Persepsi Anggota Kelompok Pendeder Ikan Binaan UPTD Terhadap Program Kesehatan Ikan UPTD Penyuluhan dan Poskewan di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
UPTD PENYULUHAN DAN POSKESWAN DI KECAMATAN
CISEENG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
FADLY NURSANDY
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANANKELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
(2)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK PENDEDER IKAN BINAAN UPTD TERHADAP PROGRAM KESEHATAN IKAN UPTD PENYULUHAN DAN POSKESWAN DI KECAMATAN CISEENG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
Adalah benar merupakan karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Juni 2009
FADLY NURSANDY C44104035
(3)
ABSTRAK
FADLY NURSANDY. Persepsi Anggota Kelompok Pendeder Ikan Binaan UPTD terhadap Program Kesehatan Ikan UPTD Penyuluhan dan Poskeswan di
Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing Oleh SITI AMANAH dan YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Suatu bentuk implementasi program kesehatan ikan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Poskeswan Pemerintah Kabupaten Bogor adalah pengembangan usaha budidaya ikan air tawar. UPTD tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi untuk peningkatan peranan dan peran serta pembudidaya dan masyarakat dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar pembudidaya dan pihak lain yang terkait serta mengembangkan usahanya dan memudahkan akses terhadap sumberdaya terkait. Akan tetapi, permasalahan yang dihadapi UPTD dalam melaksanakan kegiatan perikanan antara lain terbatasnya kualitas sumberdaya manusia pembudidaya baik perorangan maupun kelembagaan (kelompok binaan). Sehingga solusi dari permasalahan tersebut yang terencana dalam program UPTD belum sepenuhnya terealisasi . Hal ini turut membentuk persepsi pembudidaya akan program UPTD tersebut. Persepsi pembudidaya melihat programprogram UPTD tersebut sebagai suatu harapan yang dapat menuntun pada pola usaha budidaya ikan air tawar untuk lebih baik. Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi anggota kelompok pendeder binaan terhadap program kesehatan ikan UPTD, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi kelompok pendeder terhadap implementasi program kesehatan ikan UPTD serta merumuskan strategi yang dapat ditempuh UPTD untuk merancang serta
membangun programprogram yang ada sehingga terdapat pemahaman berupa persepsi positif pendeder terhadap program kesehatan ikan UPTD. Persepsi tersebut dilihat berdasarkan pelaksanaan dan tindak lanjut dari program kesehatan ikan yang dicanangkan oleh UPTD. Untuk menganalisis persepsi anggota kelompok pendeder binaan terhadap program kesehatan ikan UPTD tersebut diukur oleh faktor internal dan eksternal yang ada pada kelompok pendeder. Pengukuran antara faktor internal dan eksternal kelompok binaan dengan program kesehatan ikan UPTD menghasilkan analisis mengenai persepsi anggota kelompok binaan, menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhinya serta dapat merumuskan solusi untuk peningkatan kinerja UPTD.
Pada analisis persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD dapat diketahui bahwa program kesehatan ikan yang dicanangkan UPTD belum dapat sepenuhnya tersosialisasi sehingga persepsi anggota kelompok binaan menganggap program kesehatan ikan belum dapat meningkatkan kualitas sumber daya dan pencegahan penyakit ikan pada usaha budidaya pembenihan. Faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi dapat dilihat dari pengukuran faktor internal seperti umur, status kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota kelompok serta pendidikan formal dan faktor eksternal adalah aspek teknis yang meliputi intensitas latihan dan kunjungan serta aspek sosial yang meliputi penguatan kelompok dan pengorganisasian. Solusi dalam peningkatan kinerja UPTD dilihat berdasarkan hasil pengukuran antara faktor internal dan ekstesternal. Hasil pengukuran tesebut menyimpulkan bahwa adanya evaluasi ulang pada programprogram yang telah dirancang sebelumnya khususnya program kesehatan ikan agar efektif dengan cara membangun program kesehatan ikan tanpa mengubah program yang sudah ada dan berfokus pada permasalahan yang sering terjadi pada pembudidaya ikan air tawar. Kata Kunci : Persepsi, Program Kerja UPTD, Strategi
(4)
© Hak cipta milik Fadly Nursandy, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan
(5)
PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK PENDEDER IKAN
BINAAN UPTD TERHADAP PROGRAM KESEHATAN IKAN
UPTD PENYULUHAN DAN POSKESWAN DI KECAMATAN
CISEENG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FADLY NURSANDY C44104035 PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANANKELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(6)
SKRIPSI
Judul : Persepsi Anggota Kelompok Pendeder Ikan Binaan UPTD terhadap Program Kesehatan Ikan UPTD Penyuluhan dan Poskeswan di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Fadly Nursandy Nomor Pokok : C44104035
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan dan Kelautan Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si NIP. 19670903 199212 2 001 NIP. 19660714 199103 2 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP.19610410 198601 1 002
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Fadly Nursandy. Penulis lahir di Bogor pada tanggal 30 Juni 1986 dari pasangan Bapak Nawawi dan Ibu Lestary Mulyani. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dengan kakak yang bernama Ikhsan Murati.
Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Rimba Madya dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi PerikananKelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi HIMASEPA (tahun 2006).
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Anggota Kelompok Pendeder Ikan Binaan UPTD terhadap Program Kesehatan Ikan UPTD Penyuluhan dan Poskeswan di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc dan Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia NYA penelitian ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, berjudul “Persepsi Anggota Kelompok Pendeder Ikan Binaan UPTD terhadap Program Kesehatan Ikan UPTD Penyuluhan dan Poskeswan di
Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.” Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Siti Amanah, M.Si, dan Ir. Yatri Indah Kusumastuti M.Si sebagai dosen pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan segenap masukannya. 2. Kepala dan staf Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor,Provinsi Jawa Barat
di Unit Pelaksana Teknis Dinas setempat yang telah memberikan izin dan mendukung penelitian ini.
3. Ayahanda (Bpk. Nawawi), Ibunda (Lestary Mulyani) serta Kaka (Ikhsan Murati, SE)
4. Dosendosen dan staf Tata Usaha SEI, rekanrekan SEI 41 (khususnya Sirkis Nugroho, Niam Wahidi dan Dani), Evi Rahmatika serta rekanrekan
Mahameru GYM fitnes center yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna.
Perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini sangat diperlukan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran, kritik dan masukan dari semua pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2009 Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xvxiv
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan... 4
1.3.1 Tujuan... 4
1.3.2 Kegunaan... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1. Persepsi …………... 5
2.1.1 Definisi... 5
2.1.2 Proses Terbentuknya Persepsi... 7
2.2. Hubungan antara Persepsi dan Perilaku Anggota Kelompok Pendeder Binaan UPTD ... 9
2.3 Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Persepsi...10
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI... .11
IV. METODOLOGI...13
4.1 Metode Penelitian……….13
4.2. Jenis dan Sumber Data... 13
4.3. Pengambilan Sampel... ... 14
4.4. Konsep Pengukuran dan Definisi Operasional ... 15
4.4.1 Analisis Data ... 18
4.4.2 Uji Korelasi Spearman... 19
4.5. Hipotesis ... 20
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 22
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22
5.1.1 Letak dan Keadaan Alam... 22
5.1.2 Kependudukan... 22
5.1.3 Sarana dan Prasarana ... 24
(10)
5.2.1 Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis Dinas... 26
5.2.2 Program Unit Pelaksana Teknis Dinas ... 27
5.2.3 Maksud dan Tujuan UPTD ... 28
5.2.3.1 Maksud... 28
5.2.3.2 Tujuan ... 28
5.2.3.3 Visi dan Misi ... 28
5.3 Gambaran Umum Pembudidaya ... 35
5.4 Usaha Anggota Kelompok Pendeder ... 36
5.5 Karakteristik Responden... 40
5.5.1 Umur ... 40
5.5.2 Pendidikan... 41
5.5.3 Pengalaman Usaha... 43
5.5.4 Status Kepemilikan Kolam ... 44
5.5.5 Keaktifan Anggota Kelompok ... 45
5.6 Persepsi Responden terhadap Program Kesehatan Ikan UPTD... 46
5.7 Hubungan Persepsi dengan Faktor Internal... 48
5.8 Hubungan Persepsi dengan Faktor Eksternal ... 50
5.9 Solusi Peningkatan Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dalam Program Kesehatan Ikan... 52
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
6.1 Kesimpulan ... 53
6.2 Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA... 55
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi Perikanan Di Kabupaten Bogor 2005 2006...1
2. Jumlah RTP dan Luas Areal Wilayah Parung, Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...14
3. Kelembagaan Usaha Perikanan Di Kecamatan Ciseeng Tahun 2008...15
4. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2006... 23
5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006 ... 23
6. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006...24
7. Prasarana Transportasi di Kecamatan Ciseeng Tahun 2006 ... 25
8. Data Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid di Kecamatan Ciseeng Tahun 2006... 25
9. Rencana Kerja Penyuluhan dan Poskeswan Tahun 2009... 33
10. Laporan Kegiatan Bulanan UPTD... 34
11. Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tahun 2008 ... 41
... 12 Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tahun 2008 ... 42
13 Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha pada Tahun 2008 ... 43
14 Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Kolam pada Tahun 2008... 44
15 Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Keaktifan Anggota Kelompok pada Tahun 2008 ... 45
16 Persepsi Responden terhadap Program UPTD (visi, misi, startegi program kerja UPTD) ... 47
17 Hubungan Persepsi dengan Faktor Internal... 49
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
7. Kerangka Pendekatan Studi... 12
8. Struktur Organisasi UPTD ... 30
9. Proses Persiapan Kolam... 37
10. Kondisi Kolam Sebelum Penebaran Benih ... 38
11. Kegiatan Pemeliharaan Kolam ... 38
12. Proses Pemanenan... 39
12. Kegiatan Penyortiran Benih ... 39
13. Sebaran Responden Berdasarkan Umur... 41
14. Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan... 43
15. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 44
11. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Kolam ... 45
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 13. Karakteristik Responden Anggota Kelompok Pendeder Binaan UPTD
... 58
14. Kuesioner Responden... 60
15. Tabel Skala Likert Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 68
16. Tabel Korelasi Faktor Internal dengan Metode SPSS 11.0 ... 69
17. Tabel Korelasi Faktor Ekstenal dengan Metode SPSS 11.0 ... 70
(14)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerikanan merupakan salah satu sumberdaya yang dapat pulih dan merupakan sektor ekonomi produktif yang dapat mendukung upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengembangan sektor perikanan dengan tetap memperhatikan kelestarian akan dapat meningkatkan perluasan lapangan kerja, sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan.
Sektor perikanan mencakup kegiatan penangkapan ikan, budidaya ikan dan biota air lainnya, pengolahan hasil perikanan dan kegiatan industri bioteknologi. Perikanan budidaya dapat dilakukan dengan pemanfaatan pengembangan budidaya melalui kegiatan pembenihan, penyiapan prasarana, pembudidayaan, pembuatan pakan buatan dan industrinya, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, industri pengolahan dan pemasaran hasil budidaya.
Selama ini kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya skala kecil dan belum memiliki akses yang mencukupi terhadap kemampuan usaha, pasar, dan permodalan. Dalam rangka pemerataan pembangunan, sektor budidaya perikanan tampak lebih menjanjikan untuk dikembangkan. Dilihat dari penggunaan lahan, modal, sumberdaya manusia maupun manajemennya, usaha budidaya memungkinkan
masyarakat melakukan usahannya dengan daya dukung yang terbatas.
Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki prospek yang cukup baik untuk pengembangan kegiatan budidaya dan merupakan andalan bagi Kabupaten Bogor dalam hal ini Kecamatan Ciseeng di wilayah Parung. Produksi perikanan di Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2006
No Jenis Usaha 2005 2006
1 Budidaya perikanan air tawar (Ton) 7.593,00 23.020,50
2 Perairan umum (Ton) 187,00 120,50
3 Ikan hias (Ribuan ekor) 72.524,00 75.382,67
(15)
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor 2006
Data pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa produksi perikanan di Kabupaten Bogor untuk jenis usaha pembenihan memiliki penambahan produksi yang cukup besar yakni pada tahun 2005 dengan jumlah 703.098 ekor menjadi 708.594 ekor pada tahun 2006. Hal ini dikarenakan adanya penyuluhan dalam program kesehatan ikan dari Dinas Peternakan dan Perikanan setempat yakni Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kecamatan Ciseeng wilayah Parung untuk mengatasi penyakit ikan bagi para anggota kelompok pendeder ikan air tawar dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu kegiatan pembenihan merupakan usaha yang banyak dipilih untuk budidaya berbagai jenis ikan air tawar yang ada di Kabupaten Bogor khususnya Kecamatan Ciseeng pada wilayah Parung.
Adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia pembudidaya baik perorangan maupun kelompok memerlukan dukungan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan dinamika kebutuhan, diantaranya melalui kegiatan penyuluhan melalui pembinaan individu, kelompok atau masal. Pembinaan anggota kelompok pendeder di Kecamatan Ciseeng ini diharapkan pada penerapan sistem usaha, peningkatan peranan dan peran serta pendeder dan masyarakat lain dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar pembudidaya dengan pihak lain yang terkait agar mampu mengembangkan usahanya dan memudahkan akses terhadap sumberdaya.
Pembinaan anggota kelompok pendeder di Kecamatan Ciseeng tersebut terencana dalam suatu program yakni program kesehatan ikan Dinas Peternakan dan Perikanan setempat yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Poskeswan. Program kesehatan ikan tersebut didasarkan pada tugas pokok dan fungsi serta mengacu pada visi dan misi UPTD. Akan tetapi, informasi akan program kesehatan ikan tersebut belum secara luas tersebar di dalam kelompok pembudidaya khususnya anggota kelompok pendeder binaan UPTD yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan ikan walaupun program kesehatan ikan tersebut telah dicanangkan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada penguasaan materi petani dalam teknis pemeliharaan ikan yang masih terbatas, kualitas manajemen kelompok yang masih lemah, akses akan modal dalam menjalankan usaha untuk mengatasi masalah
(16)
teknis khususnya mencegah timbulnya berbagai penyakit pada ikan yang masih terbatas serta lemahnya daya saing produk olahan.
Permasalahan di atas disebabkan antara lain kurang intensifnya pengelolaan program kesehatan ikan untuk dikembangkan dikalangan kelompok pembudidaya. Hal ini berdampak pada kurangnya informasi tentang pemeliharaan ikan yang baik. Pada akhirnya, persepsi positif anggota kelompok pendeder binaan UPTD tentang kesehatan ikan yang seharusnya menjadi program unggulan UPTD menjadi belum utuh. Atas dasar itulah penelitian ini berfokus pada pembentukan persepsi dan faktor faktornya.
1.2 Perumusan masalah
Pengelolaan suatu program kesehatan ikan adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas suatu organisasi yang terwujud dalam visi dan misi di dalam organisasi tersebut. Bentuk dari visi dan misi suatu organisasi dalam hal ini institusi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) memiliki pengaruh sangat besar terhadap anggota kelompok binaan yang sering kali tidak dilandasi dengan visi dan misi serta kontinyuitas bentuk program kesehatan ikan tersebut seperti teknis penyuluhan yang diberikan oleh UPTD. Walaupun anggota kelompok pendeder binaan UPTD belum memperoleh informasi yang tersebar secara luas mengenai pengelolaan program kesehatan ikan, akan tetapi di dalam anggota kelompok pendeder itu sendiri terdapat komitmen untuk mampu mengembangkan usaha pembenihan dalam hal mencegah berbagai penyakit pada komoditi secara mandiri.
Pengelolaan program kesehatan ikan yang belum diinformasikan secara luas menyebabkan terbatasnya akan informasi mengenai cara pencegahan penyakit pada komoditi di dalam usaha pembenihan anggota kelompok pendeder binaan UPTD. Hal ini menyebabkan terbentuknya persepsi yang belum utuh pada anggota kelompok pendeder binaan UPTD tersebut. Dari masalah inilah maka peneliti ingin mengkaji bagaimana persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD dapat sepenuhnya terbentuk dari pengelolaan program kesehatan ikan yang telah tersosialisasi bagi
(17)
anggota kelompok pendeder binaan UPTD. Berdasarkan latar belakang, maka rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap pengelolaan program kesehatan ikan UPTD Penyuluhan dan Poskeswan ? 2) Faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi persepsi anggota kelompok
pendeder terhadap pengelolaan program kesehatan ikan UPTD Penyuluhan dan Poskeswan ?
3) Bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk mengembangkan persepsi yang positif bagi anggota kelompok pendeder terhadap program kesehatan ikan UPTD ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan 1.3.1 Tujuan
1) Mempelajari persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD.
2) Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap implementasi program kesehatan ikan UPTD. 3) Merumuskan solusi untuk peningkatan kinerja UPTD.
I.3.2 Kegunaan
1) Mengembangkan wawasan bagi penulis tentang persepsi pendeder terhadap program pemerintah dalam hal ini programprogram UPTD yang tercantum pada visi dan misi yang ada.
2) Sebagai media latih bagi penulis untuk mengidentifikasi, mempelajari dan menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan sumberdaya manusia yang bergerak di bidang perikanan khususnya yang berkaitan dengan persepsi tentang program kesehatan ikan UPTD terkait.
3) Sebagai salah satu bahan rumusan dalam penyusunan kebijakan program UPTD dan pemberdayaan pembudidaya ikan.
(18)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi2.1.1 Definisi Persepsi
Persepsi diartikan cara pandang seseorang mengenai sesuatu atau cara
seseorang melihat sesuatu, di mana orangorang melihat segala sesuatu secara berbeda satu sama lain (Leavitt 1978). Menurut Sarwono (2002), persepsi dibedakan menjadi dua yaitu persepsi sosial dan persepsi benda. Persepsi sosial adalah persepsi mengenai seseorang atau orang lain untuk memahami orang dan orangorang lain. Dalam
persepsi sosial ada yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini melalui komunikasi nonlisan seperti kontak mata, busana, gerak tubuh, dan sebagainnya atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada di balik segala yang tampak saat ini seperti niat, sifat dan motivasi yang diperkirakan menjadi penyebab dari kondisi saat ini. Hal ini bersumber pada kecenderungan manusia untuk selalu berupaya guna mengetahui apa yang ada di balik gejala yang ditangkap dengan indera. Dengan demikian, persepsi merupakan pemberian makna pada hasil
pengamatan terhadap suatu objek.
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi yang didapat untuk
menciptakan gambaran sesuatu yang memiliki arti (Kotler 2004) dan proses tersebut mempengaruhi perilaku individu tersebut (Mulyana 2004). Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah tahap terpenting dalam komunikasi dan merupakan inti persepsi (Mulyana 2004).
Pengetahuan yang diperoleh individu melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan megenai bagaimana tampaknya objek tersebut. Hal ini dikarenakan seseorang tidak dapat
mengeinterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan
menginterpretasikan makna informasi yang dipercaya mewakili objek tersebut. Mulyana (2004) mengemukakan bahwa, persepsi merupakan penilaian yang dilakukan oleh seorang melalui inderanya untuk selanjutnya dibentuk kesankesan dari
(19)
objek tentang dirinya maupun kondisi fisik dan sosial di luar dirinya, proses selanjutnya melalui interpretasi kesan akan dibentuk menjadi bagianbagian yang bermakna yang terorganisasi di dalam otak. Persepsi merupakan suatu kesan dan pandangan seseorang dari hasil penafsiran, pemahaman, dan pengamatannya pada lingkungan sekitarnya. Persepsi dibentuk dan dipengaruhi oleh faktorfaktor berupa sikap, motif kepentingan, pengalaman, harapan, situasi dan latar belakang pendidikan.
Persepsi sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus yang diterimanya melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Dalam hal ini, bagaimana seorang konsumen melihat realitas diluar dirinya atau dunia
sekelilingnya, disebut sebagai persepsi.
Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai sasaran. Persepsi juga berarti sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pengertian persepsi yang demikian dikonotasikan sebagai persepsi sosial (Gunawan 2004).
Menurut Mulyana (2004), ada beberapa prinsip penting mengenai persepsi, antara lain sebagai berikut :
(1) Persepsi terbentuk berdasarkan pengalaman
Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap halhal itu terbentuk berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka terhadap seorang, objek, atau kejadian serupa.
(2) Persepsi bersifat selektif
Informasi atau rangsangan (stimulus) inderawi yang diperoleh seseorang jumlahnya sangat banyak sekali sehingga perlu proses selektifitas atas rangsangan rangsangan tersebut. Atensi seseorang merupakan faktor utama yang menentukan proses selektifitas tersebut. Atensi seseorang terhadap objek persepsi akan membentuk persepsi terhadap objek tersebut. Atensi menyebabkan seseorang melakukan seleksi hanya pada karakterstik tertentu.
(20)
(3) Persepsi bersifat dugaan
Persepsi yang terbentuk berupa dugaan apabila seseorang tidak mungkin memperoleh informasi yang lengkap mengenai objek persepsi melalui penginderaan. Proses persepsi yang bersifat dugaan memungkinkan seseorang mengisi ruang kosong untuk melengkapi dan menyediakan informasi yang hilang dengan membuat suatu kesimpulan terhadap suatu objek persepsi.
(4) Persepsi bersifat evaluatif
Seseorang mempersepsikan orang lain atau sesuatu berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi bersifat pribadi dan subjektif karena persepsi mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan seseorang untuk memaknai objek persepsi.
(5) Persepsi bersifat kontekstual
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi. 2.1.2 Proses Terbentuknya Persepsi
Persepsi tidak terbentuk begitu saja segera setelah seorang menerima suatu stimulus atau objek persepsi (Estiningsih 1993). Pengalaman di masa lalu memberikan dasar pada pemahaman penerimaan, pandangan atau tanggapan manusia terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya (Yuniarti 2000). Dengan demikian akan terbangun suatu pemikiran, keinginan, kehendak dan citacita dalam pemikiran manusia yang akan diwujudkan dan tercermin dalam perilaku kehidupan seharihari.
Menurut Sarwono (2000), menjelaskan bahwa manusia mempersepsikan dan menilai sesuatu objek didasarkan pada dua pendekatan, yaitu pendekatan secara konvensional atau fungsional, dan secara ekologik. Pendekatan secara konvensional atau fungsional bermula dari adanya rangsangan dari luar individu, individu menjadi sadar akan adanya rangsangan melalui selsel syaraf resptor (penginderaan) yang peka terhadap bentukbentuk energi tertentu seperti cahaya, suara dan suhu. Sedangkan pendekatan ekologik, yaitu individu tidaklah menciptakan maknamakna dari apa yang akan diinderakan, karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam stimulus itu sendiri, dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.
(21)
Persepsi tentang suatu objek menggunakan konsepkonsep tertentu, konsep inilah yang akan menentukan kategorikategori yang digunakan (Estiningsih 1993). Kategorisasi yang dipakai seseorang belum tentu dipakai pula oleh orang lain dalam mempersepsikan sesuatu karena kebutuhan setiap orang berbeda. Menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi selain juga
memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi antar individu terhadap objek yang sama (Yuniarti 2000). Faktorfaktor tersebut adalah :
1) Keadaan pribadi orang yang mempersepsikan
Merupakan faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempersepsikan. Misalnya kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lalu dan karakteristik lain yang terdapat dalam diri individu. Adanya faktor fungsional yang dapat
menyebabkan perbedaan persepsi pada setiap orang terhadap suatu objek yang sama.
2) Karakteristik target yang dipersepsikan
Target tidak dilihat sebagai suatu yang terisolasi, maka hubungan antara target dan latar belakang serta kedekatan/kemiripan dan halhal yang dipersepsikan dapat mempengaruhi persepsi seseorang.
3) Konteks situasi terjadinya persepsi
Waktu mempersepsikan suatu kejadian juga dapat mempengaruhi persepsi, demikian pula dengan lokasi, cahaya, panas atau faktor situasional lainnya. Persepsi merupakan proses pengamatan yang dilakukan seseorang, yang dipengaruhi oleh faktorfaktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan
pengetahuan. Manusia mengamati suatu objek psikologi dengan kaca matanya sendiri diwarnai oleh nilainilai dari kepribadiannya. Sedangkan objek psikologi ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut (Noerlaela 1998). Menurut Leavitt (1978), faktor yang paling penting yang
menentukan persepsi seseorang terhadap dunia adalah relevansinya dengan kebutuhan kebutuhan dari dirinya, dimana hal itu berarti bahwa seseorang akan melihat kepada
(22)
halhal yang mereka anggap akan membantu memuaskan kebutuhankebutuhan dan mengabaikan halhal yang menggangu, serta kemudian melihat kepada gangguan gangguan yang berlangsung lama dan meningkat.
2.2 Hubungan antara Persepsi dan Perilaku Anggota Kelompok Pendeder Binaan UPTD
Perilaku adalah derajat rasa positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis, selain itu sikap merupakan faktor untuk menentukan atau meramalkan tingkah laku dan salah satu faktor penentu tingkah laku (Desiyani 2003). Komponen dari sikap terdiri dari kognitif, afektif dan perilaku. Kognitif yaitu cara kita memandang suatu objek, kejadian, situasi atau ide/pikiran/gagasan tentang objek, sikap dan pengalaman. Afektif yaitu sikap yang terdiri dari perasaan/emosi terhadap objek aktual, kejadian atau situasi seperti rasa takut, simpati, benci, marah, cinta dan lainlain. Perilaku adalah
kecenderungan untuk bertindak dalam menghadapi objek sikap antara lain lingkungan yang dialami oleh inderawi.
Perilaku seseorang didasari pada persepsinya terhadap dunia (Leavitt 1978), maka untuk mengubah perilaku seseorang ke arah suatu tujuan yang telah ditentukan dapat dipermudahkan dengan jalan memahami persepsi pada saat ini dari individu itu terhadap dunia. Pengalaman, tingkah laku dan persepsi merupakan tiga aspek yang saling berhubungan. Apa yang dilakukan seseorang tidak terlepas dari caranya mempersepsikan situasi, mengapresiasikannya atau apa yang ia ingat mengenai hal yang dihadapi. (Yuniarti 2000), persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak selalu mempengaruhi perilakunya, tergantung pada faktor internal dan eksternal
lingkungannya serta perilaku menyikapi suatu masalah.
Dengan demikian persepsi yang terbentuk yang ada dalam diri anggota kelompok pendeder binaan UPTD tidak terbentuk begitu saja setelah mengamati adanya suatu objek dalam hal ini program kesehatan ikan yang dicanangkan UPTD. Adanya program kesehatan ikan bagi anggota kelompok pendeder tersebut membuat suatu pandangan yang positif atau negatif setelah hasil dari realisasi program kesehatan ikan mempengaruhi pada pola usaha budidaya. Sehingga, dengan adanya program
(23)
kesehatan ikan yang telah dicanangkan sebelumnya maka persepsi pada anggota kelompok pendeder binaan UPTD tentunya akan terbentuk perilaku apabila program UPTD berdampak positif atau negatif bagi anggota kelompok binaannya tersebut. 2.3 Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Persepsi
Persepsi terhadap suatu pengelolaan program menjadi hal yang sangat penting bagi seluruh lapisan masyarakat, karena dari persepsi tersebut akan terbentuk suatu tindakan wujud persepsi yang mengubah perilaku pihak lain untuk bisa mengevaluasi diri dalam menanggapi berbagai masalah yang serius.
Persepsi yang ada pada diri seseorang dalam hal ini adalah anggota kelompok pendeder binaan UPTD dipengaruhi oleh suatu pandangan terhadap instansi pemerintah yakni UPTD sebagai badan pemerintah yang dapat menuntun pada peningkatan
kualitas sumber daya seperti pembentukan kemandirian dan inovasi melalui
penyuluhanpenyuluhan yang ada pada program UPTD itu sendiri. Sehingga, persepsi anggota kelompok pendeder binaan terhadap program kesehatan ikan UPTD memiliki pandangan yang positif atau negatif setelah hasil atau tujuan dari program tersebut dapat disosialisasikan kepada anggota kelompok binaannya. Hal ini berkaitan dengan faktorfaktor internal dari individu yang bersangkutan (Leavitt 1978), dan seseorang dalam mempersepsikan sesuatu dan disosialisasikan oleh lingkungan sehingga seseorang belajar melihat dunia melalui lensalensa menyimpang tertentu dari bermacammacam lapisan masyarakat. Tekanantekanan sosial terhadap persepsi teramat kuat dan meliputi banyak hal, sehingga seseorang akan mempersepsikan sesuatu akan sesuai dengan persepsi masyarakat.
(24)
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Persepsi merupakan proses internal dalam diri seseorang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Persepsi pembudidaya terhadap pengelolaan program kesehatan ikan oleh UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Penyuluhan dan Poskeswan menunjukkan kinerja UPTD dalam program kesehatan ikan. Proses pembentukan suatu persepsi untuk mengamati program kesehatan ikan UPTD timbul secara tidak cepat, karena dibutuhkan waktu untuk dapat mengetahui hasil dari realisasi program kesehatan ikan yang dicanangkan. Hal ini tidak menjadi suatu alasan bahwa persepsi individu akan terbentuk apabila individu khususnya anggota kelompok pendeder binaan UPTD harus mengamati hasil program kesehatan ikan UPTD. Akan tetapi, suatu persepsi akan timbul dengan cepat apabila suatu masalah terjadi secara langsung pada diri individu tersebut.
Persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap pengelolaan program kesehatan ikan di dalam penelitian ini dijelaskan dalam konsep psikologi komunikasi yang disebutkan bahwa ada dua faktor mempengaruhi yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dari anggota kelompok binaan UPTD
meliputi umur, status kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota kelompok dan pendidikan formal. Faktor eksternal meliputi aspek teknis dan aspek sosial. Aspek teknis bertumpu pada intensitas penyuluhan oleh petugas UPTD sedangkan aspek sosial bertumpu pada penguatan kelompok serta pengorganisasian. Untuk melihat persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD digunakan variabel untuk mengukurnya. Variabel itu meliputi faktorfaktor yang ada dalam faktor internal dan eksternal. Pengukuran variabel dalam penelitian ini dijelaskan secara kuantitatif dan kualitatif. Apabila persepsi positif atau negatif anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD membentuk perilaku maka akan menjadi cermin dalam mengevaluasi
pembuatan rencana program berikutnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya di Kabupaten Bogor khususnya di bidang pengembangan usaha budidaya pembenihan ikan air tawar.
(25)
P
E
N
D
E
R
PERSEPSIKerangka pendekatan studi dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Faktor Internal : 1. Umur
2. Status kepemilikian kolam 3. Pengalaman usaha
4. Keaktifan anggota dalam kelompok
5. Pendidikan formal
Faktor Eksternal : 1. Faktor teknis 2. Faktor sosial
PERSEPSI
Gambar 1. Diagram Kerangka Pendekatan Studi Ket : = ruang lingkup penelitian
Anggota Kelompok Pendeder Binaan UPTD
Program Kesehatan Ikan
(26)
IV. METODOLOGI
4.1 Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang dilengkapi oleh analisis komprehensif. Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Ciseeng, Wilayah Parung, Kabupaten Bogor pada bulan OktoberNovember 2008. Dalam penelitian ini pelaku usaha budidaya yang ada di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dijadikan sebagai unit analisis. Metode deskriptif yang dilengkapi oleh analisis komprehensif bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifatsifat serta karakterkarakter yang khas kemudian dari sifatsifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir 1988).
4.2 Jenis dan Sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan melalui wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara.
Informasi yang diperoleh dari wawancara dengan responden menyangkut hal hal yang berkaitan dengan faktor atau identitas responden seperti umur, status
kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota kelompok serta pendidikan formal maupun persepsi responden terhadap program kesehatan ikan UPTD.
Untuk mendukung hasil wawancara, maka dilakukan observasi dengan tujuan untuk mengetahui keadaan lokasi, gambaran kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dan kegiatankegiatan masyarakat secara umum.
Data sekunder yang diperoleh berupa keadaan sosial ekonomi masyarakat, keberadaan sarana dan prasarana yang ada di daerah penelitian. Data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi terkait antara lain :
1. Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, yang berkaitan dengan informasi tentang jumlah para pelaku usaha budidaya ikan air tawar.
(27)
2. Kantor UPTD Poskeswan di Kecamatan Ciomas.
3. Kantor Dinas Unit Pelaksana Teknis Dinas Kecamatan Ciseeng. 4. Kantor Kecamatan Ciseeng Wilayah Parung.
4.3 Pengambilan Sampel
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaku usaha budidaya pendederan yang tercanang dalam program kesehatan ikan UPTD. Jumlah total populasi dalam penelitian ini berjumlah 284 rumah tangga perikanan (RTP) yang terdiri dari 9 kelompok/kelembagaan dan hanya dua kelompok pendeder binaan UPTD, masingmasing kelompok terdiri dari 20 RTP dan satu kelompok diantaranya
berjumlah 14 RTP. Akan tetapi, peneliti hanya menganalisis dua kelompok pendeder binaan UPTD yakni kelompok binaan UPTD yang bernama Tunas Mekar dan Jumbo Lestari dengan jumlah responden atau RTP sebanyak 34 RTP. Hal ini dikarenakan dua kelompok binaan tersebut memiliki jumlah produksi 8.000 dan 12.000 RE kg/thn dan memberikan kontribusi yang cukup besar untuk wilayah Parung. Data tentang
responden tersebut diperoleh dari laporan bulanan hasil kerja UPTD. Dalam pelaksanaannya pertamatama dilakukan observasi langsung ke lokasi tempat
penelitian, kemudian melakukan wawancara kepada 34 responden (RTP). RTP dan luas areal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah RTP dan Luas Areal Wilayah Parung, Kecamatan Ciseeng Tahun 2007
No. Cabang Usaha ∑ RTP (org) ∑ RTP Yang Panen
Luas (Ha)
Areal Pokok Areal Panen 1 Kolam Air Tenang
1) Tradisional 194 18 18 1,6 2) Intensif 180 27 45 3,5
Jumlah 374 45 63 5,1
2 Kolam Pembenihan 284 220 64 50 3 Ikan Hias 65 50 3
Sumber : Data Primer UPTD Penyuluhan dan Poskeswan, Kec. Ciseeng
Pada Tabel 2 di atas terdapat delapan cabang usaha perikanan yang ada di wilayah Parung, akan tetapi hanya tiga jenis cabang usaha yang ada di wilayah
(28)
Kecamatan Ciseeng. Hal ini dikarenakan sasaran penyuluhan yang dilakukan oleh UPTD hanya tiga jenis cabang usaha, yaitu kolam air tenang yang dikelola secara tradisional dan intensif, kolam pembenihan dan pembudidayaan ikan hias. Sembilan kelompok/kelembagaan yang ada di bawah naungan UPTD dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kelembagaan Usaha Perikanan di Kecamatan Ciseeng Tahun 2008
No. Nama Kelompok Anggota ∑ Berdiri Mulai Kemampuan Kelas Kelomopk
Jenis
Usaha Produksi (Kg/thn) 1 Tunas Mekar (Babakan) 20 1998 Lanjut Lele 8.000.000 E 2 Jumbo Lestari (Babakan) 14 1998 Lanjut Lele 12.000.000 E 3 Bina Mandiri (Babakan) 20 2002 Lanjut Lele 5.000.000 E 4 Mandiri Jaya (Babakan) 20 2000 Lanjut Patin 5.000.000 E 5 Telaga Biru (Parigi Mekar) 20 1996 Madya Hias Ikan 2.500.000 E 6 Mitra Usaha (Cibeuteung Muara) 20 2006 Pemula Lele 500.000 E 7 Sejahtera (Parigi Mekar) 20 2006 Pemula Lele 500.000 E 8 Kopses (Cibeuteung Muara) 20 1998 Lanjut Gurame 500.000 E 9 Mina Sejahtera 20 2008 Pemula Patin 500.000 E
Sumber : Data Primer UPTD Penyuluhan dan Poskeswan, Kec. Ciseeng Keterangan : E = ekor
4.4 Konsep, Pengukuran dan Definisi Operasional
Definisi operasional mengenai variabel yang digunakan untuk menghindari salah penafsiran sehingga perlu diberi batasanbatasan atau dioperasionalkannya penelitian ini sehingga dapat diketahui dengan jelas indikator pengukurannya.
Variabelvariabel yang dioperasionalkan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pendeder adalah orang yang melakukan kegiatan pemeliharaan benih hasil
penetasan telur ikan air tawar menjadi benih yang siap ditebar untuk pembesaran.
2) Responden adalah orang yang memberikan informasi atas pertanyaan yang diajukan.
3) Umur responden adalah usia pendeder pada saat diwawancarai diukur dalam tahun. Umur responden berkisar antara 2472 tahun, kemudian digunakan
(29)
selang statistik untuk mengelompokan umur responden ke dalam kelompok kategori yang telah ditentukan, sehingga diperoleh :
i. Kategori umur 24 – 30 tahun. ii. Kategori umur 31 – 37 tahun. iii. Kategori umur 38 – 44 tahun. iv. Kategori umur 45 – 51 tahun. v. Kategori umur 52 – 58 tahun. vi. Kategori umur 59 – 65 tahun. vii. Kategori umur 66 – 72 tahun.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat korelasi antara umur dengan program kerja UPTD dirancang berdasarkan Skala Likert dengan interval 13 atau berdasarkan selang kelompok umur sebagai berikut :
i. Umur 24 – 38 tahun, diberi nilai skor 1. ii. Umur 39 – 53 tahun, diberi nilai skor 2. iii. Umur 54 – 72 tahun, diberi skor 3.
4) Status kepemilikan kolam menyangkut program kerja UPTD akan diberi alternatif tiga jawaban, yaitu :
i. Pemilik kolam, diberi nilai skor 1. ii. Penggarap kolam, diberi nilai skor 2.
iii. Pemilik sekaligus penggarap kolam, diberi skor 3.
5) Pengalaman usaha menyangkut lamanya kerja sebagi pendeder yang ditekuni oleh responden. Pengalaman usaha responden berkisar 226 tahun, kemudian digunakan selang statistik, sehingga diperoleh :
i. Kategori pengalaman usaha antara 2 sampai 6 tahun. ii. Kategori pengalaman usaha antara 7 sampai 10 tahun. iii. Kategori pengalam usaha antara 11 sampai 14 tahun. iv. Kategori pengalaman usaha antara 15 sampai 18 tahun.
v. Kategori pengalam usaha antara 19 sampai 22 tahun. vi. Kategori pengalaman usaha antara 23 sampai 26 tahun.
(30)
Untuk mengetahui tingkat korelasi antara pengalaman usaha dengan program kesehatan ikan UPTD dirancang berdasarkan Skala Likert dengan interval 13 atau berdasarkan selang kelompok pengalaman usaha sebagai berikut :
i. Umur 2 – 9 tahun, diberi nilai skor 1. ii. Umur 10 – 17 tahun, diberi nilai skor 2. iii. Umur 18 – 26 tahun, diberi nilai skor 3.
6) Keaktifan anggota kelompok pendeder binaan UPTD menyangkut kegiatan kehadiran dalam suatu pertemuan atau penyuluhan, pencarian informasi serta intensitas kegiatan pendederan. Keaktifan anggota kelompok diberi tiga alternatif jawaban dan masingmasing diberi nilai skor, yaitu :
i. Tidak aktif, diberi nilai skor 1. ii. Cukup aktif, diberi nilai skor 2 iii. Sangat aktif, diberi nilai skor 3.
7) Pendidikan formal dikategorikan menjadi tiga, yaitu : i. Tidak sekolahTamat SD, diberi nilai skor 1. ii. SMPTamat SMP, diberi nilai skor 2.
iii. SMU – PT, diberi nilai skor 3.
8) Program kesehatan ikan UPTD adalah program yang bertumpu pada visi dan misi serta rencana kerja program penyuluhan UPTD yang meliputi aspek teknis dan sosial. Aspek teknis adalah aspek yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan teknik yang dibutuhkan untuk pemanfaatan serta pendayagunaan sumber daya manusia. Aspek teknis dalam program kesehatan ikan ini yaitu intensitas penyuluh untuk melakukan bimbingan kepada pendeder. Aspek sosial adalah aspek yang berhubungan dengan penilaian individu terhadap peranannya. Aspek ini meliputi penguatan kelompok dan pengorganisasian pendeder ikan air tawar.
a. Aspek Teknis
Pengukuran pada aspek teknis berdasarkan pada intensitas latihan dan kunjungan penyuluh atau petugas UPTD dalam 12 bulan. Dalam satu tahun
(31)
frekuensi penyuluh ke pembudidaya ikan sebanyak 24 kali. Untuk mempermudahkan perhitungan maka dibagi menjadi tiga kategori :
i. < 8 kali, diberi nilai skor 1. ii. 8 – 16 kali, diberi nilai skor 2. iii. > 16 kali, diberi nilai skor 3. b. Aspek Sosial
Pengukuran pada aspek sosial yang meliputi penguatan kelompok dan pengorganisasian. Penguatan kelompok adalah besarnya intensitas interaksi di dalam suatu kelompok. Penguatan kelompok diukur berdasarkan
frekuensi pertemuan yang dilakukan antar individu anggota kelompok selama 12 kali dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan penjualan pasar benih ikan di Wilayah Ciseeng setiap tiga kali dalam satu minggu. Untuk mempermudah perhitungan maka dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
i. < 4 kali, dikatakan Lemah, diberi nilai skor 1. ii. 4 – 8 kali, dikatakan Cukup Kuat, diberi nilai skor 2. iii. > 8 kali, dikatakan Sangat Kuat, diberi nilai skor 3.
Pengorganisasian anggota kelompok pendeder adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh anggota kelompok pendeder kepada anggota kelompok lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengukuran pengorganisasian diukur berdasarkan adanya spesialisasi di dalam kelompok. Sehingga dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
i. Kurang Terorganisir, diberi nilai skor 1. ii. Cukup Terorganisir, diberi nilai skor 2. iii. Sangat terorganisir, diberi nilai skor 3.
9) Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap suatu objek. Persepsi yang diukur dalam penelitian ini adalah terhadap pelaksanaan atau sosialisasi program kesehatan ikan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas kepada anggota kelompok pendeder binaan UPTD. Pengukuran ini
(32)
program kesehatan ikan. Sehingga, dalam pengukuran ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
i. Tidak Tahu, diberi nilai skor 1. ii. Belum Berhasil, diberi nilai skor 2. iii. Sudah Berhasil, diberi nilai skor 3. 4.4.1 Analisis Data
Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah, yatiu editing, coding, tabulasi dan analisis. Data yang telah diedit disusun ke dalam bentuk tabel berdasarkan hubungan variabel serta dilihat persentasenya kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan pembahasan. Data dan informasi hasil penelitian yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menyajikan gambaran berbagai variabel yang diteliti. Sebagian data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dibuat ke dalam skala ordinal dikategorikan menjadi tiga atau dua kelompok dengan indikator dan jumlah item yang masingmasing berbeda.
Umur, status kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota kelompok serta pendidikan formal dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik yang digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara faktor internal dengan faktor eksternal yakni program kesehatan ikan yang dilakukan dengan uji korelasi Spearman.
4.4.2 Uji Korelasi Spearman
Uji korelasiSpearman merupakan ukuran asosiasi yang menuntut ke dua variabel diukur sekurangkurangnya dalam skala ordinal sehingga obyekobyek atau individuindividu yang dipelajari dapat diranking dalam dua rangkaian berurut (Siegel, 1985). Uji korelasiSpearman digunakan unutk melihat keeratan hubungan antara faktor internal dan eksternal yang memiliki skala ordinal seperti umur, status
kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota, pendidikan formal. Syarat dari uji korelasiSpearman adalah jika dan hanya jika jumlah kategori skor masing masing variabel sama (Xi=Yi) (Sigel, 1985) dan rumusnya adalah sebagai berikut :
(33)
N N di r N i s = - -
å
= 3 1 2 6 1Keterangan : rs = koefisien korelasi rang Spearman
di = selisih antara peringakt Xi danYi
N = banyaknya pasanagn data Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0: tidak ada korelasi yang nyata antara faktor internal dan eksternal anggota
kelompok binaan dengan program kesehatan ikan UPTD.
H1: terdapat korelasi yang nyata antara faktor internal dan eksternal anggota
kelompok binaan dengan program kesehatan ikan UPTD. Uji Signifikansi rs digunakan dengan statistik t, yaitu :
2 2 1 2 r N r t s - - = Keterangan : t = t hitung
rs = koefisien korelasi rank Spearman N
N = banyaknya pasangan data Nilai t hitung > Nilai t tabel maka tolak H0
Nilai t hitung < Nilai t tabel maka terima H0
Atau
Analisis dengan Program SPSS Sig (2tailed) £ a/2 maka tolak H0
Sig (2tailed) ³ a/2 maka tolak H1,adisebut taraf nyata atau tingkat signifikansi.
Menurut Sulaiman (2003), nilaia biasanya ditetapkan sebesar 0,05 atau 0,01.
Jika a= 0,05 artinya 5 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya
diterima. Nilaia= 0,01 artinya 1 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang
(34)
· 0,70 – 1,00 menunjukkan adanya derajat asosiasi yang tinggi. · 0,40 < 0,70 menunjukkan adanya hubungan yang substansial. · 0,20 < 0,40 menunjukkan adanya korelasi yang rendah. · < 0,20 berarti dapat diabaikan.
4.5 Hipotesis
Hipotesa adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya (Nazir 1998). Hipotesa adalah satu asumsi yang berperan sebagai satu penjelasan tentatif. Dilihat dari satu segi lain, hipotesa bisa dianggap sebagai satu pertanyaan yang menurut sifatnya harus dijawab lewat satu eksperimen atau seri observasiobservasi. (Kartono 1996)
Jadi hipotesa merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset. Oleh karena itu hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga bisa salah. Ia akan ditolak jika faktanya menyangkal jadi hipotesanya salah atau palsu. Dan hipotesa akan diterima jika fakta membuktikan kebenarannya (Kartono 1996). Tanpa hipotesa, proses pengumpulan data merupakan suatu usaha pencarian secara membuta. Sebab, hipotesa itu memberikan pedoman dan pengarahan pada penyelidikan dan pemecahan masalah. Juga dapat membatasi data informasi yang relevan serta pertinent/perlu, dan mengeliminasikan data lain yang tidak berkaitan dengan permasalahannya (Kartono 1996). Maka terdapat beberapa hipotesis dalam persepsi kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kerja UPTD, antara lain :
1) Semakin tua usia, maka persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin kompleks.
2) Semakin kecil status sosial, maka realisasi persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan berpengaruh kecil terhadap upaya pembangunan dalam pemerintah.
3) Semakin lama pengalaman usaha, maka persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin jelas akan program UPTD.
(35)
4) Semakin aktif anggota kelompok dalam kegiatan penyuluhan, maka persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin respon terhadap program yang dicanangkan oleh UPTD. 5) Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka wujud dari persepsi anggota
kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin mudah disosialisasikan program yang akan dicanangkan. 6) Semakin sering intensitas latihan dan kunjungan yang diikuti oleh pendeder,
maka semakin besar persepsi positif yang terbentuk terhadap program kesehatan ikan.
7) Semakin besar intensitas interaksi antar anggota kelompok, maka semakin besar penguatan kelompok yang terbentuk dan semakin mudah sosialisasi dari
program kesehatan ikan.
8) Semakin jelas spesialisasi yang terbentuk, maka semakin baik pengorganisasian yang dibentuk dalam anggota kelompok dan semakin mudah sosialisasi dari program kesehatan ikan.
(36)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian5.1.1 Letak dan Keadaan Alam
Kecamatan Ciseeng berjarak 30 km dari Kantor Kabupaten Bogor, 155 km dari Ibu kota Provinsi Jawa Barat, dan 50 km dari Ibu kota Negara Republik Indonesia. Kecamatan Ciseeng berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan kisaran suhu 27 0 C – 32 0 C dan memiliki curah hujan sebesar 24.530 mm per tahun
dengan jumlah hari hujan terbanyak selama 130 hari.
Kecamatan Ciseeng memiliki luas wilayah 3.717 hektar yang diantaranya terdiri atas tanah sawah seluas 840 hektar dan tanah basah seluas 359 hektar yang dijadikan kolam untuk usaha budidaya perikanan. Bentuk wilayah Kecamatan Ciseeng, 60% wilayah memiliki bentuk berombak sampai berbukit, 20% datar sampai
berombak, dan sisanya berbukit sampai bergunung. Batas wilayah Kecamatan Ciseeng diantaranya dengan Kecamatan Gunung Sindur di Utara, sebelah Selatan dengan Kecamatan Kemang, dengan Kecamatan Rumpin di sebelah Barat, dan berbatasan dengan Kecamatan Parung di sebelah Timur.
Kecamatan Ciseeng terdiri atas 10 desa dengan 34 dusun. Kesepuluh desa yang ada di Kecamatan Ciseeng yaitu Desa Babakan, Desa Putat Nutug, Desa Parigi Mekar, Desa Ciseeng, Desa Cihoe, Desa Kuripan, Desa Cibentang, Desa Cibeuteung Muara, Desa Cibeuteung Udik, dan Desa Karikil.
5.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Ciseeng berdasarkan data monografi kecamatan tahun 2006 sebanyak 83.016 orang yang terdiri atas 42.178 orang lakilaki (50,8%) dan 40.838 orang perempuan (49,2%), dengan jumlah kepala keluarga yang ada sebanyak 21.841 KK. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Ciseeng adalah 21,79 jiwa per km 2 .
Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 2555 tahun dengan jumlah 26.488 (31,91%). Jumlah penduduk paling
(37)
sedikit berada pada kelompok umur > 80 tahun dengan jumlah 3.157 orang (3,8%). Mayoritas penduduk Kecamatan Ciseeng beragama Islam yaitu sebanyak 82.802 orang (99,28%). Data lengkap mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2006
No Kelompok Umur (th) Jumlah penduduk Persentase (%)
1 0 – 6 12.116 14,59
2 7 – 12 13.979 16,83
3 12 – 18 11.486 13,83
4 19 – 24 9.109 10,97
5 25 – 55 26.488 31,91
6 56 – 79 6.678 8,04
7 >80 3.157 3,80
Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006
Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dihitung besarnya rasio beban tanggungan di Kecamatan Ciseeng yaitu sebesar 1,33 yang artinya bahwa setiap 100 orang
penduduk berusia produktif antara 19 – 55 tahun harus menanggung 133 orang
penduduk yang berada di luar usia produktif. Sex ratio antara lakilaki dan perempuan sebesar 1,03 yang artinya bahwa setiap 100 orang perempuan terdapat 103 orang laki laki.
Penduduk Kecamatan Ciseeng yang mampu menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun berjumlah 10.995 orang atau setara 28,13%. Sementara itu sebanyak 6.779 orang (17,35%) tidak tamat SD, 13.937 orang (35,66%) tamat SD, dan terdapat 1.396 orang (3,57%) penduduk yang buta huruf. Data lengkap mengenai tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Ciseeng dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006
No Tingkat Pendidikan Orang Jumlah Penduduk Persentase (%)
1 Belum sekolah 5.973 15,28
2 Tidak tamat SD 6779 17,35
3 Tamat SD/sederajat 13.937 35,66
4 Tamat SLTP/sederajat 6.618 16,93
5 Tamat SLTA/sederajat 3.725 9,53
(38)
7 Tamat perguruan tinggi 155 0,39
8 Buta huruf 1.396 3,57
Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006
Kecamatan Ciseeng memiliki jumlah angkatan kerja sebanyak 12.720 orang yang terdiri atas 6.789 angkatan kerja lakilaki (54%) dan 5.940 angkatan kerja perempuan (46%). Data lengkap mengenai mata pencaharian penduduk Kecamatan Ciseeng dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006
No Mata Pencaharian Orang Jumlah Penduduk Persentase (%)
1 Petani 3.730 13,94
2 Buruh tani 3.345 12,49
3 Pengusaha 784 2,93
4 Pertukangan 315 1,18
5 Buruh 870 3,25
6 Pedagang 3.986 14,89
7 Jasa 8.113 30,32
8 Pegawai Negeri Sipil 521 1,95
9 TNI / POLRI 29 0,12
10 Pensiunan 148 0,55
11 Lainlain 4.920 18,38
Jumlah 26.761 100
Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006
Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Ciseeng bekerja di bidang jasa dan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa sebanyak 8.113 orang (30,32%), dan yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani maupun buruh tani bejumlah 7.075 orang (26,43%). Jumlah pembudidaya di Kecamatan Ciseeng sebanyak 658 orang, yang terdiri dari 284 orang pembudidaya pembenihan dan 374 orang pembudidaya kolam air tenang. Adapun penduduk lainnya, ada yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 3.986 orang (14,89%), 784 orang pengusaha (2,93%), 315 orang di bidang pertukangan (1,18%), 870 orang buruh (3,25%), 521 orang PNS (1,95%), TNI /POLRI
(39)
sebanyak 29 orang (0,12%), 148 orang pensiunan (0,55%), dan sisanya dalam bidang lainnya sebanyak 4.920 orang (18,38%).
5.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang amat penting terhadap keberhasilan suatu wilayah untuk berkembang. Tanpa adanya sarana dan prasarana pendukung yang memadai perkembangan suatu daerah dapat terhambat. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Ciseeng diantarannya sarana dan prasarana pemerintahan, pendidikan, ekonomi, ibadah, transportasi, komunikasi, kesehatan dan olahraga.
Prasarana pemerintahan di Kecamatan Ciseeng terdiri atas sebuah kantor kecamatan dan 10 buah kantor desa, tiga instansi pemerintah (KUA, Sekolah Tinggi Sandi Negara, dan Balai Rehabilitasi Galih Pakuan), lima UPTD (UPTD Pendidikan, UPTD Puskesmas, UPTD Pengairan, UPTD Penyuluhan Pertanian dan Hutbun, dan UPTD Penyuluhan Peternakan dan Pos Kesehatan Hewan) dan satu instansi BUMN yaitu PT Telkom. Data mengenai sarana transportasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Prasarana Transportasi di Kecamatan Ciseeng Tahun 2006
No Prasarana Transportasi Panjang jalan (km)
1 Jalan Desa 96
2 Jalan kabupaten 28
3 Jalan tanah 84
4 Jembatan (buah) 13
Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006
Untuk sarana dan prasarana transportasi yang amat penting bagi perkembangan suatu wilayah, Kecamatan Ciseeng memiliki jalan desa sepanjang 96 km, jalan kabupaten sepanjang 28 km dan jalan tanah sepanjang 84 km. Di Kecamatan Ciseeng ini lalu lintas seluruhnya dilakukan melalui jalan darat.
Sarana perekonomian yang berada di Kecamatan Ciseeng diantaranya ialah sebuah koperasi dan sebuah pasar dengan bangunan semi permanen. Untuk sarana pendidikan, Kecamatan Ciseeng memiliki 4 taman kanakkanak (TK), 44 sekolah dasar (SD), 6 sekolah menengah pertama (SMP), dan 3 sekolah menengah atas (SMA). Data
(40)
sarana pendidikan dan jumlah murid di Kecamatan Ciseeng merupakan data primer. Data lengkap mengenai sarana dan prasarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid di Kecamatan Ciseeng Tahun
2006.
No Jenis Pendidikan Gedung Jumlah Guru Murid Rasio guru dan murid
1 TK 4 15 145 9,67
2 SD atau sederajat 44 252 13.033 51,72 3 SMP atau sederajat 6 136 1.868 13,74 4 SMA atau sederajat 3 185 1.871 10,11 5 Sekolah tinggi 1 113
Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa untuk tingkat pendidikan TK rasio antara guru dan murid sudah cukup bagus yaitu sebesar 9,67 yang artinya satu orang guru harus menangani 10 orang murid. Tingkat sekolah dasar memiliki rasio antara guru dan murid yang kurang memadai karena satu orang guru harus menangani 52 orang murid. Rasio antara guru dan murid untuk tingkat pendidikan SMP hingga SMA sudah cukup memadai yaitu 13,74 untuk tingkat SMP, dan 10,11 untuk tingkat SMA.
Prasarana kesehatan terdiri atas dua buah puskesmas dan empat praktek dokter. Untuk prasarana ibadah, Kecamatan Ciseeng memiliki 70 buah mesjid dan 154 buah mushola untuk umat islam, selain itu terdapat dua buah gereja untuk umat Kristen di kecamatan ini. Sarana dan prasarana komunikasi di Kecamatan Ciseeng terdiri atas tujuh buah telepon umum, dua pemancar radio, dan sebuah kantor telekomunikasi. 5.2 Profil Unit Pelaksana Teknis Dinas
5.2.1 Latar Belakang Unit Pelaksana Teknis Dinas
Dalam rangka mendukung dan mempercepat pertumbuhan ekonomi rakyat, pengembangan peternakan dan perikanan perlu dilaksanakan dengan cepat, efektif dan menguntungkan sesuai dengan peluang dan tantangan. Untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan tidaklah mudah, melainkan masih banyak ditemui hambatan dan tantangan yang dihadapi baik teknis maupun non teknis yang memerlukan kebijakan dan rencana operasional yang tepat untuk mengatasinya.
(41)
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah suatu badan pemerintahan daerah yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam bidang peternakan, perikanan, pertanian, pendidikan, kesehatan, kehutanan dan lainlain. Unit Pelaksana Teknis Dinas Penyuluhan dan Poskeswan Wilayah Parung Kecamatan Ciseeng hanya beroperasi pada lima kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Rumpin, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Kemang, Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur.
Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan peternakan dan perikanan antara lain masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia petani atau pembudidaya baik perorangan maupun kelompok. Permasalahan yang dapat dikemukakan di wilayah Kecamatan Ciseeng antara lain :
1.Terbatasnya penguasaan petani dalam teknis pengendalian penyakit ternak dan ikan.
2.Masih kurangnya akses dibidang permodalan. 3.Rendahnya kualitas manajemen kelompok. 4.Tingginya harga pakan.
5.2.2 Program Unit Pelaksana Teknis Dinas
Program Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah suatu program yang mengacu pada visi dan misi Dinas Peternakan dan Perikanan serta disusun dalam bentuk rencana kerja tahunan. Terbatasnya kualitas sumber daya manusia petani atau pembudidaya baik perorangan maupun kelompok khususnya di Wilayah Parung Kecamatan Ciseeng menjadi masalah bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Poskeswan Wilayah Parung Kecamatan Ciseeng. Sehingga,
diperlukannya program dari Unit Pelaksana Teknis Dinas agar kualitas sumber daya manusia petani dapat meningkat khususnya dapat membantu masalah yang ada di Wilayah Parung Kecamatan Ciseeng serta diharapkan tugas pokok dan fungsi dapat terlaksana dengan optimal sesuai dengan maksud, tujuan, visi dan misi UPTD.
Program kesehatan yang disusun oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas tersebut tidak terlepas dalam kegiatan bulanan rutinan seperti masalah teknis dalam bentuk materi vaksinasi pada ikan, tata cara pengaturan pengairan dalam kolam serta pemberian obat
(42)
pada komoditi khususnya pada kegiatan pembenihan ikan. Tujuan adanya program kesehatan ikan ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan tata cara pengelolaan usaha pada pembenihan ikan dalam pencegahan penyakit pada benihbenih ikan agar pembudidaya dapat memiliki daya saing serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Program kesehatan ikan tersebut ditujukan kepada pelakupelaku usaha pembudidaya ikan air tawar khususnya pelaku usaha pembenihan karena di wilayah Kecamatan Ciseeng ini kegiatan pembenihan memiliki nilai peningkatan produksi di tiap tahunnya. Program kesehatan ini meliputi kegitan dalam pengaturan dosis pakan, vaksinasi, kontrol kandungan pH dalam kolam serta pemberian obat pada komoditi. 5.2.3 Maksud dan Tujuan UPTD
5.2.3.1 Maksud
Maksud dari program Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah sebagai berikut : a. Sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan penyuluhan
b. Sebagai acuan bagi instansi terkait untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan usaha peternakan dan perikanan
c. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan penyuluhan dan perencanaan ke depan 5.2.3.2 Tujuan
Tujan dibentuknya Unit Pelaksana Teknis Dinas antara lain :
a. Terwujudnya peningkatan usaha peternakan dan perikanan sesuai dengan potensi dan peluang
b. Tumbuh dan berkembangnya lembaga kelompok yang semakin maju dan dinamis
c. Terfasilitasinya usaha/lembaga usaha melalui bimbingan dan pembinaan dalam meningkatkan usahanya.
5.2.3.3 Visi dan Misi
Visi dan misi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
(43)
Terwujudnya pembangunan peternakan dan perikanan yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
Misi :
1) Meningkatkan ketersedian bahan pangan asal ternak dan ikan secara berkesinambungan,
2) Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat perikanan. Adapun hasil, manfaat dan dampak yang diharapkan sebagai berikut : A. Hasil
Dengan adanya Unit Pelaksana Teknis Dinas ini akan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Terjaminnya keamanan dan ketentraman masyarakat terhadap penularan penyakit zoonosis.
2. Mempertahankan wilayah kerja sebagai daerah bebas rabies. 3. Mencegah munculnya wabah penyakit antrak.
4. Terdeteksinya kekebalan ternak/hewan post vaksinasi.
5. Terpantau dan terawasinya kesehatan ternak dan ikan, khususnya ternak dan ikan bantuan pemerintah.
6. Tersosialisasinya program peternakan dan perikanan (perizinan, tata cara
beternak, tata cara membudidaya ikan, hygiene dan sanitasi Tempat Pemotongan Ayam (TPA), Tempat Pemotongan Hewan (TPH) dan pedagang daging).
7. Terdatanya potensi peternakan dan perikanan di wilayah kerjanya.
8. Terlayaninya peternak dan pembudidaya ikan yang akan mengurus perizinan. 9. Terpantaunya harga produk peternak dan perikanan di wilayah kerjanya. 10. Terawasi dan terbinanya perkembangan dan revolving ternak dan ikan negara. 11. Tersosialisasi penaganan pasca panen produk peternak dan perikanan.
B. Manfaat
Manfaat dari adanya program Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah :
1. Mencegah dan mengendalikan terjangkitnya penyakit hewan menular, serta mencegah terjadinya penularan penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis).
(44)
2. Terciptanya sistem kewaspadaan dini terhadap penularan penyakit hewan (zoonosis).
3. Termonitornya kekebalan ternak yang telah di vaksinasi. 4. Termonitornya penyakit ternak dan ikan.
5. Terjaminnya kualitas daging dan bahan asal hewan yang beredar di masyarakat. 6. Terciptanya rasa aman dan nyaman bagi pelaku tata niaga peternakan dan
perikanan dalam melaksanakan usahanya.
7. Termonitornya harga produk peternakan dan perikanan.
8. Terbantunya petani peternak dan pembudidaya ikan dalam pengolah hasil produknya.
9. Termonitornya perkembangan bantuan pemerintah. C. Dampak
Sedangkan dampak dibentuknya Unit Pelasana Teknis Dinas antara lain :
1. Terciptanya ketentraman masyarakat karena bebas dari penularan penyakit hewan menular dan terkendalinya penyakit hewan (zoonosis) di Wilayah Parung.
2. Terwujudnya tata niaga peternakan dan perikanan berdaya saing yang dapat membantu peningkatan kesejahteraan petani.
3. Termonitornya dan tertatanya perkembangan ternak dan ikan bantuan pemerintah. Dalam pelakasanaannya Program Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Penyuluhan dan Poskeswan Wilayah Parung Kecamataan Ciseeng dilakukan oleh setiap personil dari staf UPTD sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan.Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi pos kesehatan hewan yang terarah dan terencana maka setiap personil poskeswan dibuat uraian tugas dan fungsinya berdasarkan susunan organisasi yang telah dibentuk. Susunan organisasi UPTD dapat dilihat pada gambar berikut
(45)
Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas 1. Kepala UPTD Penyuluhan dan Poskeswan
Adapun tugas dari Kepala Unit Pelaksana Tenis Dinas Penuluhan dan Poskeswan antara lain :
§ Menata dan Mengkoordinir seluruh tugas dan fungsi UPTD poskeswan dan
penyuluhan.
§ Pengolahan dan analisis data potensi penyuluhan peternakan dan perikanan. § Memberikan bimbingan pengawasan dan petunjuk pelaksanaan kepada bawahan. § Dalam hal penyelenggaraan penyuluh dan poskeswan secara teknis administratif
dan teknis operasional bertanggung jawab kepada kepala dinas dan secara operasional dikoordinasikan oleh camat.
§ Melaksanakan tugas pembantuan yang ditugaskan oleh kepala dinas.
§ Membuat laporan pelaksanaan bidang tugas UPTD penyuluh dan poskeswan
kepada kepala dinas peternakan dan perikanan tepat pada waktunya. 2. Tata Usaha (TU)
Sedangakan tugas yang disusun dan dilakukan oleh Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah :
§ Penyelenggaraan urusan ketatausahaan UPTD
§ Pengumpulan, pengolahan dan analisis data potensi peternakan dan perikanan
serta poskeswan.
§ Penyusunan rencana kerja peternakan dan perikanan serta poskeswan. § Pelaksanaan bimbingan dan pengawasan pelayanan kesehatan dan produksi
ternak dan ikan.
KEPALA UPTD
(46)
§ Pelaksanaan bimbingan kelembagaan usaha dan kegiatan usaha
peternakan/perikanan.
§ Pelayanan dan bimbingan teknis pencegahan, pemberantasan, pengobatan
penyakit hewan dan ternak di masyarakat.
§ Melaksanakan pemeriksanaan kesehatan hewan sebelum di potong dan
kesehatan daging setelah di potong.
§ Pelayanan konsultasi kesehatan hewan/ternak.
§ Penyiapan sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan hewan.
3. Tenaga Fungsional/Penyuluh
Tugas yang dilakukan oleh Tenaga Fungsional/Penyuluh adalah sebagai berikut :
§ Pengumpulan, pengolahan dan analisis data potensi penyuluhan peternakan,
perikanan dan poskeswan.
§ Pembinaan kelompok dalam rangka meningkatkan kualitas peternak dan
pembudidaya ikan.
§ Penyusunan rencana kerja penyuluhan peternakan dan perikanan serta
poskeswan.
§ Pelaksanaan bimbingan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan dan
perikanan.
4 Paramedis/Teknis Perikanan
Paramedis/Teknis Perikanan memiliki tugas sebagai berikut :
§ Pengumpulan, pengolahan dan analisis data potensi peternakan dan perikanan
serta poskeswan.
§ Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan/ternak dan ikan di masyarakat.
Program Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) disusun berdasarkan Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan (RKPP) tahunan dan Kegiatan Penyuluhan perikanan yang dilakukan setiap bulan. Terdapat beberapa aspek permasalahan yang tersusun dalam rencana kerja program UPTD yang meliputi aspek teknis, aspek sosial dan aspek ekonomi. Dalam Tabel 9, aspek teknis yang salah satunya yakni masih kurangnya
(47)
penerapan teknologi dalam pembenihan memiliki solusi bahwa perlunya bimbingan penerapan teknologi dalam pembenihan. Materi dalam bimbingan tersebut adalah pemilihan induk yang baik disertai dengan bantuan sarana seperti alat pompa air agar menghasilkan induk yang unggul. Bantuan sarana alat pompa air ini merupakan wujud pembentukan suatu inovasi kepada para anggota kelompok agar mempermudah dan menghasilkan hasil panen yang diharapkan di dalam menjalankan usaha budidaya. Metodologi dalam rencana program UPTD meliputi pendampingan melalui penyuluhan dan pembinaan. Pendampingan melalui penyuluhan yang dimaksud adalah dalam bentuk pertemuan dalam suatu rapat yang dilakukan oleh pihak UPTD kepada ketua kelompok. Sehingga, dari hasil pertemuan tersebut ketua kelompok akan memberikan informasi hasil rapat pertemuan yang telah dilakukan mengenai sosialisasi dari program UPTD Aspek permasalahan tersebut telah terinci dalam suatu rencana kerja tahunan yang meliputi solusi, metodologi, sasaran, waktu serta pelaksanaan. Rencana Kerja Penyuluhan dan Pokeswan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rencana Kerja Penyuluhan dan Poskeswan Tahun 2009
No. Permasalahan Solusi Metodologi Sasaran Waktu Pelaksana
1 Aspek Teknis
· Kurangnya
kemampuan pembudidaya dalam seleksi induk
· Kurangnya
pembudidaya dalam seleksi benih & pengendalian hama penyakit
· Masih
kurangnya penerapan teknologi dalam pembenihan
· Meningkatkan
kemampuan dalam penanganan seleksi induk
· Meningkatkan
kemampuan dalam seleksi benih & pengaturan pemberian pakan sesuai dosis
· Perlunya
bimbingan penerapan teknologi dalam pembenihan Pendamping an melalui penyuluhan dan pembinaan Kelompok
binaan Januari s/d Desember 2009
(48)
2 Aspek Sosial
· Kurangnya
pengetahuan dalam administrasi kelompok
· Belum adanya
jadwal pertemuan
· Rendahnya
tingkat kesadaran kelompok ·Memfasilitasi proses pengukuhan kelompok pembudidaya ·Pelaksanaan studi banding Pendamping an melalui penyuluhan dan pembinaan Kelompok
binaan Januari s/d Desember 2009
PPL
3 Aspek Ekonomi
· Kurangnya
kemitraan
· Masih lemahnya
tentang analisis usaha
· Masih
kurangnya peran pihak perbankan dalam permodalan ·Meningkatkan peran anggota kelompok ·Mendorong untuk bermitra dengan pihak lain ·Menjalin kerja sama permodalan dengan pihak perbankan Pendamping an melalui penyuluhan dan pembinaan Kelompok
binaan Januari s/d Desember 2009 PPL Sumber : RKPP Tahun 2009 Lain halnya pendampingan melalui pembinaan dari UPTD terwujud dalam bentuk bantuan bersifat revolving yang diberikan oleh UPTD kepada anggota kelompok pendeder. Bantuan ini merupakan bantuan yang diberikan oleh UPTD melalui koperasi simpan pinjam bagi pendeder. Maksud adanya bantuan bersifat revolving adalah mengembangkan kemandirian para pendeder serta mengatur perekonomian dalam menjalankan usaha. Selain aspek teknis di atas seperti aspek sosial dan ekonomi rencana program kerja yang bertumpu pada rencana program kesehatan ikan ini memiliki metodologi dalam bentuk pendampingan melalui penyuluhan yang sama. Metodologi pada aspek sosial dan ekonomi pada pendampingan melalui penyuluhan terwujud dalam bentuk suatu rapat pertemuan yang dilakukan oleh UPTD kepada ketua kelompok. Kegiatan bulanan Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah kegiatan atau agenda kerja yang dilakukan oleh petugas UPTD dalam kurun waktu satu bulan dan dicatan dalam kegiatan laporanan bulanan. Kegiatan bulanan ini tidak hanya berfokus pada
(49)
kegiatan penyuluhan, tetapi seluruh kegiatan para petugas UPTD yang berkaitan dengan instansi pemerintah terkait. Laporan kegiatan penyuluhan bulanan Unit Pelaksana Teknis Dinas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Laporan Kegiatan Bulanan UPTD
No Tanggal Lokasi Masalah Solusi
1 1 Sept Telaga Biru Pemasaran Pemasaran hasil satu pintu
2 2 Sept Sejahtera Mahalnya Harga Pakan Pembenihan
3 3 Sept Jumbo Lestari Mahalnya Harga Pakan Penambahan Volume Produksi
4 4 Sept Cibeuteung Udik Pembenihan Pemupukan Kolam
5 5 Sept Tunas Mekar Dinamika Kelompok Pertemukan Kelompok
6 8 Sept Dinas Koordionasi Laporan
7 9 Sept Pasar Benih Ikan
Ciseeng Informasi Harga Pendataan
8 10 Sept Kecamatan Ciseeng Rapat Koordinasi Info Program Dinas
9 11 Sept Mitra Usaha Induk Pemeliharaan Induk
10 12 Sept Mandiri Jaya Induk Pemeliharaan Induk
11 15 Sept Telaga Biru Pengembangan Jenis
Ikan Baru Pemecahan Teknologi
12 16 Sept Bina Mandiri Kekosongan Telur Pemeliharaan Induk
13 17 Sept P4S Pola Usaha Kelompokkelompok Usaha
14 18 Sept Huripan Kelompok Tani Pendataan Petani
15 19 Sept Tunas Mekar Masalah Modal Pemupukan Modal
16 22 Sept Cihoe Padat Tebar Pengaturan Padat Tebar
17 23 Sept Pasar Benih Lesunya Pasar Pembinaan
18 24 Sept Jumbo Lestari Padat Tebar Pemahaman Petani
19 25 Sept Mitra Usaha Keseragaman Benih Sortasi Benih
20 26 Sept Sejahtera Mahalnya Pakan Pembenihan
21 29 Sept Ciseeng Penyakit Pengaturan Dosis Pakan
22 30 Sept UPTD Pelaporan Penyususnan Pelaporan
Sumber : Data Primer UPTD Ciseeng Tahun 2008 Dari Tabel 10 di atas dalam laporan kegiatan bulanan ini meliputi permasalahan dan solusi. Permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan usaha pendederan ikan disertai dengan solusi dalam bentuk tindak lanjut seperti latihan dan kunjungan ataupun demonstrasi yang dilakukan oleh penyuluh atau petugas UPTD kepada pendeder ikan air tawar. Program kesehatan ikan di Kecamatan Ciseeng dilakukan pada akhir bulan yaitu pada tanggal 29 September 2008. Permasalahan tersebut adalah adanya indikasi penyakit ikan dalam pembudidaya dalam menjalankan usaha. Solusi yang dilakukan oleh penyuluh adalah pengaturan dosis pakan dengan cara memberikan pendampingan melalui ketua anggota kelompok pendeder ikan air tawar tersebut yang kemudian disosialisasikan kepada para anggotanya. Berdasarkan keterangan dari Kepala Dinas
(1)
Dijual ke pengumpul Pembeli datang langsung 3.6.2 Harga jual benih ?……… 3.6.3 Cara pembayaran : Tunai Bayar dibelakang. IV. UNIT BUDIDAYA IKAN Kolam Jenis kolam : Tanah Tembok 4.1.2 Bentuk kolam : Persegi Lingkaran Persegi panjang Segi tiga Banyaknya kolam ? ... Luas masingmasing kolam ? ... ... Status kepemilikan : Pribadi Sewa , jika disewa miliki siapa ? ... Alat –alat usaha budidaya Pembuatan alatalat budidaya ikan oleh siapa dan dimana : Dibuat sendiri, di ... Mengupah orang, di ... Dibeli siap pakai, di ... Dibeli dan dimodifikasi, di ...
(2)
86 Sebutkan alasannya : ... ... Bahan dibeli secara : Kontan Angsuran Dibayar dengan hasil panen Besarnya modal : Rp ... Modal diperoleh dari : Milik sendiri Pinjaman dari bank Pinjaman dari orang lain Besar cicilan per bulan / per panen bila modal pinjaman :Rp...
(3)
(4)
(5)
(6)