Fokus Metode Kerangka Teori dan Konseptual

15 Sedangkan pembiayaan merupakan salah satu penghasilan yang didapat oleh bank. Yaitu selisih antara nisbah bagi hasil pada nasabah tabungan dengan marjin yang ditetapan bank pada nasabah pembiayaan dengan biasa kita kenal dengan NIM net interest marjin. Risiko kredit sulit dikendalikan tanpa menguji portofolia kredit. Faktor kunci bagi pengendalian risiko adalah diversifikasi dari tipe-tipe kredit, diversifikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yangdiiayai, kebijakan agunan dan sebagainya, dan uang paling penting adalah standar pengendalian kredit yang ditetapkan. 9 Untuk meminimalisir risiko kredit atau pembiayaan bank memberlakukan ta’zir sebagai peringatan atas kelalaian nasabah sekalis ta’widh atau ganti rugi yang dialami bank secara riill. Kerangka konseptual Penyaluran dana pada nasabah 9 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen bank Syariah,cet.IV, jakarta : Pustaka Alvabet,2006, h.61. Prinsip bagi hasil laba Prinsip ujrah sewa Prinsip jual beli marjin 16 Wanprestasi cidera janji Ta’zir dan Ta’widh Analisis Kesimpulan 17

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu hal yang lazim dilakukan oleh bank syariah. Pembiayaan sendiri merupakan tugas bank sebagai media intermediasi, yaitu mengumpulkan dan kemudian meyalurkan dana tersebut. adapun sifat kegunaanya pembiayaan dapat dibagi dalam: 1. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan; dan

2. Produksi dalam bentuk yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik

usaha produksi, perdagangan maupun investasi. 1 Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 2 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al- Bai’, al-Tijarah dan al-Mubadalah. 3 Menurut istilah terminologi yang dimaksud 1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Menajemen Bank Syariah, cet.IV, jakarta : Pustaka Alvabet,2006, h.200-201. 2 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, Jakarta: RajaGrafindo Persada,2011, h.97. 3 Hendi Suhendi, fiqih Muamalat, cet.VI, Jakarta: RajaGrafindo Persada,2010, h.67. sebagai jual beli ialah menukar barang dengan barang, barang dengan uang, dengan cara melepaskan hak dari yang satu kepada yang lain dengan cara saling rela atau ridho antara kedua belah pihak. Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda transfer of property . Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. 1 Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan pada waktu pembayaran dan penyerahan barangnya kepada pembeli. a. Pembiayaan Murabahah Jual beli murabahah termasuk transaksi yang dibolehkan dalam syariat. Murabahah adalah menjual barang dengan harga jelas, sehingga boleh dipraktikan dalam jual beli 2 Murabahah al- bai’ bi tsaman ajil, lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah berasal dari kata ribhu keuntungan, adalah transaksi jual- beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai 1 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan, cet.VIII, Jakarta: RajaGrafindo Persada,2011, h.98. 2 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, Damaskus: Darul Fikr, 2007, h.358. pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan marjin. 3 b. Pembiayaan Salam Akad salam atau salaf adalah penjualan sesuatu yang akan datang dengan imbalan sesuatu yang sekarang, atau menjual sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan. 4 Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakuka tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon , namun dalam transaksi ini kuatitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. 5 c. Pembiayaan Istishna’ Istishna’ didefinisikan sebagai akad meminta seseorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu.atau dapat diartikan sebagai akad yang dilakukan dengan seseorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam tanggungan. 6 3 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, Damaskus: Darul Fikr, 2007, h.98. 4 Ibid., h.240. 5 Adiwarman A. karim, Bank islam dan Analisis Keuangan,cet.VIII, Jakarta: RajaGrafindo Persada,2011, h.99. 6 Wahbah Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, jilid V, cet.X, Damaskus: Darul Fikr, 2007, h.268.