lain memperlakukan saya buruk saat saya offline.” Pemikiran all or nothing ini merupakan maladaptive cognition yang dapat memperparah ketergantungan internet
pada individu Davis, 2000.
2.3.3 Prevalensi Internet Addiction
Prevalensi internet addiction bervariasi berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan penelitian oleh Young 1996 di Toronto, Kanada
yang diikuti partisipan sebanyak 496 orang, prevalensi internet addiction adalah 80. Berdasarkan penelitian oleh Min, et al 2003 di Seoul, Korea yang diikuti
partisipan sebanyak 13.588 orang, prevalensi internet addiction adalah 3,5. Berdasarkan penelitian oleh Cao dan Su 2006 di Hunan, China yang diikuti
partisipan sebanyak 2.620 orang, prevalensi internet addiction adalah 2,4. Berdasarkan penelitian oleh Aboujaoude 2006 dalam Busko 2007 di 50 negara
yang diikuti partisipan sebanyak 2.531 orang, prevalensi internet addiction adalah 0,7. Berdasarkan penelitian oleh Ko, et al 2009 di Taiwan Selatan yang diikuti
partisipan sebanyak 2.293 orang, prevalensi internet addiction adalah 10,8.
2.3.4 Faktor Risiko Internet Addiction
Faktor risiko internet addiction adalah sebagai berikut: 1
Seseorang menderita ansietas. Seseorang yang menderita ansietas akan menggunakan internet untuk menghindari kekhawatiran dan ketakutannya.
Gangguan ansietas seperti obsesif kompulsif berkontribusi terhadap pengecekan email yang berlebihan dan kompulsi untuk menggunakan internet.
Universitas Sumatera Utara
2 Seseorang menderita depresi. Internet dapat digunakan untuk lari dari perasaan
depresi, tetapi penggunaan internet berlebihan dapat menyebabkan masalah yang lebih buruk, internet addiction berkontribusi pada isolasi dan kesepian.
3 Seseorang yang mengalami addiction lain. Banyak penderita internet addiction
mengalami addiction lain seperti seks, alkohol, obat- obatan, dan perjudian. 4
Seseorang dengan kurangnya dukungan sosial. Seseorang dengan internet addiction sering menggunakan chatrooms, instant messaging, atau online game
sebagai cara yang aman untuk membentuk hubungan baru dan lebih percaya diri untuk berhubungan dengan orang lain.
5 Remaja. Seorang remaja dapat merasakan bahwa persahabatan di internet lebih
nyaman daripada di dunia nyata. 6
Seseorang dengan aktivitas sosial yang rendah. Sebagai contoh, penjagaan berlebihan terhadap anak akan menyebabkan anak tersebut sulit untuk keluar
rumah atau berhubungan dengan temannya sehingga ia cenderung menggunakan internet di rumah.
Faktor risiko internet addiction pada mahasiswa adalah sebagai berikut: 1 Tersedianya internet gratis dan tidak terbatas, 2 Banyaknya waktu luang, 3
Pengalaman pertama bebas dari pengaruh orang tua, 4 Tidak adanya pengawasan atau pensensoran tentang apa yang mereka lakukan ataupun katakan saat online, 5
Adanya dorongan dari fakultas dan administrasi, 6 Adanya pelatihan remaja pada aktivitas yang sama, 7 Adanya keinginan untuk lepas dari stress belajar, 8
Adanya intimidasi sosial, 9 Umur yang cukup untuk mengkonsumsi alkohol. Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Anderson 2001 ditemukan bahwa
pelajar ilmu alam dan teknologi lebih sering menggunakan internet dan lebih memiliki gejala Pathological Internet Use PIU.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Klasifikasi Internet Addiction