c. untuk aktiva tidak berwujud, seperti goodwill proses alokasi biaya disebut
amortisasi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan
Akuntan Indonesia 2004:16.3, metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria berdasarkan waktu, berdasarkan
penggunaan dan berdasarkan kriteria lainnya.
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus straight-line-depreciation,
b. Metode pembebanan menurun decreasingt-charge-
depreciation: 1
Metode-jumlah-angka Tahun sum-of-the-year-digit method,
2 Metode-saldo-menurunSaldo-menurun-ganda
decliningdouble declining-balance-method. 2.
Berdasarkan penggunaan : a.
Metode-jam-jasa service-hour-method, b.
Metode-jumlah-unit-produksi productive-output-method. 3.
Berdasarkan kriteria lainnya : a.
Metode-berdasarkan jenis dan kelompok group-and- composite-method,
b. Metode-anuitas annuity-method,
c. Sistem-persediaan inventory-system.
Penggunaan dari masing-masing metode penyusutan diatas beserta contoh perhitungan penyusutannya akan dicoba dijelaskan oleh penulis
sebagai berikut.
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus straight-line-depreciation
Metode garis lurus adalah metode yang paling sering digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam
metode garis lurus aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai
fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode kecuali ada penyesuaian-
penyesuaian. Kelemahan metode garis lurus adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakin lama semakin menurun serta biaya
pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva
tetap tersebut. Untuk perhitungan penyusutan garis lurus didasarkan pada
anggapan-anggapan sebagai berikut : 1
kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun dan, 2
beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode.
Untuk menentukan besarnya penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus
Tahun dalam
Manfaat Umur
Estimasi Sisa
Nilai -
Perolehan Harga
Lurus Garis
Penyusutan =
d n
100 Persentase
dalam Atau
= =
Residu Nilai
- Akuisisi
Biaya x
d D
Penyusutan =
Contoh : PT .X membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
20.000.000-. Taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur mesin 5 tahun, maka biaya penyusutan dapat dihitung
sebagai berikut
Tahun dalam
Manfaat Umur
Estimasi Sisa
Nilai -
Perolehan Harga
Lurus Garis
Penyusutan =
5 00
Rp.2.000.0 -
20.000.000 Rp.
=
00,- Rp.3.600.0
=
Tabel 2.5 Penyesuaian berdasarkan Metode Garis Lurus
Thn. Harga perolehan Beban
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku
1 Rp.20,000,000
Rp.3,600,000 Rp. 3,600,000 Rp. 6,400,000 2
Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp. 2,800,000
3 Rp.20,000,000
Rp.3,600,000 Rp.10,800,000 Rp. 9,200,000 4
Rp.20,000,000 Rp.3,600,000 Rp.14,400,000 Rp. 5,600,000
5 Rp.20,000,000
Rp.3,600,000 Rp.18,000,000 Rp. 2,000,000
Metode garis lurus lebih sesuai jika dipergunakan oleh perusahaan yang produksinya dari tahun ke tahun tidak banyak
berfluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, penggunaan metode garis lurus kurang tepat, karena penghapusan
selalu sama setiap tahunnya. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar,
demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyustan mempengaruhi tingkat penjualan. Pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi
kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru
rendah.
b. Metode pembebanan menurun decreasingt-charge-