Penyusutan Aktiva Tetap Tinjauan Teoritis

Contoh : Pada tanggal 21 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah : Tabel 2.4 Jurnal Pemberian Hibah Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit 21Mar 2009 Tanah Bangunan Modal Donasi Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000 Rp. 140.000.000

3. Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut IAI, PSAK No. 16 “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor fungsional. a. Faktor fisik Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca. b. Faktor fungsional Faktor fungsional terjadi karena : 1 Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi, 2 Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, 3 Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi. 3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu: a Harga Perolehan Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai, b Nilai residual atau nilai sisa Nilai sisa adalah suatu jumlah yang diharapkan dapat diwujudkan bila aktiva tersebut tidak dapat digunakan lagi, tetapi dalam menghitung beban penyusutan nilai ini dikurangkan dari harga perolehan. Nilai residu merupakan nilai taksiran. c Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2004 : 16.2 dalam PSAK No.16 “masa manfaat adalah 1 Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau 2 Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dari padanya dikenal tiga istilah yaitu: a. Penyusutan Istilah penyusutan digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi b. Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulang- ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual.Karena perusahaan melakukan penanaman atau penambangan dan kemudian dijual maka sebagian biaya yang timbul harus didebit kea kun biaya. Misalnya kayu hutan, bijih besi, atau sumber daya alam lainnya. c. Amortisasi Istilah amortisasi sebagai penyusutan aktiva tidak berwujud dan merupakan aktiva jangka panjang yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Misalnya paten, goodwill dan biaya yang ditangguhkan. Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut : a. alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan, b. untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi biayanya dikenal dengan deplesi, c. untuk aktiva tidak berwujud, seperti goodwill proses alokasi biaya disebut amortisasi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia 2004:16.3, metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria berdasarkan waktu, berdasarkan penggunaan dan berdasarkan kriteria lainnya.

1. Berdasarkan waktu