Pendidikan Karakter pada Novel Negeri Lima Menara

3. Disiplin Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data yang menunjukkan sikap disiplin yaitu sebagai berikut : „Kalian sekarang di Madani, tidak ada istilah terlambat sedikit. 1 me nit atau 1 jam, terlambat adalah terlambat. Ini pelanggaran” 39 Pada kutipan di atas, Alif, Said, Baso, Atang, Dulmajid, Baso, dan Raja ditegur Tyson karena masih berada di lapangan, sedangkan bel yang menunjukkan waktu untuk ke masjid telah berbunyi. Walaupun mereka terlambat hanya sedikit, tetapi yang namanya terlambat tetaplah terlambat. Tidak ada ampunan bagi mereka. Peraturan tetap ditegakkan walaupun mereka mereka hanya terlambat sedikit.Mereka tetap mendapatkan hukuman.Selama di PM, kehidupan Alif dan kawan-kawannya diatur oleh bunyi lonceng.Setip bunyi lonceng menunjukkan pergantian kegiatan.Apapun kegiatan yang mereka lakukan harus tepat waktu. 4. Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang peduli, yaitu sebagai berikut. Akhi, sekarang semakin banyak orang menjadi tak acuh terhadap kebobrokan yang terjadi di sekitar mereka. Metode jasus adalah membangkitkan semangat untuk aware dengan ketidakberesan di masyarakat. Penyimpangan harus diluruskan. Itulah inti dari kullil haqqa walau kaana murran. Katakanlah kebenaran walau itu pahit. Ini self correction, untuk membuat efek jera. Dan yang paling penting, memastikan semua warga PM sadar sesadar-sadarnya, bahwa jangan meremehkan aturan yang sudah 39 Ibid ., h. 60. dibuat. Sekecil apa pun, itulah aturan dan aturan ada untuk ditaati,‟‟ jelas wali kelas kami panjang lebar kepada seisi kelas. 40 Peduli di sini dimaksudkan membantu seseorang untuk tidak berbuat jahat.Setiap kejahatan atau kesalahan harus dilaporkan untuk membuat efek jera. Dengan demikian, seseorang telah membantu orang lain untuk tidak berbuat jahat atau salah. Sebagai sesama muslim, seyogianya saling peduli dan saling mengingatkan dalam kebaikan. Setiap tejadi kebobrokan atau kejahatan, setiap muslim wajib meluruskannya. Oleh karena itu, sikap peduli sangat ditekankan oleh wali kelas tokoh Aku pada novel tersebut. 5. Mandiri Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang mandiri yaitu sebagai berikut : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad ala nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain. Cukuplah bantuan Tuhan yang menjadi anutanmu. 41 Kutipan di atas adalah nasihat dari Kiai Rais kepada para santri. Alif mengingat kembali nasihat tersebut ketika dia berada dalam kesulitan. Pada awalnya Alif ingin meminta bantuan teman-temannya agar kesulitannya segera teratasi. Namun ia lebih memilih untuk mencoba jalan keluarnya sendiri karena ingat nasihat Kiai Rais untuk menjadi mandiri. 6. Sabar Sabar, secaraetimologiberartimenahandanmencegah. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang sabar yaitu sebagai berikut: 40 Ïbid., h. 78. 41 Ïbid., h. 81-82. „Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup, “pidatonya dengan semangat berapi-api. 42 Kutipan di atas adalah kalimat Ustad Salman kepada para santri. Ia mengajarkan para santri untuk bersabar atas penderitaan hari ini. Mendengar nasihat Ustad Salman tersebut, Said yang sering mengantuk di kelas berusaha melawan rasa kantuknya. Ia sabar untuk menerima pelajaran hari ini walaupun cukup berat baginya. Ia berusaha melewati setiap kesulitan dengan rasa sabar. Kesabarannya pada akhirnya membuahkan hasil. Pada akhirnya, ia lulus dengan nilai yang cukup baik. 7. Kerja keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat lima data tentang keja keras. Salah satunya sebagai berikut. Raja dan Baso mengucek-ngucek mata sambil menguap lebar.Mereka segera mengundurkan diri masuk kamar.Said sudah sulit ditolong dari cengkraman kantuk, tapi dia tidak menyerah.Setiap buku yang dipegangnya jatuh ke lantai karena tertidur, dia kembali memungutnya dan melanjutkan membaca.Sementara Atang dan Dulmajid tampak masih cukup kuat melawan kantuk.Aku juga tidak mau kalah.Walau mata berat, aku ingin menjalankan tekad yang sudah aku tuliskan dalam buku. Aku akan bekerja keras habis-habisan dulu. 43 42 Ibid., h. 106. 43 Ibid., h. 199 Data tersebut menggambarkan sikap kerja keras tokoh Aku dan kawan-kawannya.Pada saat menjelang ujian, mereka sahirul lail yang artinya begadang sampai jauh malam untuk belajar dan membaca buku.Said walaupun sudah terkantuk-kantuk tetapi tetap berusaha untuk melanjutkan membaca buku.Tokoh Aku pun begitu.Ia tetap belajar dengan keras meski sudah mengantuk. Sikap kerja keras tokoh Aku juga tampak pada saat ia mendapatkan giliran untuk berpidato. Di sela-sela kesibukan dan kegiatannya sebagai santri, ia bekerja keras untuk menulis skrip pidato agar bisa diserahkan tepat pada waktunya. Setelah itu, tokoh Aku lalu berusaha menghafal pidatonya dengan dibantu teman-temannya.Hasil kerja kerasnya kemudian menampakkan hasil.Para pendengar kagum dan terpukau mendengar isi pidato tokoh Aku. Selain berpidato, usaha kerja keras tokoh Aku dan kawan- kawannya juga tampak pada saat persiapan pementasan drama yang berjudul “ The Great Adventure of Ibnu Batutah”. Mereka berusaha untuk penampilan terbaik.Usaha mereka tidak sia-sia.Kiai Rais sebagai pemimpin PM memuji penampilan mereka sebagaimana kutipan berikut.“Sebuah hasil dari upaya kerja keras dan kreativitas tinggi.Terima kasih telah menghibur kami dan saya memberi nilai 9 untuk semua ini,” kata beliau sambil bertepuk tangan. 44 Sikap kerja keras lainnya diperlihatkan tokoh Aku pada saat kedatangan Presiden ke PM. Di bawah bimbingan Ustad Salman, tokoh Aku yang pada saat itu menjadi wartawan majalah Kilas 70 berusaha menyiapkan Kilas 70 instant. Sebelum Presiden menutup pidatonya Alif dan tim berhasil menerbitkan Kilas 70 yang ditulis dan dicetak pada saat itu. Ustad Salman menyerahkan majalah Kilas 70 yang meliput tentang 44 Ibid., h. 349 kunjungan Presiden tersebut, bahkan sebelum Presiden turun dari panggung. Tidak hanya Alif, Said pun menunjukkan sikap suka bekerja keras. Hal tersebut ia kemukakan sebagaimana kutipan berikut. Persis.Kita perlu bertekad lebih banyak dari orang kebanyakan. Kalau umumnya orang belajar pagi, siang, dan malam, maka aku akan menambah lagi dengan bangun lagi dini hari untuk mengurangi ketinggalan dan menutupi kelemahanku dalam hapalan. Di atas semua itu, ketika semua usaha telah kita sempurnakan, kita berdoa dengan khusuk kepada Allah.Dan hanya setelah usaha dan doa inilah kita bertawakal, menyerahkan semuanya kepada Allah,” tandas Said 45 . 8. Tegar Novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang tegar sebagaimana kutipan di bawah ini yang menunjukkan bahwa Ustad Salman berpesan kepada para santri agar mereka tegar menghadapi kehidupan. Mental mereka tidak boleh hancur hanya karena pengaruh dari pihak yang lebih berkuasa. Jangan biarkan bagian keamanan menghancurkan mental terdalam kalian. Jangan biarkan diri kalian kesal dan marah, hanya merugi dan menghabiskan energi. Hadapi dengan lapang dada dan belajar darinya. Bahkan kalian bisa tertawa, karena ini hanya gangguan sementara. 46 Para santri dibakar oleh semangat hidup yang menggelegak.Raja, Dulmajid, Atang, Said, dan Baso menanggapi nasihat Ustad Salman dengan ekspresi masing-masing. Sementara tokoh Aku membulatka tekad bahwa tidak akan ada yang bisa menggoyahkan tekad dan cita-citanya. 45 Ibid., 46 Ïbid., h. 108. 9. Berbakti kepada orang tua Berbakti kepada orang tua adalah sebuah sifat yang baik. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat dua data tentang berbakti kepada orang tua sebagai berikut.“Ini baktiku kepada Nenek yang masih hidup.Siapa tahu kepulanganku bisa menjadi obat bagi nenekku. Sedangkan hafalan Al-Quran adalah hadiah buat almarhum bapak dan ibuku, yang hanya aku kenal lewat foto saja” Itulah kata-kata Baso kepada teman-temannya saat ia memutuskan pulang untuk selama-lamanya. Baso adalah seorang anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat melahirkannya, sedangkan ayahnya meninggal ketika ia berumur empat tahun. Ia tinggal bersama neneknya. Waalaupun orang tuanya telah meninggal, namun itu tidak membuat Baso kehilangan kesempatan untuk berbakti kepada mereka.Ia berusaha menghapal Al-Quran agar kedua orang tuanya mendapat kemuliaan di akhirat kelak. Sementara kepada neneknya, Baso berbakti dengan cara merawat neneknya yang sakit. Itulah sebabnya Baso tidak menyelesaikan pendidikannya di PM agar bisa merawat neneknya yang sakit di kampungnya. Kiai Rais sebagai pemimpin PM sering menasihati santrinya untuk berbakti kepada orang tua.Nasihat ini merasuk ke jiwanya Alif.Ia tersadar bahwa telah lama ia tidak menghubungi ibunya Amak sebagai bentuk protes karena tidak boleh masuk SMA. Alif kemudian menulis surat kepada ibunya. Di dalam surat itu, ia meminta maaf kepada ibunya sekaligus menceritakan kegiatan sehari-harinya di pesantren. Alif merasa lega setelah mengirim surat tersebut kepada ibunya. 10. Menyeru kebaikan Menyeru kepada kebaikan adalah sifat yang baik yang dianjurkan dalam agama Islam. Dalam novel Negeri Lima Menara terdapat satu data tentang menyeru kebaikan.Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini yang mana Kiai Rais berpesan kepada para santrinya agar tetap menyeru kepada kebaikan di mana pun berada. Silakan gunakan liburan untuk berjalan, melihat alam, dan masyarakat di sekitar kalian. Di mana pun dan kapan pun, kalian adalah murid PM. Sampaikanlah kebaikan dan nasehat walau satu ayat,”begitu pesan Kiai Rais di acara melepas libur minggu lalu. 47 11. Bersyukur Bersyukur adalah kemampuan menghargai apa yang didapat, apa yang dialami, dan dapat memandang dari sisi positif apa yang terjadi walaupun tidak selalu berkenan di hati. Dalam novel Negeri Lima Menara ada dua data tentang bersyukur salah satunya sebagai berikut: “Anak- anakku semua. Mari kita bersyukur, kita telah diberi jalan oleh Tuhan untuk bersama melangkah sampai sejauh ini. Selamat atas naik ke kelas enam. Tujuan akhir kalian tidak jauh lagi. Terminal sudah tampak di ujung sana.” 48 Kutipan tersebut adalah nasihat Kiai Rais kepada para santri untuk banyak-banyak bersyukur. Para santri dianjurkan untuk bersyukur karena telah naik ke kelas enam.Tidak banyak orang yang mendapatkan kesempatan untuk belajar hingga tingkat tersebut. Data lain yang menunjukkan sikap bersyukur yaitu pada saat kelulusan. Alif dan teman-temannya yang dinyatakan lulus langsung mengucapkan Alhamdulillah seraya sujud syukur. 47 Ibid., h. 219. 48 Ibid ., h. 291. 12. Bersungguh-sungguh Bersungguh-sungguh adalah karakter yang paling ditekankan dalam novel ini. Untuk memperoleh sesuatu hal yang kita inginkan maka kita harus mengupayakannya dengan sungguh-sungguh. Hal ini juga sesuai dengan nasihat Kiai Rais kepada para santri sesuai dengan kutipan di bawah ini : Änak‟-anakku. Ini akan jadi tahun tersibuk dan terbaik kalian. Kami yakin kalian mampu menjalankannya. Mulailah dengan bismillah dan selalu amalkan man jadda wa jada. ” 49 Dalam novel Negeri Lima Menara ini tujuh data tentang sikap bersungguh-sungguh, salah satunya dapat dilihat dari data berikut: Man jadda wa jada ,” teriakku pada diri sendiri. Sepotong syair Arab yang diajarkan di hari pertama masuk kelas membakar tekadku. Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Dan sore ini, dalam 3 jam ini, aku bertekad akan bersungguh-sungguh menjadi jasus. Aku percaya Tuhan dan alam-Nya akan membantuku, karena imbalan kesungguhan hanyalah kesuksesan. Bismillah. 50 Dengan wajah berseri-seri dan senyum menyilang di wajahnya, Ustad Salman hilir mudik di antara bangku-bangku muri baru, mengulang- ngulang mantera ajaib ini di depan 30 santri. Setiap ia berteriak, santri menyalak dengan kata yang sama, man jadda wa jada. Hampir satu jam non stop, kalimat ini bersahut-sahutan dan bertalu-talu. Inilah pelajaran hari pertama yang beliau berikan di PM. Kata mutiara sederhana tapi kuat yang menjadi kompas kehidupaan para santri. Hal ini lah yang memacu semangat tokoh Aku tatkala ia menjadi jasus. Awalnya ia putus asa, karena hamper tiba tenggat waktu yang ditetapkan tetapi ia belum juga menemukan orang yang melakukan kesalahan. Namun tokoh Aku tidak menyerah begitu saja, ia percaya dengan semangat man jadda wa jada ia akan mendapatkan imbalan atas usahanya. Benar saja. Kesungguhan tokoh 49 Ibid., h. 292 50 Ibid, . h. 82 Aku segera terbukti, satu jam ke depan kedua kartuya telah terisi. Ia telah menemukan orang yang melanggar peraturan. Sikap sungguh-sungguh juga tampak pada berusaha menguasai sebuah bahasa.Setiap selesai shalat Shubuh, seorang kakak penggerak bahasa masuk ke stiap kamar lalu meneriakkan sebuah kata baru beberapa kali dengan lantang dan jelas.Para santri diminta mengulangi bersama- sama, dan satu persatu juga dengan suara lantang.Meneriakkan kosa kata baru di subuh buta, memaksakan diri untuk memahami, dan memasukkan ke kalimat, lalu melihat tulisannya dan terakhir mengikat ilmu baru ini dengan menuliskannnya.Itulah yang dilakukan santri setiap hari.Mereka benar-benar bersungguh-sungguh dalam menambah kosa kata. Kesungguhan tersebut juga tampak dari usaha yang dilakukan Ustad Salman Untuk menguasai bahasa tersebut, ia selalu membaca kamus, bahkan menamatkannya hingga 2-3 kali. Ia membaca kamus dari halaman depan sampai halaman belakang, tanpa melewatkan satu halaman pun. Hasilnya tampak dari bahasa yang dikuasai Ustad Salman.Dia menguasai bahasa Inggris, Arab, Perancis, dan Belanda. Data lain yang menunjukkan sikap sungguh-sungguh yaitu ketika Baso dan Raja memutuskan untuk menyusun kamus Inggris-Arab- Indonesia khusus buat pelajar. Menurut mereka, kamus yang ada sekarang terlalu tebal dan kurang cocok untuk orang yang baru belajar bahasa dasar.Perlu disederhanakan sesuai kebutuhan.Banyak yang tidak percaya dan menganggap ide ini sebuah mimpi yang keterlaluan.Tapi mereka maju terus. Mereka lakukan itu dengan cara yang paling manual. Masing- masing membagi tugas.Raja menuliskan entry Inggris dan Baso untuk Arab.Selama setahun, siang malam mereka mengerjakan pemilihan kata yang benar-benar cocok untuk para pelajar.Dua tahun kemudian, kamus mereka dicetak di percetakan PM. Mereka membuktikan tidak ada hal yang mustahil selama bersungguh-sungguh untuk mencapainya.Mimpi Sahibul Menara untuk berada di negara impiannya tercapai setelah mereka bersungguh-sungguh belajar selama di PM. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut. Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang tidak yakin dengan kami berdua, dan sangat percaya bahwa awan itu berbentuk benua Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis, awan itu berbentuk peta Negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya.Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. Kami berenam telah berada di lima Negara yang berbeda. Di lima menara impian kami. Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun.Tuhan sungguh Maha Mendengar.Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. 51

H. Pendidikan Karakter pada Novel Semester Pertama di Malory Towers

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa novel Semester Pertama di Malory Towers mengandung nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut: 1. Berkepribadian baik Nilai-nilai karakter pada novel Semester Pertama di Malory Towers dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Suatu hari nanti, kalian akan meninggalkan sekolah ini, memasuki kehidupan sebagai seorang wanita muda. Kalian harus membekali diri dengan kecerdasan otak, kelembutan hati, dan kemauan untuk membantu sesamamu. Kalian harus membekali diri dengan pengertian yang mendalam terhadap banyak hal, dengan kemauan untuk menerima tanggung jawab, serta menampilkan diri sebagai wanita yang patut dicintai dan dipercaya. Semua ini bisa kalian pelajari di Malory Towers kalau saja kalian bisa bertekad 51 Ibid ., h. 405 mempelajarinya. Kami sama sekali tidak menganggap kemampuan murid-murid untuk memenangkan beasiswa, gelar, atau lulus berbagai ujian sebagai tanda keberhasilan kami. Yang kami anggap berhasil adalah bila bekas murid kami tampil sebagai wanita yang lembut hati, cerdas dipercaya, berpikiran matang, seseorang yang bisa menjadi andalan orang-orang di sekelilingnya. Aku menganggap sekolah kita gagal bila ada seseorang yang tak mempelajari sifat- sifat baik itu di sini” 52 Dari data di atas telah tampak bahwa sekolah Malory Towers yang diceritakan pada novel tersebut sangat menekankan pendidikan karakter pada anak didiknya. Nona Grayling sebagai kepala sekolah, pada awal masuk sekolah telah memberikan nasihat bahwa yang diharapkan sekolah tersebut adalah orang-orang yang tidak hanya cerdas otaknya tetapi juga harus mempunyai kelembutan hati dan kemauan untuk membantu sesama. Nona Grayling berharap siswanya suatu saat nanti dapat bermanfaat bagi sesama. 2. Cinta damai Tak banyak orang yang mempunyai sifat cinta damai.Akan tetapi, tidak demikian dengan Darrel Rivers.Ia segera menyesal setelah melakukan kesalahan dan segera minta maaf kepada orang yang telah dilukainya. Darrel Rivers mempunyai sifat mudah marah. Ia kesulitan mengendalikan emosinya. Apalagi ketika ia melihat seseorang melakukan tindakan keji di depan matanya. Suatu hari Darrel Rivers melihat Gwendoline membenamkan kepala Marry-Lou di kolam renang. Darrel pun marah melihat kejadian itu.Ia pun kemudian menampar paha Gwendoline dengan keras. Namun setelah itu Darrel Rivers amat menyesal. Ia menyadari bahwa dirinya tak lebih baik dari Gwendoline. Tingkahnya yang main hakim sendiri telah membuat malu dirinya sendiri. 52 Blyton, Enid. Semester Pertama di Malory Towers. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. h. 42. Oleh karena itu, setelah menyesal Darrel Rivers segera meminta maaf kepada Gwendoline. Ia tidak suka bertengkar dan lebih cinta damai. Berikut kutipannya: Ia menyesal kini telah menampar Gwendoline. Itulah hasil terburuk dari memiliki sifat pemarah. Banyak hal dilakukannya dengan tanpa berpikir panjang akan akibatnya. Tanpa berpikir bahwa nanti bila marahnya hilang ia akan malu akan perbuatannya. 53 “Gwendoline maafkan aku.Aku menyesal telah menamparmu tadi.Aku sungguh-sungguh menyesal.Aku tadi begitu menyesal hingga tak terpikir olehku apa yang kulakukan.” 54 Tidak hanya meminta maaf kepada Gwendoline, Darrel Rivers juga meminta maaf kepada Katherine, sang ketua kelas seperti kutipan berikut:” Katherine, aku sangat menyesal telah berbicara seperti tadi padamu. Entah bagaimana aku bisa melakukan itunya. Saat itu aku begitu marah, mungkin, sehingga tak b isa mengendalikan diriku” 55 . Karena sifatnya yang berani mengakui kesalahan dan tidak mencari-cari alasan untuk kesalahan tersebut , Darrel disukai teman-temannya. Selain Darrel Rivers, Alicia John pun memiliki sifat yang sama. Ia berani meminta maaf ketika ia salah menuduh Darrel merusak pulpen Marry- Lou. Berikut pernyataan maaf Alici kepada Darrel : “Darrel, aku minta maaf karena telah berpikir bahwa kaulah yang berbuat,” katanya. “Sesungguhnyaaku tak meragukan kejujuranmu, tapi aku harus mempunyai bukti nyata untuk itu.” 56 . Darrel pun dengan senang hati memafakan Alicia Johns. Berdasarkan uraian di atas maka terdapat tiga data yang menunjukkan sikap berani mengakui kesalahan pada novel Semester Pertama di Malory Towers . 53 Ibid. , h. 84-85 54 Ibid., h. 85. 55 Ibid., h. 89. 56 Ibid., h. 242 3. Peduli Sosial Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan panduan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Dalam novel Semester Pertama di Malory Towers terdapat satu data tentang sikap peduli sosial.Sikap peduli sosial ini ditunjukkan Darrel Rivers dengan menolong Gwendoline mengepang rambutnya. Saat itu Gwendoline tidak bisa mengepang rambutnya sendiri. Berikut ktipannya: “ Mari kutolong mengepang rambutmut,‟ kata Darrel berdiri. “Agaknya kau tak tahu cara mengepang rambut, Gwendoline. “ 57 4. Setia kawan Pada novel ini terdapat satu data tentang sikap setia kawan.Sikap setia kawan tersebut ditunjukkan oleh Marry-Lou.Ia tidak percaya bahwa Darrel yang merusak pulpennya, walaupun semua orang menuduh demikian. Marry-Lou berusaha mencari bukti yang menyatakan Darrel Rivers tidak bersalah. Saat orang lain mengucilkan Darrel, Sally Hope dan Marry-lou tetap bersedia menjadi sahabat Darrel. Pada akhirnya, memang terbutki bahwa bukan Darrel yang merusak pulpen Marry-Lou melainkan Gwendoline. Darrel sangat senang memiliki sahabat seperti Sally Hope dan Marry-Lou. 5. Bekerja sama Sikap bekerja sama pada novel ada satu data. Data yang menunjukkan sikap bekerja sama tampak pada kutipan di bawah ini yang memperlihatkan bahwa Sally Hope dan Darrel River bekerja sama membantu Marry-Lou untuk tidak menjadi penakut. Sally Hope merencanakan agar Darrel Rivers tenggelam di kolam renang. Kemudian diharapkan Marry-Lou dengan penuh keberanian datang melemparkan ban. Akan tetapi sungguh di luar dugaan, Marry-Lou tidak melemparkan 57 Ibid. , h. 52.