosial kini berlangsung pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas, sebarannya merata sehingga realitas yang dikontruksi memunculkan opini massa18.

Realitas sosial di dalam teori kontruksi sosial media massa merupakan realitas media yang sengaja dibentuk oleh penulis naskah, dan realitas yang dibentuk tersebut merupakan realitas baru19. Kalau kita amati berbagai tayangan khususnya berita yang muncul di media massa mungkin sepintas dianggap bahwa berita tersebut memang benar adanya, tapi jika kita bandingkan berita di media massa yang satu dengan media massa lainnnya mungkin akan berbeda walaupun berita yang diangkat sama.

17

Burhan Bungin, Kontruksi Sosial Media Massa “Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckman”, h. 2

18 Burhan, Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat”, h.202-203

19

Burhan Bungin, Kontruksi Sosial Media Massa “Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckman”, h 2


(40)

Selain itu juga kita sering menemui berita yang ditayangkan di media massa berbeda dengan realitas yang terjadi di lapangan, atau suatu berita tidak sesuai dengan harapan narasumber. Hal ini membuktikan bahwa teori kontruksi sosial media massa terjadi, dengan penulis naskah sebagai pembentuk realitas tersebut.

Kendati demikian seorang wartawan tidaklah semena-mena membentuk realitas tersebut sesuai keinginannya, akan tetapi seorang wartawan terlebih dahulu diarahkan oleh pihak redaksi dalam membentuk suatu realitas sosial, sedangkan pihak redaksi dalam mengarahkan suatu realitas yang akan dikontruksi tentu akan berdasarkan ideologi, kepentingan owner, dan visi misi media tersebut.

Dalam teori kontruksi sosial media massa realitas sosial tidak terbentuk secara tiba-tiba akan tetapi harus melalui proses tahapan-tahapan. Tahapan yang pertama yaitu tahapan menyiapkan bahan materi kontruksi tahap pertama ini lumrahnya dilakukan oleh pihak redaksi media massa, lalu didistribusikan kepada desk editor atau kordinator liputan dan berujung kepada wartawan yang pertama mengkontruksi realitas sosial, dalam tahapan ini biasanya media massa memfokuskan isu yang berhubungan dengan tahta, harta, dan wanita, selain itu media massa memfokuskan kepada isu yang menyentuh perasaan banyak orang, sensitifitas, sensualitas, dan hal kengerian, dalam tahapan ini ada hal penting yang menjadi dasar dalam penyiapan materi kontruksi yakni keberpihakan media massa


(41)

kepada kapitalis, keberpihakan semu kapada masyarakat, dan keberpihakan kepada kepentingan umum20.

Yang kedua yaitu tahapan sebaran kontruksi, prinsip dasarnya adalah bahwa setiap informasi harus disampaikan kepada masyarakat dan setiap informasi yang dianggap penting oleh media massa dianggap penting pula oleh masyarakat, dalam tahapan ini biasanya media massa menggunakan strategi real time, akan tetapi konsep real time ini berbeda antara media elektronik dan media cetak, jika media elektronik mendefinisikan real time sebagai sesuatu yang harus segera disiarkan, pada waktu itu juga informasi sampai kepada khalayak, sedangkan real time menurut media cetak yaitu konsep yang sifatnya tertunda yakni konsep yang terdiri dari harian, mingguan, dan bulanan21.

Tahap ketiga yaitu tahapan pembentukan kontruksi realitas di mana suatu pemberitaan disebarkan kepada masyarakat lalu dari pemberitaan tersebut membentuk kontruksi di masyarakat, di dalam terjadinya pembentukan kontruksi di mana masyarakat menganggap bahwa apa yang disajikan media massa sebagai sebuah realitas kebenaran, dengan kata lain bahwa masyarakat menganggap media massa yang membenarkan suatu kejadian, selain itu dalam pembentukan kontruksi realitas suatu masyarakat bersedia pikiran-pikirannya dikontruksi oleh media massa dengan pilihan seseorang menjadi pembaca atau penonton maupun pendengar konten dari media massa, tidak hanya itu pembentukan kontruksi realitas menjadikan suatu masyarakat menjadi konsumtif, maksudnya media

20

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi“ Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 205

21 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “ Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi


(42)

massa sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup suatu masyarakat bahkan tiada hari tanpa menonton televisi, tiada hari tanpa membaca koran sampai mereka tidak bisa beraktivitas sebelum menonton atau membaca televisi dan koran22.

Tahapan yang keempat yaitu pembentukan kontruksi citra, di mana kontruksi ini dibangun dengan dua model yaitu model good news dan bad news, model good news yaitu pembentukan kontruksi di mana suatu kontruksi menghasilkan pemberitaan yang baik bahkan lebih baik dari apa yang terjadi, sedangkan model bad news yaitu suatu pemberitaan yang dikontruksi dengan menjelek-jelekan objek pemberitaan sehingga terkesan lebih buruk dari sesungguhnya23.

Tahap yang terakhir yaitu tahap konfirmasi yakni khalayak memberikan argumentasi kepada media massa karena keinginannya untuk terlibat dalam mengkontruksi sebuah realitas24.

Dari kelima tahapan di atas bahwa realitas yang dibangun oleh media massa haruslah melalui tahapan-tahapan yang di atas karena semua tahapan memiliki fungsi yang berkesinambungan dengan tahapan yang satu dan seterusnya, apabila salah satunya tidak dilakukan oleh media massa sebagai pengkontruksi realitas sosial maka kontruksi sosial sedikit kemungkinan akan terjadi.

22

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 208

23

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 209

24

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi“Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 210


(43)

Dalam pembentukan realitas sosial ada dua model realitas dibentuk oleh media massa, yaitu model peta analog dan model refleksi realitas, model peta analog adalah model di mana media massa membentuk realitas sosial berdasarkan kontruksi sosial media massa dengan menganalogikan sebuah kejadian dengan rasional, dengan kata lain melebih- lebihkan suatu kejadian25.

Contoh baru-baru ini empat artis tertangkap oleh BNN, pada saat itu semua media massa memberitakan tentang empat artis yang terlibat narkoba, bahwa empat artis dan sejumlah rekan-rekannya sedang berpesta narkoba di kediaman seorang artis tersebut, menurut berita yang disiarkan keempat artis tersebut sebelumnya sudah diincar oleh petugas tiga bulan lalu, dua hari kemudian dua artis dan beberapa orang yang tertangkap ketika kejadian itu dilepaskan oleh petugas BNN karena tidak terbukti menggunakan narkoba, kemudian dua artis tersebut membantah bahwa pada kejadian itu terjadi pesta narkoba.

Model selanjutnya yaitu model refleksi realitas yaitu merefleksikan kehidupan yang terjadi di masyarakat dengan kehidupan yang tak pernah terjadi dan seolah-olah kehidupan yang tidak pernah terjadi itu dianggap ada dan pernah terjadi26.

Seperti contoh banyak kita temui di film-film, dan sinetron, misalkan dalam sinetron laga Indosiar di mana seseorang bisa terbang, menghilang, atau seorang pemeran dalam sinetron tersebut sudah meninggal dan bisa hidup kembali, atau dalam film Avatar di mana kita diperlihatkan dengan keadaan planet

25

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi“Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h. 212

26

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi “Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, h.214


(44)

lain di luar bumi lalu manusia di planet tersebut persis dengan bentuknya, namun semua itu hanyalah kontruksi belaka pada kenyataannya tidak pernah terjadi tapi seakan-akan kita yang menonton kejadian tersebut memang benar terjadi.

C. Konseptualisasi Infotainment

Infotainment berasal dari gabungan dua kata yaitu information yang berarti informasi dan entertainment yang berarti hiburan.

Infotainment merupakan suatu konsep yang berasal dari John Hopkins University (JHU), Baltimore Amerika Serikat, pada awalnya JHU membawa misi kemanusiaan dibidang kedokteran dan didukung oleh Center Communication Program (CCP), yang tugasnya menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat dan dapat mengubah prilaku masyarakat ke arah positif, namun pada waktu itu penyampaian dalam bentuk informasi saja dirasa kurang cukup karena dalam pesan-pesan tersebut membawa misi khusus untuk melahirkan perubahan di masyarakat, oleh sebab itu diperlukanlah balutan khusus dalam informasi tersebut agar masyarkat tertarik, akhirnya disisipkanlah entertainment guna menarik perhatian masyarakat, dalam prakteknya JHU menampilkan sebuah hiburan dalam menyampaikan pesan kesehatannya seperti konser-konser musik untuk kaum muda, konsep ini kemudian dipinjam oleh media massa khususnya di pertelevisian Indonesia, akan tetapi isi dari infotainment di pertelevisian Indonesia sangat berebeda jauh dengan latar belakang historisnya yang mana JHU menitik beratkan informasi sebagai inti acara yang disampaikan pada publik yang berarti informasi yang dikemas dalam bentuk yang menghibur, kendati demikian makna


(45)

infotainment yang terjadi dalam industri pertelevisian Indonesia yaitu informasi tentang hiburan27.

Morissan mendifinisikan infotainment sebagai program yang menyajikan dalam dunia hiburan yakni yang menjadi objek berita tersebut mengenai kehidupan pekerja dalam dunia hiburan seperti pemain sinetron, film, penyanyi, ia pun mengatagorikan infotainment ke dalam jenis berita hard news28.

Pada historisnya memang pengertian infotainment diartikan sebagai informasi yang dibalut dengan hiburan, namun pada perkembangannya infotainment ini berubah arti menjadi informasi dalam ranah hiburan. Sehingga dalam perkembangannya pun menuai pro dan kontra dari para ulama yang diwakili oleh MUI yang mengeluarkan fatwa haram menonton infotainment.

Bahkan tidak hanya dari para ulama saja, dari para akademisi muncul pro kontra tentang apakah infotainmemnt ini bisa disebut kegiatan juranalistik ataukah tidak. Ada beberapa kalangan menilai bahwa mengatagorikan infotainment sebagai genre baru dalam jurnalistik dengan menyebutnya sebagai jurnalistik kuning, ada pula yang mengatakan bahwa infotainment bukanlah produk jurnalistik karena dalam kegiatannya sering melanggar kode etik jurnalistik, serta berita yang disuguhkan dinilai tidak berkualitas29. Bahkan pada tahun 2010 ada wacana tentang pelarangan bagi stasiun televisi untuk tidak menayangkan infotainment, namun pada akhirnya sejumlah infotainment mulai menyusaikan dan mentaati etika-etika jurnalistik yang tertuang dalam kode etik jurnalistik

27

Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment “Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri

Televisi”h.65

28

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, h.26

29

Ika Damayanti, Penerapan Unsur-Unsur Jurnalistik Dalam Infotainment, Jurnal Komuniti, V.2, No.1 (Surakarta: Juni 2010), h.4


(46)

bahkan organisasi wartawan yaitu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) membentuk divisi khusus untuk infotainment.

Dari sekian banyak infotainment yang ada di televisi kita dilihat dari kontennya lebih mengedepankan nilai hiburan dari pada nilai informasi, dengan menempatkan hiburan sebagai yang utama hal ini mengukuhkan infotainment digemari oleh masyarakat.

Walaupun program infotainment menuai pro dan kontra sebagai produk jurnalistik atau bukan, tetapi Iswandi tetap memasukan infotainment sebagai produk baru dalam jurnalistik, namun ia menyebutkan bahwa infotainment bisa dikatakan produk jurnalistik apabila dalam peliputannya mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik serta infotainment harus menghilangkan kekeliruan dalam isinya yaitu tidak menjadikan gosip sebagai berita, tidak mencari-cari kesalahan narasumber, tidak memaksa narasumber untuk dimintai keterangannya, beritanya tidak didramatisasi, harus membedakan opini dan fakta, tidak mengumbar privasi narasumber, tidak mengancam narasumber, sebisa mungkin menghindari penggunaan istilah30.

D. Konseptualisasi Framing Model Zongdan Pan Dan Gerald Kosicki

Analisis framing merupakan hasil dari paradigma kontruksionis, dalam analisis framing bertujuan untuk melihat bagaimana media massa mengkontruksi, membingkai suatu berita, sehingga seorang peneliti akan mengetahui berita tersebut apakah ada keberpihakan, menjungkirkan, siapa lawan siapa, mana

30

Iswandi, Syahputra, Jurnalistik Infotainment “Kancah Baru Jurnalistik Dalam Industri


(47)

kawan dan mana lawan. Di dalam sebuah berita terdapat frame yang berbeda – beda sehingga suatu berita mempunyai arah tersendiri, kerena dalam membuat suatu berita akan ada sisi yang ditonjolkan dan sisi yang dihilangkan sehingga dalam suatu peristiwa yang sama, berita yang ditayangkan akan berbeda.

Framing menurut Zongdan Pan dan Gerald Kosicki yaitu proses membuat pesan lebih menonjol dengan menempatkan satu informasi lebih dari yang lainnya sehingga pesan lebih cepat tertuju kepada khalayak31. Dengan menempatkan suatu informasi yang lebih dari yang lainnya pasti ada satu informasi yang kurang diberi penekanan sehingga informasi tersebut dianggap kurang penting oleh media.

Selain pengertian framing menurut Zongdan Pan dan Gerald Kosicki beberapa tokoh dari framing, Ada yang mendifinisikan framing juga diantaranya yaitu Robert N. Entman yang mendefinisikan framing sebagai proses seleksi isu yang menonjolkan sisi tertentu32. Penempatan sebuah informasi yang menempatkan informasi kepada penempatan yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan perhatian yang lebih banyak ketimbang sisi yang lainnya. Sedangkan menurut William A. Gamson framing adalah suatu gagasan atau cara bercerita yang terorganisir dalam bentuk kemasan package kemasan tersebut berupa struktur atau skema seseorang yang digunakan untuk membentuk suatu realitas, dan menafsirkan pesan-pesan yang ia bentuk33.

Menurut Pan dan Kosicki ada konsepsi yang saling berkaitan di dalam framing, pertama, konsepsi prikologi, konsepsi ini dipahami bagaimana seseorang

31

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”, h.290 32

Eriyanto, Analisis Framing “Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media”.h.77 33


(48)

memproses suatu informasi dalam dirinya, framing di sini di lihat sebagai penempatan suatu isu atau peristiwa dengan penempatan yang lebih menonjol, sehingga elemen dari isu tersebut dianggap lebih penting dalam mempengaruhi membuat keputusan tentang realitas. Kedua, konsepsi sosiologis yaitu melihat bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu isu dengan pandangan tertentu, dalam framing di sini bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisir suatu peristiwa dengan pengalaman serta pengetahuan untuk mengertikan dirinya dan realitas yang ada di luar dirinya, sehingga frame tersebut lebih dapat dipahami dan dimengerti sebab sudah dilabeli dengan label tertentu34. Dalam dua konsepsi tersebut bahwa konsepsi psikologis lebih melihat kepada proses internal dari teori kontruksi sosial dan konsepsi sosiologis lebih melihat kepada proses eksternal dari teori kontruksi sosial.

Seiring perkembangannya framing mulai digunakan dalam penelitian ilmu komunikasi dengan melihat bagaimana suatu media membentuk suatu realitas, dengan pembentukan tersebut itulah media dapat menciptakan suatu realitas yang baru sesuai ideologi, visi dan misi media tersebut.

Dalam arti sederhana framing adalah suatu metode atau pendekatan yang didasarkan untuk mengetahui cara bagaimana wartawan mengkontruksi suatu berita dan mengorganisir suatu gagasan ide sehingga dapat membentuk sebuah kemasan berita, seorang wartawan akan menyeleksi isu-isu tertentu, dalam penyeleksian isu tersebut setidaknya ada sudut pandang yang dilihatnya, sehingga

34


(49)

isu tersebut ada sisi yang ditonjolkan dan sisi yang dihilangkan bertujuan untuk menarik perhatian dan mempengaruhi terhadap pemaknaan khalayak.

Model framing Zongdan Pan dan Gerald Kocisky ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat ide yang dihubungkan kepada kutipan, latar informasi dan pemakain kalimat atau kata tertentu agar berita yang dibuat mempunyai makna dan tujuan yang diinginkan.35. Model ini menyebutkan bahwa ada 4 struktur untuk mengetahui pembingkaian dan pengkontruksian suatu pemberitaan, yaitu sintakis, sintakis merupakan cara bagaimana wartawan menyusun suatu opini, pengamatan, atau kutipan atas peristiwa sehingga menjadi sebuah berita, yang bisa di lihat dari lead, headline, latar informasi, dan sumber berita36. Headline merupakan suatu bingkai yang pertama yang kita bisa lihat dalam berita karena headline biasanya menunjukan bagaimana suatu isu dikontruksi oleh wartawan dan memberi makna yang menarik khalayak. Dalam penekanan tertentu seringkali wartawan menambahkan tanda baca dalam headline, misal penggunaan tanda baca agar memberikan makna perubahan atau tanda kutip yang menunjukan makna adanya jarak perbedaan, lead adalah perangkat sintakis selanjutnya, lead merupakan sudut pandang wartawan terhadap suatu isu dan pemaknaannya menunjukan pandangan tertentu dari suatu peristiwa, latar informasi biasanya wartawan akan memberikan latar belakang suatu peristiwa sehingga dengan latar belakang ini akan membawa arah berita dan menggiring khalayak ke arah tertentu, pengutipan sumber hal ini wajib dilakukan oleh seorang wartawan, hal ini menilai ke objektifan sebuah berita karena untuk

35

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 175

36


(1)

Struktur PT. Creative Indigo Production

p

Pemimpin Robby T. Winarka Alexander Andrianto

Pemimpin Redaksi

Albert Kuhon

Produser Eksekutif

Yenny Yudica siregar

Sekretaris Redaksi

Anita Kusumawati Sekretaris Direksi Mari Eka P. Sidabutar

Kordinator Kameraman Hotman Pardede

Cameraman Driver

Produser Pelaksana

Mira Sukmasari

Ast.Produser Pelaksana Triani

Dimas Ast. Kordinator

Kameraman Wahyu Kuncoro

David Mayus

Reporte r Dara Rahmawati

Ekky Yani Camera Store

Andi Kurniawan Andi Sworo

Jamaludin Rahman

Tim Penulis Naskah


(2)

DAFTAR WAWANCARA

Nama : Mira Sukmasari

Jabatan : Produser Pelaksana Infotainment Was-Was Tanggal Wawancara : 24 Maret 2013

Tempat : Kantor Redaksi Infotainment Was-Was

Kenapa dalam berita tanggal 23 oktober segment ke 4 mengambil tema “keharmonisan pasangan April Jasmin dan ustadz Solmed?

Kebutulan kan mereka setelah pasca diangkat Rahim itu kan istilahnya ada cobaan lah ama mereka terus kita ngangkat itu intinya walaupun sempat diterpa badai dalam rumah tangganya dan sekarang si ustadz itu juga karena kesibukan dia jadi jarang ketemu ama si april, ahirnya april minta untuk datang, supaya menjaga keharmonisan cinta mereka dengan si april itu bawa makanan, memang kalau dia mau ke situ memang kita gak minta-minta, tapi kita creative minta dia bawa makanan

Bagaimana membadakan berita fakta dan berita yang rekayasa?

Membedakannya sih yaaa apa ya… kalau fakta ya bener-bener jelas ada bukti-buktinya kalau menurut aku misalnya kasus raffi lah emang bener fakta ada buktinya ada kejelasan, kalau setingan gitu ya buktinya agak ramcu maksudnya kadang-kadang kitakan ngarahin kaya sutradara misalnya dia reality rumah baru faktanya itu dirumah dia tapi kalau misalnya kita kasih bumbu artinya misalnya gini dia ngasih unjuk bahwa di rumah barunya itu ada semacam salon gitu contohnya ashanti misalnya dia bikin salon sendiri, jadi kalau mau kemana-mana dia gak usah ke salon lagi seperti ada cuci rambut memang kita kadang-kadang nyetting (merekayasa) coba dikasih tau gini-gini atau misalnya ada penambahan bumbu misalnya ayo dong pura-pura masak padahal hari itu dia gak masak gitu, tapi sebenarnya untuk settingan itu hal yang awajar menurut aku karena biar stepnya jelas maksudnya penulisan saat bikin narasi pun gak berantakan misalnya kita setting dari awal itu dia buka pint uterus masuk terus dia ceritakan ruang tamu biar lebih enak saat di narasinya jelas step-stepnya.

Bagaimana proses pengemasan berita di infotainment Was-Was?

Biasanya aja sih, materi datang terus kita kan sudah pake system karurator kan yah jadi kita gak pake kaset jadi card lalu masuk library, dari library itu biar data kesebar ke scripwriter, kita


(3)

kan da penulis, jadi tim was-was itu terdiri dari reporter, kameraman, driver, penulis, editor produser, asistenya juaga ada yang lain seperti sekretaris redaksi yang membantu, intinya itu jadi udah nyampe liputan care, lalu nyampe ke scripwriter untuk ditulis liputan reporter seperti apa mungkin ada sambungan, mungkin ada penambahan kan reporter tidak begitu detail yah nanti dilihat lagi ada hal yang menarik lainnya gak yang bisa kita tonjolin, selain itu juga berita itu dishare ke editor, nanti editor nyunting-nyunting gambar, kalau pake kaset ke scrip writer dulu baru turun ke editor system card itu diakui lebih cepat , jadi semua lini dapet, pengemasannya sih lebih banyak di scripwriter, hal yang paling menurut aku memang pengemasannya di scripwriter, walaupun saya mendapatkan laporan dari reporter misalnya hari ini ini wawancaranya ini begini-begini gitu kan akhirnya dibuatlah randown tapi terkadang sampai ke scirpwriter ada hal yang menarik lainnya bisa sih terkadang saya merubah angle contohnya kemaren kaya saipul jamil dia kan menjawab tentang kasusnya jupe, depe kan terancam di bui ternyata setelah dilihat ama scripwriter pernyataannya menarik, nanti saya periksa apakah ada yang tak layak tayang karena kita juga mengikuti lp3s,kpi, dank ode etik jurnalistik, intinya mengecheck apakah scip itu ada g hal-hal yang keluar dari aturan, terkadang juga saya rubah scripnya sedikit untuk lebih menraik, terkadang kan gak kepikiran ama scripwriter, udah selesai kembali lagi ke ruang editor terus editor masukin statmen.

Bagaimana gaya bahasa yang digunakan oleh infotainment Was-Was?

Gini yah kalau infotainment itu rata-rata penontonnya ibu rumah tangga, ya tau lah ibu-ibu senengnya gossip, walaupun infotainment itu bukun gossip menurut aku karena ada beritanya, dengan bahasa yang gampang dicerna yang pemirsa paling banyak menonton infotainment, jadi gaya bahasa tayangan artinya yang bisa dipahami oleh mereka, tapi tidak menutup kemungkinan remaja, bapa-bapa pekerja juga suka apalagi infotainment luaskan tidak hanya mencakup orang-orang terkenal, ama orang yang gak terkenalan asalkan ada hubungan dengan artis tersebut. Jadi akrena yang nontonnya ibu rumah tangga yah harus mengikuti mereka gaya bahasanya, nah kalau di was-was kan varian jadi diulas tidak secara dalam hanya intinya saja, jadi gaya bahasanya harus yang cepat dan jelas, cepat artinya tidak bertele-tele bisa dicerna, bisa dimengerti tapi menarik, menariknya itu karena anglenya itu sehingga ibu-ibu itu inget gitu, was-was tayang jam 6 kan, jadi pas ibu-ibu nyiapin makanan, kan kalau lagi kaya gitu mereka gak sempet duduk di depan televise nonkrongin, makanya gaya bahasa kita tuh yang cepet masuk ama mereka.


(4)

Bagaimana redaksi was-was menentukan suatu berita?

Biasanya yang lagi menarik didalam aktifitas, atau kehidupan seorang selebriti, seperti bagian keluarga si artis, ataupun ada kasus yang menimpa dia, penentuannya biasanya dilihat di lapangan, misalnya ketika reporter terjun dilapangan terus gak sengaja ketemu ustadz solmed dan dia tidak punya masalah tapi dia bawa istrinya nah itu bisa jadi berita, hubungan dia dengan istrinya gimana.

Dalam pembentukan headline berita pada tanggal 23 oktober 2012 segment ke 4 apakah ada penyesuaian ataukah secara alami?

Penyesuaian gak ada yah, apa adanya karena sudah melihat materi kontennya istrinya bawa makanan lalu dia habis diangkat rahimnya, ya aku melihat ini harmonis dan ini mereka setelah diterpa badai dalam rumah tangganya makanya pemilihan itu apa adanya karena ini memang harmonis yang aku lihat bawa makanan, nyuapin suaminya.

Kenapa dalam naskah berita tanggal 23 oktober 2012 segment ke 4 tidak menekankan unsur “mengapa”?

Memang pada waktu itu kita tidak sedang melihat kenapa dia bawa makanan, karena kan sudah ada penjelasan di openingnya, jadi kita langsung aja kita tuangkan ke narasi, kalau memang banyak bertanya nantinya di narasinya jadi full, aku juga tidak bisa terlalu banyak narasi, kalau untuk was-was, karena kita juga dibatasi oleh durasi jadi cukup sesuatu yang penting misalnya dalam hal ini lebih menekankan unsur apa, bagaimana, dan mengapa unsur itu menurut aku yang paling penting karena unsur mengapa disini bisa dijelaskan aja dalam naskah beritanya, kalau dibilang pertnyaan reporter di lapangan memang ada tapi kita tidak tayangkan atau masuk ke dalam naskah karena keterbatasan durasi.

Kenapa berita ustadz solmed tanggal 23 oktober 2012 dimunculkan di segment ke 4? Biasanya kalau di was-was, kaya kita buka koran, kalau di koran kan kiat yang pertama lihat headlinenya apa, kita tahu berita itu di muka, begitu juga di infotainment berita yang jadi andalan biasanya ditaro di segmen 1, aku juga pada waktu itu lihat pada waktu ada berita tentang nikita mirzani yang terkena kasus itu, otomatis itu ditaro di segment 1, karena itu yang lagi hangat, diperbincangkan, bener-bener yang membuat orang pengen tahu, segment 2 hampir sama dengan segment 1 Cuma tapi tidak seperti orang pengen tahu banget, kalau di was-was biasanya masih berupa kasus, kalaupun gak kasus tapi itu hal yang menjadi buah bibir yang fenomenal, misalnya seperti gaya set ala jokowi, orang biasanya pengen tahu kaya gimana, itu


(5)

menurutku lebih baik ditaro di segment 2 dari pada, berita solmed ditaro di segment 2, karena itu mempunyai daya jual yang tinggi, dan jokowi ini karena masanya banyak dan orang pengen tahu tentang dia disbanding ustadz solmed yang kesini mulai redup gak seperti pas awal, semenjak kasus itu orang jadi pengen tau, tapi setelah dia main sinetron orang jadi kurang ingin tahu tentang dia.

Kenapa dalam satu segment ke-4 ada berita berita lain selain berita ustadz Solmed? Kalau akub sih pertimbangannya berita itu tidak kuat kalau satu segment, mereka sebanding dan bedanya gak kuat kalau jadi satu segment, misalnya dapet bukan narasumber utama yang dicari, misalnya itu narasumber ke empat, gak itu jadi satu segment full didalam hal kasus, kecuali narasumber ke empat itu dia tiba-tiba membongkar suatu kasus itu mungkin beda hal tapi kalau aku lihat cuman dipermukaan itu tidak kuat satu segment, wawancaranya pun sedikit gak bisa panjang akhirnya dijadikan setengah segment.

Kenapa dalam berita ustadz solmed tanggal 23 oktober 2012 ada sisipan gambar ustadz solmed mencium istrinya?

Karena kan mereka baru mendapatkan badai dalam rumah tangganya, terus mereka tetap terlihat harmonis, intinya mereka tetap harmonis walaupun diuji sangat berat, dan itu membuktikan bukti sayangnya, jadinya kalau cium kening itu tandanya sayang jadi itu kelihatan banget bahwa keharmonisannya itu makin nyata dengan adanya tindakan-tindakan yang mesra. Bagaimana pengisahan fakta dalam berita ustadz solmed tanggal 23 oktober 2012?

Biasanya kalau di awal seperti kita sudah tahu latar belakang dia, lalu kemaren dia punya masalah, dan kita tahu mereka tetap harmonis, tapi beberapa saat yang lalu si usatdz ini terlihat ada di sebuah tempat dan istrinya datang membawa makanan, jadi banyak mengalir aja, aku menempatkan di narasi pertama itu gambar atau statement yang menarik orang untuk nonton, ini narasi yang pertama sebelumnya sudah minta april bawa makanan, tapi kalau kasus pun masukin di awal yaitu statement atau gambar yang menarik, sehingga itu menjadi daya tarik orang atau kerusuhan, kerusuhan itu pun saya taro di awal, dan yang masalah yang kurang pentingnya itu di taro di akhir.

Kenapa ada pemotongan pernyataan dari narasumber?

Biasanya orang boring kalau terlalu banyak statement, orang seneng infotainment itukan karena narasi, narasi itulah yang membawa orang yang membuat pemirsa menjadi seseatu yang menarik rapi, kalau cuman sekedar statement, orang boring beberapa menit narasumber


(6)

ngomong dengan posisi duduk manis diem, narasi itu menunjang adanya keindahan dalam suatu berita dan jadi jelas, ini beritanya seperti apa sih menjelaskan lebih detail dari statement yang tidak penting dari narasumber, cukup sedikit aja steatement nanti dibantu dinarasi, makanya aku bilang narasi itu untuk memperjelas biar pemirsa mengerti alur ceritanya, maksud beritanya apa gitu, kecuali misalnya bicara tentang hukum atau bicara tentang pasal-pasal emang hati-hati kalau potong-potong ditengah jadi lain pemahaman orang gitu kan.

Bagaimana kebijakan redaksi terkait dengan ideology yang dianut dan seberapa besar ideology itu mempengaruhi berita?

Ideology pasti ada karena setiap berita yang ditayangkan pasti akan dicheck dulu oleh pihak stasiun televise, jika beritanya tidak sesuai dengan keinginan, maka berita itu akan ditolak oleh pihak stasiun, sedangkan dari ph terkait denga berita-berita yang merugikan ph itu tidak boleh diliput, karena ph sendiri mempunyai label music dan artis yang diorbitkan, jadi jika ada berita miring tentang artis yang bernaung dilabel ph itu tidak boleh diliput.

Apa pesan yang ingin disampaikan dalam berita ini?

pesan yang ingin disampaikan dalam berita ini yaitu bahwa dalam mengarungi rumah tangga pasti ada badai yang menerjang, cobaan seberat apapun harus dijalani dengan tabah dan berpasrah kepada tuhan jangan sampai kita putus asa dengan cobaan yang menerpa.

Apa harapan anda terkait pemberitaan ustadz Solmed?

Harapan dalam berita ini agar masyarakat khususnya yang berumah tangga agar tetap menjadi rumah tangga yang harmonis walau dicoba apapun, hadapi dengan sabar dan tawakal.

Kenapa ustadz Solmed sering menjadi pemberitaan di infotainment Was -Was?

ya kita sudah tau lah, diantara ustadz-ustadz yang sering masuk tv memang ustadz Solmed yang sering, di tambah lagi popularitas dia sekarang ini masih kuat dibandingkan dengan ustadz-ustadz yang lain, selain itu pun kemaren-kemaren dia kan sempat kena musibah.

Bagaimana dengan ratting infotainment Was-Was, peringkat keberapa diantara infotainment lainnya?

kalau ratting lumayan lah, kadang naik kadang juga bisa turun, tapi kita tidak pernah lepas dari lima belas besar, karena jam tayang kita kan pagi jadi paling hanya ibu-ibu saja yang menjadi penonton dan tidak menutup kemungkinan selain ibu-ibu pun ada, jadi untuk ratting sendiri kita bisa naik turun karena kita juga bersaing dengan infotainment di tv sebelah yang tayang pada jam yang sama.