Tapi sayang, salah seorang dari sahabat tersebut yaitu Baso harus keluar dari pesantren. Ia meninggalkan Pondok Madani untuk menjaga neneknya dan
berusaha menghafal Alquran di kampungnya. Waktu terus berjalan, Sahibul Menara yang lain terus melanjutkan
pendidikan di Pondok Madani. Hari ke hari terasa makin indah bagi mereka. Makin banyak manfaat yang mereka peroleh, baik dari persahabatan mereka, mau
pun dari sistem pendidikan yang sangat baik. Hingga akhirnya mereka bisa meraih mimpi yang selama ini hanya bayangan.Mereka membuktikan bahwa mereka bisa
menaklukkan dunia. Mereka kemudian bernostalgia dan membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Madani,
Jawa Timur. Ternyata bagi mereka, menempuh pendidikan di pesantren mempunyai makna indah yang tak ternilai. Alif yang tadinya beranggapan
pesantren itu kampungan dan kuno, ternyata salah besar. Pendidikan di pesantren sangat menjunjung tinggi disiplin sehingga mencetak generasi yang bertanggung
jawab dan mempunyai komitmen. Apalagi di pesantren, jiwa dan gelora muda para santri disulut dan dibakar
oleh para ustad agar tidak gampang menyerah. Secara rutin, setiap pagi didengungkan kata-
kata sakti “Man jadda wa jada”. Alif menjadi bersyukur dan berterima kasih kepada Amaknya yang telah menyuruhnya melanjutkan sekolah
di pesantren.
D. Sinopsis Novel Semester Pertama di Malory Towers
Novel Semester Pertama di Malory Towers menceritakan tentang kehidupan Darrel Rivers bersama teman-temannya di sekolah Malory Towers.
Sekolah Malory Towers adalah sekolah berasrama khusus untuk murid-murid wanita yang terdiri dari empat menara yaitu Menara Utara, Menara Selatan,
Menara Barat, dan Menara Timur. Darrel Rivers bersama 9 orang temannya ditempatkan di Menara Utara. Teman-teman Darrel Rivers di Menara Utara
bernama Alicia Johns, Gwendoline, Sally Hope, Mary-Lou, Irene, Jean, Emily, Violet, dan Katherine sebagai ketua kamar.
Sekolah Malory Towers terletak di tepi pantai, di mana tenis dan renang merupakan kegiatan utamanya. Darrell berangkat ke sekolah ini diantar oleh
ibunya dengan naik kereta api. Di dalam kereta api Darrell mendapat teman yang bernama Alicia yang nakal tapi cerdas dan gemar melakukan berbagai muslihat
untuk menjebak guru-gurunya. Di Malory Towers itu juga terdapat seorang anak yang manja, suka
membual, dan berhati keji yang bernama Gwendoline. Gwendoline belum pernah sekolah. Sebelumnya ia belajar di rumah dengan guru pribadinya yang bernama
Nona Winter. Oleh karena itu, Gwendoline sangat susah beradaptasi di Malory Towers. Ia tidak punya sahabat dekat kaena sifatnya yang buruk.
Hari pertama masuk sekolah, Darrell bersama teman-temanya berkenalan dengan guru-gurunya. Setelah satu minggu Darrell dan teman-temannya sudah
dapat menyesuaikan diri di sekolahnya. Setelah beberapa minggu di sana semua anak sudah saling kenal bahkan seperti keluarga sendiri. Mereka selalu berkumpul
bersama untuk berbincang-bincang tetapi setiap kali mereka berbincang-bincang pasti Alicia selalu membuat lelucon.
Suatu hari Darrell tak bisa menguasai diri karena Gwendoline menubruk Mary-Lou dan Mary-Lou terjatuh kedalam kolam renang. Tidak hanya itu,
Gwendoline juga membenamkan Mary-Lou kuat-kuat ke dalam air. Semua teman- teman Darrell heran karena Darrell yang tenang itu bisa marah. Setelah
pertengkaran itu, akhirnya Darrell dan Gwendoline saling meminta maaf. Karena takut, setiap hari Mary-Lou selalu mengikuti Darrell.
Akibat terlalu lalu lama menyelam Alicia menjadi tuli untuk beberapa waktu. Alicia mendapat masalah baru yaitu tidak dapat mendengar.
Setiap hari Mary-Lou selalu membereskan lemari kecil milik Darrell tetapi hal itu malah membuat Darrell menjadi kesal karena Mary-Lou mengubah-ubah
susunan barang yang ada di dalam lemari. Ternyata Gwendoline masih mempunyai niat jahat kepada Mary-Lou.Gwendoline pura-pura bersahabat dengan
Mary-Lou. Padahal di belakang itu semua, ia selalu membuat susah Mary-Lou. Gwendoline menaruh laba-laba di laci Mary-Lou. Ternyata laba-laba itu merayap