Pendapat Ulama tentang Ta’widh Ganti Rugi

b. Melaksnakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat. d. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukan. 50 Wanprestasi mempunyai hubungan yang erat dengan somasi. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban. 51 Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan apakah debitur wanprestasi atau tidak. 52

2. Mulai Terjadinya wanprestasi

Wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya, atau dengan kata lain, wanprestasi ada kalau debitur 50 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, cet.VI, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h.47-48. 51 Salim H.S, Hukum Kontrak, cet.IV, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h.99. 52 Ibid., tidak dapat membuktikan bahwa ia telah melakukan wanprestasi itu diluar kesalahannya atau karena keadaan memaksa. 53 Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan tenggang waktunya, maka seorang kreditur dipandang perlu untuk memperingatimenegur debitur agar ia memenuhi kewajibannya. 54

3. Akibat Adanya Wanprestasi

Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut: a. Perikatan tetap ada. Kreditur dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di damping itu, kreditur berhak menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan mendapat keuntungan apabila debitur melaksanakan prestasi tepat pada waktunya. b. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur Pasal 1234 KUH Perdata c. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan 53 Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009 , h.51. 54 Ibid.,