Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan dicatat atau digolongkan sebagai aktiva lain-lain.
e. Dipakai di luar operasi normal perusahaan
Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan
untuk membangun pabrik atau bangungan di atasnya.
6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disajikan manajemen haruslah
dapat menggambarkan secara wajar posisi keuangan dan tidak menyesatkan. Dalam laporan keuangan, penyajian aktiva tetap akan terlihat dalam
neraca. Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, hutang dan modal pada suatu periode tertentu. Aktiva tetap yang disajikan
berdasarkan nilai perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis aktiva tetap seperti: tanah, bangunan, inventaris
kantor dan lain sebagainya harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci dalam catatan atas laporan keuangan.
Menurut Mulyadi 2002:539 perlu diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian aktiva tetap dalam neraca berikut
ini: 1.
Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan di dalam neraca 2.
Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan
3. Jumlah akumulasi depresiasi dan biaya depresiasi untuk tahun kini
harus ditunjukkan di dalam laporan keuangan 4.
Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar aktiva tetap harus diungkapkan dalam laporan keuangan
5. Aktiva tetap harus dipecah ke dalam golongan yang terpisah jika
jumlahnya material 6.
Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk beroperasi, jika jumkahnya material harus dijelaskan.
Namun banyak juga perusahaan menyajikan aktiva tetap sebesar jumlah bersihnya, dikarenakan pengurangan beban penyusutan. Akibat
adanya beberapa alternative untuk menghitung beban penyusutan, maka metode penyusutan yang digunakan dalam menghitung beban penyusutan
harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Tanpa informasi ini, pemakai laporan dapat keliru dalam usahanya membandingkan hasil-hasil keuangan
suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Metode penyusutan yang dianut suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya biasanya dilaporkan
dalam penjelasan laporan keuangan sebagai kebijakan akuntansi perusahaan.
Aktiva tetap sering masih digunakan walaupun harga perolehannya sudah habis disusutkan. Keadaan ini bias timbul karena keliru dalam
membuat taksiran umur, dan umurnya tidak ditaksir keliru tetapi perusahaan tidak mampu untuk mengganti aktiva tersebut dengan aktiva
yang baru. Aktiva tetap yang sudah habis masa manfaatnya tetapi masih digunakan perusahaan harus direvaluasi.
Berikut ini penulis akan mencoba membuat suatu contoh penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan.
Tabel 2.18 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
PT. Y NERACA
Per 31 Desember 20xx Rp
Dalam jutaan
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar Kewajiban lancar
Kas Rp50.000
Utang usaha Rp22.000
Piutang Usaha 90.000
Wesel bayar 5.000
Persediaan Barang dagang 60.000
Utang gaji 1.500
Perlengkapan Kantor 48.000
Sewa dibayar dimuka 1.800
Asuransi dibayar dimuka 26.000
Total Aktiva lancar Rp 274.000
Total kewajiban lancar Rp30.300
Aktiva Tetap Kewajiban jk panjang
Tanah Rp 20.000
Wesel Bayar Rp25.000
Gedung Rp 27.000
Ak. Penyusutan Rp 5.000
Rp 22.000
Total kewajiban
Peralatan Rp 20.000
Ak. Penyusutan Rp 4.000
Rp 16.000
Modal Rp293.700
Mesin Rp 22.000
Ak. Penyusutan Rp 5.000
Rp 17.000 Rp 75.000
Total Aktiva Rp. 349.000
Total kewajiban dan modal
Rp 349.000
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu :
Tabel 2.18 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Nama Perumusan Masalah
Hasil Penelitian
Ernie M. Tampubolon
Tahun Penelitian:
2005
Ramot Nurlela. A
Tahun Penelitian:
2004 Apakah penggunaan, penghentian
aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah
sesuai dengan PSAK No.16
Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan
pengukuran aktiva tetap pada perusahaan jasa angkutan darat
Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan
Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah
sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di
Indonesia. Kebijakan perusahaan dalam menentukan
capital expenditure atau renenue expenditure dalam hal biaya pemeliharaan dan perawatan,
yaitu dengan mengelompokkan dan pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4
bagian. Dalam menghitung penyusutan perusahaan
menggunakan metode Garis Lurus. Kebijakan perusahaan untuk masalah
penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi
pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik.
Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-
busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama
penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna menimbulkan kesulitan dalam hal
pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode
akuntansi.