Kedudukan dan Kewajiban Orang tua Terhadap Anak Dalam Keluarga

B. Kedudukan dan Kewajiban Orang tua Terhadap Anak Dalam Keluarga

Seorang pria dan wanita yang berjanji dihadapan Tuhan untuk hidup sebagai suami istri, berarti juga bersedia memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang bakal dilahirkan. Ini berarti bahwa pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan siap sedia untuk menjadi orang tua. Salah satu kewajiban dan hak utama dari orang tua yang tak dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Sebab orang tua memberikan hidup kepada anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka. Jadi tugas sebagai orang tua tidak hanya sekedar menjadi perantara adanya makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya agar dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya. 4 Anak bagi orang tua merupakan amanat Allah dan menjadi tanggung jawabnya kepada Allah SWT untuk mendidiknya, mengisi fitrahnya dengan karimah, iman dan amal shaleh. Rasulullah SAW bersabda: آ دﻮ ﻮ دﻮ ﻮ ﻮ ﺪ ﻰ ،ةﺮ ا اﻮ ﺄ ﻪ ادﻮﻬ وأ ﻪ اﺮ وأ ،ﻪ ﺎ ﺎ آ ﺔ ﻬ ا ًﺔ ﻬ ،ءﺎ ه نﻮ ﺎﻬ ؟ءﺎ ﺪ ﺛ لﻮﻘ ﻮ أ ةﺮ ﺮه : اوءﺮ او نإ ﺌ : تﺮ ﷲا ﻰ ا ﺮ سﺎ ا ﺎﻬ ﺪ ﻖ ،ﷲا ﻚ ذ ﺪ ا ، ﻘ ا ﻜ و ﺮ آأ سﺎ ا نﻮ . Artinya: “setiap anak dilahirkan atas fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya, bagaikan binatang yang sebagai menghasilkan secara keseluruhan, apakah kalian merasakan padanya ada kekurangan? Kemudian Abu Hurairah berkata “kalau kalian berkehendak bacalah” “fitrata ‘illahi dan seterusnya tetaplah atas fitrah Allah, yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agam, yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” H.R. Bukhari dan Muslim Berdasarkan hadits ini pendidikan post natal setelah lahir orang tua mempunyai tanggung jawab tentang pengisian fitrah si anak. Dalam hal ini kewajiban orang tua mengisinya dengan iman dan amal shaleh menurut metoda yang tepat untuk tiap tahapan umur anak. Pendidikan post-natal untuk tahap pertama, sesuai dengan kewajiban anak, yang mempunyai naluri instink meniru, bahwa sianak suka meniru apa saja yang 4 Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta: Rajawali Pers, Cet II, h 37-38 diindranya, yang dilihatnya yang didengarnya dan yang dirasakannya, semuanya itu dianggapnya wajar dan itulah yang baik dan benar. Kalau pada anak-anak instink meniru lebih kuat, maka metode uswatun hasanah, “contoh teladan” dari orang-orang yang dekat dengan anak itu yang paling tepat. Dan dalam hal ini orang yang paling dekat kepada anak adalah ibu dan bapaknya. Diantara ibu dan bapak secara teori, ibunyalah yang paling dekat kepada anaknya. Karena itu contoh teladan dari ibu dan bapak sangat berpengaruh pada pembentukan mental anak-anak, baik berupa perkataan, perbuatan dan sikap tingkah laku orang tua akan memberikan bahan mental yang kuat bagi anak. Dalam hal inilah kewajiban orang tua mengisinya dengan contoh dan teladan bagaimana sikap orang yang beriman dan bagaimana beramal saleh agar diikuti oleh anak-anaknya. 5 Orang tua memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap anaknya. Perasaan ini dijadikan Allah sebagai asas kehidupan psikis, sosial dan fisik kebanyakan makhluk hidup. Allah menanamkan perasaan itu didalam diri manusia antara lain mempertahankan kelangsungan hidup jenis mereka di muka bumi. Perasaan inilah yang membuat orang tua mampu bersabar dalam memelihara, mengasuh dan mendidik anak segala memperhatikan segala kemaslahatnnya. 6 Setiap orang tua ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang bertumbuh itu. Perlakuan orang tua terhadap anak tertentu dan terhadap semua anaknya merupakan unsur pembinaan lainnya dalam pribadi anak. Perlakuan keras, akan berlainan akibatnya daripada perlakuan yang lembut dalam pribadi anak. Hubungan orang tua sesama mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan 5 Prof.Dr.H Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996, h. 223-224 6 Herry Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999 cet II, h. 85. membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik. Karena ia mendapat kesempatan yang cukup baik untuk bertumbuh dan berkembang. Tapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekscokan akan membawa anak kepada pertmbuhan pribadi yang sukar dan tidak mudah dibentuk, karena ia tidak mendapatkan suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. 7 Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan atau pembina pertama adalah orang tua, semua pengalaman yang dilalui anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam pribadinya 8 Dalam ilmu pendidikan, kedudukan orang tua disebut sebagai pendidik kodratprimer, karena secara kodrat memang anak berasal dari orang tuanya, sehingga orang tualah yang mempunyai tanggung jawab primer penanggung jawab utama dalam mendidik anak, disamping itu orang tua juga berfungsi sebagai pendidik pertama dan utama, dari orang tualah anak pertama kali memeperoleh dasar-dasar pendidikan yang sangat penting artinya bagi perkembangan pribadi atau kehidupannya. Orang tua disebut sebagai pendidik utama karena orang tualah yang mempunyai kesadaran dan cinta kasih yang mendalam untuk mengasuh mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran. 9 Para Ulama umat Islam menyadari pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syeikh Abu Hamid al-Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan menyatakan: “ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi orang tuanya, hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang diberikan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanyapun ditanggung oleh pengurus dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara, mendidik dan membina serta mengajari akhlak yang baik, 7 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, Cet. 14, h.56-57 8 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, Cet. 14, h. 62 9 M. Alisub Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1999, Cet. II, h. 8 menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenag-senang dan tidak pula menjadikannya suka kepada kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa.” 10 Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang itu slanjutnya dilanjutkan Islam dalam bentuk kewajiban yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Al-Qur’an memuat banyak dasar pelembagaan ini. 11 Di dalam al-Qur’an, disamping dalam surat at-Tharim66:6 dinyatakan pula dalam surat Thaha20:132 Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa.” Q.S. Thaha: 132 Anak bagi orang tua merupakan amanat Allah dan tanggung jawabnya kepada Allah untuk mendidiknya, mengisi fitrahnya dengan karimah, dengan iman dan amal menurut metode yang tepat untuk tiap tahapan, terdapat dalam surat ar- Rum ayat 20: ☺ Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Q.S. ar-Rum: 20 10 Yusuf Muhammad al-Hasim, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Yayasan Al-Safwa, 1997, Cet. 1, h. 11-12 11 Herry Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999 cet II, h. 86 Diantara kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut: a. Bersyukur kepada Allah kita diberi anugerah dan amanah berupa anak. Allah berfirman dalam surat luqman ayat 12: ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ ☺ “Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Q.S. luqman: 12 b. Beraqiqah adalah penyembelihan hewan kambing pada hari ke tujuh kelahiran anak, yakni membeli dua ekor kambing apabila anak laki-laki dan satu ekor kambing apabila anak perempuan. Tujuannya adanya aqiqah adalah agar kita sebagai manusia selalu bersyukur kepada Allah dan agar tumbuh sifat darmawan didalam diri anak. Dalam sebuah hadits dijelaskan: ﻰ و ﻪ أر ﻮ و ﺎ ا مﻮ ا ﻰ ﻪ ﺬ ﻪ ﻘ ﻘ ﻬ ﺮ م ا Artinya: “Anak yang baru lahir menjadi titipan sampai disembelihkan beginya aqiqah pada hari ke tujuh dari kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama.” H.R. Tirmidzi c. Menyusui selama dua tahun, secara fitrah begitu bayi lahir ia membutuhkan makanan dan minuman. Makanan dan minuman paling tepat bagi bayi terutama yang baru dilahirkan dan beberapa bulan kemudian adalah ASI Air Susu Ibu kandungnya sendiri. Adapun masa waktu menyusui yang diajarkan dalam Islam adalah dua tahun. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam al- Qur’an dalam surat al-Baqarah ayat 233: ⌧ ☺ ⌧ ☺ ⌧ ☺ ☺ Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” Q.S. al-Baqarah: 233 d. Mengkhitankannya sebelum baligh. Mengkhitankan ialah membersihkan alat kelamin, yakni dengan membuang kulit yang menutup kepala kemaluannya. Khitan merupakan sunnah para Nabi dan Rasul, seperti dijelaskan dalam hadits 12 أ ر ا ﺮ ا نﺎ وا ﺮ وا ﻮ كا وا ﻜ حﺎ Artinya: 12 Heri Jauhari Muchtar, Fikh Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. I, h. 75 “Empat hal termasuk sunnah-sunnah para Rasul, yaitu: khitan, memakai minyak wangi, siwak menggosok gigi, dan menikah.” H.R. Tirmidzi dan Ahmad e. Memilih nama yang baik bagi anaknya, sebab nama baik itu mempunyai pengaruh positif atas kepribadian, tingkah laku, cita-cita, dan angan-angan. Rasul SAW bersabda: ﻖ ﻮ ا ا ﺪ و ﻰ ﺪ أ ن ا ﻪ وأ د ﻪ و ﻪ ﻜ ا ﺎ ﺔ وا ﺎ ﺔ و ﺮ ا ﺎ ﺔ وأ ن ﺮ ز ﻪ إ ً و ﺎ أ ن ﺰ و ﻪ إذ أ ا د ر كا Artinya : “Kewajiban orna gtua kepada anaknya adalah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, serta mengawinkannya apabila telah mencapai dewasa.” H.R. Hakim f. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anak dan menolong mereka membina akidah yang betul dan agama yang kukuh g. Orang tua harus memuliakan anak-anaknya berbuat adil dan kebaikan diantara mereka, mengembangkan bakat-bakat, kesanggupan-kesanggupan dan minat- minat, seperti dalam sebuah hadits: أآ ﺮ ﻮ أ ا و د آ وأ ﻮ أ ا دا ﻬ ﺈ ن أو د آ ه ﺪ ًﺔ إ ﻜ Artinya: “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah akhlak mereka, karena sesungguhnya anak-anak kalian itu merupakan hadiah bagi kalian.” H.R. Ibnu Majah h. Orang tua bekerja sama dengan lembaga-lembaga dalam masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara kesehatan akhlak dan sosial mereka i. Orang tua memberikan contoh yang baik dan teladan yang shaleh atas segala yang diajarkannya, juga mereka harus menyediakan seasana rumah tangga yang saleh, penuh perasaan kemanusiaan yang mulia, bebas dari kerisauan, pertentangan dan pertarungan dalam soal pendidikan anak. 13 Rachmat Djatnika, dalam bukunya Sistem Etika Islami menambahkan bahwa kewajiban orang tua tidak hanya dengan apa yang tersebut diatas saja, tetapi juga dengan yang tersebut dibawah ini, diantaranya adalah: a. Memberikan konsumsi yang baik b. Mendidik kesehatan jasmani 13 Rama Yulis. et. all, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, 2001, Cet ke -1, h. 60-62 c. Menikahkannya apabila sudah ada jodohnya 14 Demikianlah antara lain kewajiban orang tua kepada anaknya sesudah kelahirannya. Dan orang tuapun mempunyai kewajiban kepada anak-anaknya pada periode sebelum anak dilahirkan, terutama sewaktu anak-anak di dalam kandungan. Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya pada periode sebelum anak dilahirkan, yaitu dengan mempersiapkan sifat-sifat baik yang akan diwariskan kepada anaknya, sebab sifat orang tua dan leluhurnya akan menurun kepada anak- anak atau cucu-cucunya.

C. Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anaknya