Awal Penerapan Pendidikan Seks

Diantara sikap Rasulullah SAW di dalam mendidik masyarakat dan mengatasi kerusakan-kerusakan jiwa, adalah sebagaimana sebagaimana yang terlihat di dalam hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Anas ra, bahwa: Tiga macam manusia telah datang kepada istri-istri Nabi SAW, bertanya kepada mereka tentang ibadah beliau. Ketika mereka diberitahukan tentang ibadah beliau itu, seakan-akan mereka memandangnya sedikit, sehingga mereka bertanya, “dimanakah kedudukan kami disisi Nabi SAW, sedang beliau telah diampuni dari dosanya yang telah lalu dan yang akan datang?” salah seorang diantara mereka berkata, “adapun aku, selalu tidak luput dari shalat malam”, yang lain berkata, “aku selalu berpuasa dan tidak pernah berbuka”, dan yang lainnya berkata, “aku menghindarkan diri dari kaum wanita dan tidak pernah kawin”. Kemudian, datanglah Rasulullah SAW seraya bersabda, “kaliankah yang berkata anu dan anu itu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya daripada kalian. Tetapi, aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku tidur, dan aku mengawini kaum wanita. Oleh karena itu, barang siapa benci terhadap sunnahku, maka ia bukan termasuk umatku”. Sikap rasulullah SAW ini merupakan penjelasan yang paling besar bahwa Islam adalah dini ‘l-fitrah, way of life dan risalah keabdian sampai Allah mewariskan bumi dan segala isinya. Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? Diantara pandangan Islam tentang seks adalah bahwa Islam memandang pemenuhan syahwat dan naluri secara halal melalui perkawinan, termasuk salah satu amal saleh. Pelakunya berhak mendapatkan keridhaan Allah, balasan dan pahala. 16

C. Awal Penerapan Pendidikan Seks

Insting seksual gharijah jinsiyah bukan suatu hal yang buruk bagi manusia, tapi sangat bermanfaat untuk keberlangsunga generasi muda. Berkat 16 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Bandung: Asysyifa, 1998, h. 667-669 insting ini juga manusia menjadi betah hidup didunia. Kalau insting ini digunakan secara benar akan terwujud kehidupan yang indah dan menyenangkan bagi umat manusia. Namun sebaliknya kalau manusia menyalahgunakan insting ini secara sewenang-wenang, maka hidup akan menjadi neraka baginya. Guru dan orang tua harus serius memberikan bekal yang praktis untuk anak-anak dalam segala tahapnya sehingga mereka terhindar dari perbuatan asusila. Anak-anak yang mudah terangsang memang harus ditangani dengan benar. Sebagian orang mengira bahwa anak-anak yang belum baligh tidak mengerti apa-apa tentang seks, dan bahkan tidak memiliki sensitivitas tertentu. Pandangan seperti ini tampaknya harus segera dirubah karena menurut riset anak-anak sudah mengalami rasa nikmat, dan bahkan bisa dilihat. Alat kemaluan anak-anak laki-laki bahkan tegang ketika tersentuh. Anak-anak yang berusia 5 sampai 6 tahun kadang-kadang suka melihat kemaluan temannya dan kadang-kadang saling menyentuh. Para ahli psikolog mengatakan bahwa anak-anak yang berusia 6 sampai 7 tahun sudah bis membayangkan hubungan seks dan bahkan ingin mengetahuinya lebih jauh lagi. Dari usia 8 tahun sampai 9 tahun kadang- kadang mereka secara sembunyi-sembunyi berbicara dengan kawan-kawannya membicarakan masalah seks. Kadang-kadang mereka juga ingin mengetahui rahasia hubungan seks kedua orang tua mereka. Semakin dewasa, semakin besar hasrat seksula mereka. Hasrat seksual pada anak-anak memang tampak dalam bentuk yang berbeda-beda. Kecenderungan seperti itu jika masih dalam batas-batas kewajaran, maka tidak akan menjadi masalah. Namun jika anak- anak sudah kecanduan dengan seksual , maka ini tidak bisa dibiarkan lagi. Anak-anak yang cepat matang secara seksual akan mengalami kesulitan- kesulitan mental, sebab ia tidak bisa memuaskan hasratnya lewat pernikahan resmi. Sebagian anak-anak juga ada yang terbiasa melakukan onani sejak kecil, jika tidak bisa dihentikan kebiasaan ini sejak kecil maka akan terbawa sampai dewasa. Orang tua harus melakukan pengawasan dan berusaha mengalihkan hasrat mereka sehingga tidak menjadi kebiasaan. Dan lakukan penegahan sejak dini, sehingga anak-anak tidak mengalami reaksi seksual sebelum waktunya. 17 Pendidikan seks juga berkenaan dengan perintah Allah SWT. Agar menutup aurat yang tidak hanya ditujukan kepada wanita akan tetapi juga bagi laki-laki. Aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan, sedangkan bagi laki-laki batas auratnya adalah antara lutut dan pusar. Begitulah ketentuan syariat Islam dalam hal menjaga aurat, baik dikenakan kepada wanita wanita maupun laki-laki karena Islam menjaga sekali sopan santun dalam pergaulan antara sesama manusia, khususnya kepada lawan jenis dan sangat menjunjung tinggi masalah moralitas. Dalam surat An-Nur ayat 58-59, Allah SWT menjelasan dasar-dasar pendidikan bagi keluarga yang mencakup adab bagi anak kecil dalam meminta izin ketika hendak masuk kekamar orang tuanya. Pertama, anak tidak boleh kekamar orang tua sebelum masuk waktu shalat shubuh sebab pada saat itu orang tua mungkin masih terlelap tidur. Kedua, siang hari sesudah shalat dzuhur aebab waktu itu mungkin dipergunakan orang tua unutk istirahat. Ketiga, sesudah waktu shalat isya sebab waktu itu merupakan waktu idur dan beristirahat bagi orang tua. Petunjuk al-Quran diatas secara tegas telah menunjukan bahwa Islam benar-benar memperhatikan pendidikan anak dan melindungi kesucian mereka. Mengenai waktu pendidikan seks, seharusnya dimulai sejak anak kecil dan bukan setelah remaja. Yang bertanggung jawab adalah semua pihak baik orang tua, sekolah guru, masyarakat dan pemerintah. 18 Akhirnya peran orang tua yang dekat kepada anak berkewajiban untuk memberikan pendidikan seks. Oleh karena itu orang tua harus siap untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh anaknya berkaitan dengan masalah seks itu. Hendaknya disesuaikan juga dengan cara-cara yang setaraf dengan usia pertumbuhannya baik di rumah maupun disekolah. 17 Ahmad Subandi dan Salman Fadhullah, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta Al- Huda, 2006 h. 275-276 18 Arfendi AR, Pendidikan Seks dan Akhlak Buat Si Mungil , Mabrur, 026, November, 1994, h. 37 Menurut Abdullah Nasih Ulwan bahwa pendidikan seksual yang harus mendapatkan perhatian secara khusus dari para pendidik, dilaksanakan berdasarkan fase-fase berikut ini: Fase pertama, usia 7 – 10 tahun, disebut masa tamyiz masa pra pubertas. Pada masa ini, anak diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua, usia 10 – 14 tahun, disebut masa murahaqah masa peralihan atau pubertas pada masa ini anak dijauhkan dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga, usia 14 – 16 tahun, disebut masa bulugh masa adolesen. Jika anak sudah siap untuk menikah, maka pada masa ini anak diberi pelajaran tentang etika adab mengadakan hubungan seksual. Fase keempat, setelah masa adolesen disebut masa pemuda. Pada masa ini anak diberi pelajaran tentang adab etika melakukan isti’faf bersuci, jika memang ia belum mampu melangsungkan pernikahan. 19

D. Tujuan Pendidikan Seks