Konsep, Pengukuran dan Definisi Operasional

Kecamatan Ciseeng. Hal ini dikarenakan sasaran penyuluhan yang dilakukan oleh UPTD hanya tiga jenis cabang usaha, yaitu kolam air tenang yang dikelola secara tradisional dan intensif, kolam pembenihan dan pembudidayaan ikan hias. Sembilan kelompokkelembagaan yang ada di bawah naungan UPTD dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kelembagaan Usaha Perikanan di Kecamatan Ciseeng Tahun 2008 No. Nama Kelompok ∑ Anggota Mulai Berdiri Kelas Kemampuan Kelomopk Jenis Usaha Produksi Kgthn 1 Tunas Mekar Babakan 20 1998 Lanjut Lele 8.000.000 E 2 Jumbo Lestari Babakan 14 1998 Lanjut Lele 12.000.000 E 3 Bina Mandiri Babakan 20 2002 Lanjut Lele 5.000.000 E 4 Mandiri Jaya Babakan 20 2000 Lanjut Patin 5.000.000 E 5 Telaga Biru Parigi Mekar 20 1996 Madya Ikan Hias 2.500.000 E 6 Mitra Usaha Cibeuteung Muara 20 2006 Pemula Lele 500.000 E 7 Sejahtera Parigi Mekar 20 2006 Pemula Lele 500.000 E 8 Kopses Cibeuteung Muara 20 1998 Lanjut Gurame 500.000 E 9 Mina Sejahtera 20 2008 Pemula Patin 500.000 E Sumber : Data Primer UPTD Penyuluhan dan Poskeswan, Kec. Ciseeng Keterangan : E = ekor

4.4 Konsep, Pengukuran dan Definisi Operasional

Definisi operasional mengenai variabel yang digunakan untuk menghindari salah penafsiran sehingga perlu diberi batasan­batasan atau dioperasionalkannya penelitian ini sehingga dapat diketahui dengan jelas indikator pengukurannya. Variabel­variabel yang dioperasionalkan tersebut adalah sebagai berikut : 1 Pendeder adalah orang yang melakukan kegiatan pemeliharaan benih hasil penetasan telur ikan air tawar menjadi benih yang siap ditebar untuk pembesaran. 2 Responden adalah orang yang memberikan informasi atas pertanyaan yang diajukan. 3 Umur responden adalah usia pendeder pada saat diwawancarai diukur dalam tahun. Umur responden berkisar antara 24­72 tahun, kemudian digunakan selang statistik untuk mengelompokan umur responden ke dalam kelompok kategori yang telah ditentukan, sehingga diperoleh : i. Kategori umur 24 – 30 tahun. ii. Kategori umur 31 – 37 tahun. iii. Kategori umur 38 – 44 tahun. iv. Kategori umur 45 – 51 tahun. v. Kategori umur 52 – 58 tahun. vi. Kategori umur 59 – 65 tahun. vii. Kategori umur 66 – 72 tahun. Sedangkan untuk mengetahui tingkat korelasi antara umur dengan program kerja UPTD dirancang berdasarkan Skala Likert dengan interval 1­3 atau berdasarkan selang kelompok umur sebagai berikut : i. Umur 24 – 38 tahun, diberi nilai skor 1. ii. Umur 39 – 53 tahun, diberi nilai skor 2. iii. Umur 54 – 72 tahun, diberi skor 3. 4 Status kepemilikan kolam menyangkut program kerja UPTD akan diberi alternatif tiga jawaban, yaitu : i. Pemilik kolam, diberi nilai skor 1. ii. Penggarap kolam, diberi nilai skor 2. iii. Pemilik sekaligus penggarap kolam, diberi skor 3. 5 Pengalaman usaha menyangkut lamanya kerja sebagi pendeder yang ditekuni oleh responden. Pengalaman usaha responden berkisar 2­26 tahun, kemudian digunakan selang statistik, sehingga diperoleh : i. Kategori pengalaman usaha antara 2 sampai 6 tahun. ii. Kategori pengalaman usaha antara 7 sampai 10 tahun. iii. Kategori pengalam usaha antara 11 sampai 14 tahun. iv. Kategori pengalaman usaha antara 15 sampai 18 tahun. v. Kategori pengalam usaha antara 19 sampai 22 tahun. vi. Kategori pengalaman usaha antara 23 sampai 26 tahun. Untuk mengetahui tingkat korelasi antara pengalaman usaha dengan program kesehatan ikan UPTD dirancang berdasarkan Skala Likert dengan interval 1­3 atau berdasarkan selang kelompok pengalaman usaha sebagai berikut : i. Umur 2 – 9 tahun, diberi nilai skor 1. ii. Umur 10 – 17 tahun, diberi nilai skor 2. iii. Umur 18 – 26 tahun, diberi nilai skor 3. 6 Keaktifan anggota kelompok pendeder binaan UPTD menyangkut kegiatan kehadiran dalam suatu pertemuan atau penyuluhan, pencarian informasi serta intensitas kegiatan pendederan. Keaktifan anggota kelompok diberi tiga alternatif jawaban dan masing­masing diberi nilai skor, yaitu : i. Tidak aktif, diberi nilai skor 1. ii. Cukup aktif, diberi nilai skor 2 iii. Sangat aktif, diberi nilai skor 3. 7 Pendidikan formal dikategorikan menjadi tiga, yaitu : i. Tidak sekolah­Tamat SD, diberi nilai skor 1. ii. SMP­Tamat SMP, diberi nilai skor 2. iii. SMU – PT, diberi nilai skor 3. 8 Program kesehatan ikan UPTD adalah program yang bertumpu pada visi dan misi serta rencana kerja program penyuluhan UPTD yang meliputi aspek teknis dan sosial. Aspek teknis adalah aspek yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan teknik yang dibutuhkan untuk pemanfaatan serta pendayagunaan sumber daya manusia. Aspek teknis dalam program kesehatan ikan ini yaitu intensitas penyuluh untuk melakukan bimbingan kepada pendeder. Aspek sosial adalah aspek yang berhubungan dengan penilaian individu terhadap peranannya. Aspek ini meliputi penguatan kelompok dan pengorganisasian pendeder ikan air tawar. a. Aspek Teknis Pengukuran pada aspek teknis berdasarkan pada intensitas latihan dan kunjungan penyuluh atau petugas UPTD dalam 12 bulan. Dalam satu tahun frekuensi penyuluh ke pembudidaya ikan sebanyak 24 kali. Untuk mempermudahkan perhitungan maka dibagi menjadi tiga kategori : i. 8 kali, diberi nilai skor 1. ii. 8 – 16 kali, diberi nilai skor 2. iii. 16 kali, diberi nilai skor 3. b. Aspek Sosial Pengukuran pada aspek sosial yang meliputi penguatan kelompok dan pengorganisasian. Penguatan kelompok adalah besarnya intensitas interaksi di dalam suatu kelompok. Penguatan kelompok diukur berdasarkan frekuensi pertemuan yang dilakukan antar individu anggota kelompok selama 12 kali dalam satu bulan. Hal ini dikarenakan adanya kegiatan penjualan pasar benih ikan di Wilayah Ciseeng setiap tiga kali dalam satu minggu. Untuk mempermudah perhitungan maka dibagi menjadi tiga kategori yaitu : i. 4 kali, dikatakan Lemah, diberi nilai skor 1. ii. 4 – 8 kali, dikatakan Cukup Kuat, diberi nilai skor 2. iii. 8 kali, dikatakan Sangat Kuat, diberi nilai skor 3. Pengorganisasian anggota kelompok pendeder adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh anggota kelompok pendeder kepada anggota kelompok lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengukuran pengorganisasian diukur berdasarkan adanya spesialisasi di dalam kelompok. Sehingga dibagi menjadi tiga kategori yaitu : i. Kurang Terorganisir, diberi nilai skor 1. ii. Cukup Terorganisir, diberi nilai skor 2. iii. Sangat terorganisir, diberi nilai skor 3. 9 Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap suatu objek. Persepsi yang diukur dalam penelitian ini adalah terhadap pelaksanaan atau sosialisasi program kesehatan ikan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas kepada anggota kelompok pendeder binaan UPTD. Pengukuran ini didasarkan pada persepsi responden terhadap keberhasilan pelaksanaan program kesehatan ikan. Sehingga, dalam pengukuran ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu : i. Tidak Tahu, diberi nilai skor 1. ii. Belum Berhasil, diberi nilai skor 2. iii. Sudah Berhasil, diberi nilai skor 3. 4.4.1 Analisis Data Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah, yatiu editing, coding, tabulasi dan analisis. Data yang telah diedit disusun ke dalam bentuk tabel berdasarkan hubungan variabel serta dilihat persentasenya kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan pembahasan. Data dan informasi hasil penelitian yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk menyajikan gambaran berbagai variabel yang diteliti. Sebagian data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dibuat ke dalam skala ordinal dikategorikan menjadi tiga atau dua kelompok dengan indikator dan jumlah item yang masing­masing berbeda. Umur, status kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota kelompok serta pendidikan formal dianalisa dengan menggunakan statistik non parametrik yang digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara faktor internal dengan faktor eksternal yakni program kesehatan ikan yang dilakukan dengan uji korelasi Spearman.

4.4.2 Uji Korelasi Spearman

Uji korelasi Spearman merupakan ukuran asosiasi yang menuntut ke dua variabel diukur sekurang­kurangnya dalam skala ordinal sehingga obyek­obyek atau individu­individu yang dipelajari dapat diranking dalam dua rangkaian berurut Siegel, 1985. Uji korelasi Spearman digunakan unutk melihat keeratan hubungan antara faktor internal dan eksternal yang memiliki skala ordinal seperti umur, status kepemilikan kolam, pengalaman usaha, keaktifan anggota, pendidikan formal. Syarat dari uji korelasi Spearman adalah jika dan hanya jika jumlah kategori skor masing­ masing variabel sama X i =Y i Sigel, 1985 dan rumusnya adalah sebagai berikut : N N di r N i s - - = å = 3 1 2 6 1 Keterangan : r s = koefisien korelasi rang Spearman di = selisih antara peringakt X i dan Y i N = banyaknya pasanagn data Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H : tidak ada korelasi yang nyata antara faktor internal dan eksternal anggota kelompok binaan dengan program kesehatan ikan UPTD. H 1 : terdapat korelasi yang nyata antara faktor internal dan eksternal anggota kelompok binaan dengan program kesehatan ikan UPTD. Uji Signifikansi r s digunakan dengan statistik t, yaitu : 2 2 1 2 r N r t s - - = Keterangan : t = t hitung r s = koefisien korelasi rank Spearman N N = banyaknya pasangan data Nilai t hitung Nilai t tabel maka tolak H Nilai t hitung Nilai t tabel maka terima H Atau Analisis dengan Program SPSS Sig 2­tailed £ a2 maka tolak H Sig 2­tailed ³ a2 maka tolak H 1, a disebut taraf nyata atau tingkat signifikansi. Menurut Sulaiman 2003, nilai a biasanya ditetapkan sebesar 0,05 atau 0,01. Jika a = 0,05 artinya 5 dari 100 kesimpulan akan menolak H yang seharusnya diterima. Nilai a = 0,01 artinya 1 dari 100 kesimpulan akan menolak H yang seharusnya diterima. Ukuran korelasi adalah sebagai berikut : · 0,70 – 1,00 menunjukkan adanya derajat asosiasi yang tinggi. · 0,40 ­ 0,70 menunjukkan adanya hubungan yang substansial. · 0,20 ­ 0,40 menunjukkan adanya korelasi yang rendah. · 0,20 berarti dapat diabaikan. 4.5 Hipotesis Hipotesa adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya Nazir 1998. Hipotesa adalah satu asumsi yang berperan sebagai satu penjelasan tentatif. Dilihat dari satu segi lain, hipotesa bisa dianggap sebagai satu pertanyaan yang menurut sifatnya harus dijawab lewat satu eksperimen atau seri observasi­observasi. Kartono 1996 Jadi hipotesa merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset. Oleh karena itu hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga bisa salah. Ia akan ditolak jika faktanya menyangkal jadi hipotesanya salah atau palsu. Dan hipotesa akan diterima jika fakta membuktikan kebenarannya Kartono 1996. Tanpa hipotesa, proses pengumpulan data merupakan suatu usaha pencarian secara membuta. Sebab, hipotesa itu memberikan pedoman dan pengarahan pada penyelidikan dan pemecahan masalah. Juga dapat membatasi data informasi yang relevan serta pertinentperlu, dan mengeliminasikan data lain yang tidak berkaitan dengan permasalahannya Kartono 1996. Maka terdapat beberapa hipotesis dalam persepsi kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kerja UPTD, antara lain : 1 Semakin tua usia, maka persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin kompleks. 2 Semakin kecil status sosial, maka realisasi persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan berpengaruh kecil terhadap upaya pembangunan dalam pemerintah. 3 Semakin lama pengalaman usaha, maka persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin jelas akan program UPTD. 4 Semakin aktif anggota kelompok dalam kegiatan penyuluhan, maka persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin respon terhadap program yang dicanangkan oleh UPTD. 5 Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka wujud dari persepsi anggota kelompok pendeder binaan UPTD terhadap program kesehatan ikan UPTD akan semakin mudah disosialisasikan program yang akan dicanangkan. 6 Semakin sering intensitas latihan dan kunjungan yang diikuti oleh pendeder, maka semakin besar persepsi positif yang terbentuk terhadap program kesehatan ikan. 7 Semakin besar intensitas interaksi antar anggota kelompok, maka semakin besar penguatan kelompok yang terbentuk dan semakin mudah sosialisasi dari program kesehatan ikan. 8 Semakin jelas spesialisasi yang terbentuk, maka semakin baik pengorganisasian yang dibentuk dalam anggota kelompok dan semakin mudah sosialisasi dari program kesehatan ikan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Ciseeng berjarak 30 km dari Kantor Kabupaten Bogor, 155 km dari Ibu kota Provinsi Jawa Barat, dan 50 km dari Ibu kota Negara Republik Indonesia. Kecamatan Ciseeng berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan kisaran suhu 27 C – 32 C dan memiliki curah hujan sebesar 24.530 mm per tahun dengan jumlah hari hujan terbanyak selama 130 hari. Kecamatan Ciseeng memiliki luas wilayah 3.717 hektar yang diantaranya terdiri atas tanah sawah seluas 840 hektar dan tanah basah seluas 359 hektar yang dijadikan kolam untuk usaha budidaya perikanan. Bentuk wilayah Kecamatan Ciseeng, 60 wilayah memiliki bentuk berombak sampai berbukit, 20 datar sampai berombak, dan sisanya berbukit sampai bergunung. Batas wilayah Kecamatan Ciseeng diantaranya dengan Kecamatan Gunung Sindur di Utara, sebelah Selatan dengan Kecamatan Kemang, dengan Kecamatan Rumpin di sebelah Barat, dan berbatasan dengan Kecamatan Parung di sebelah Timur. Kecamatan Ciseeng terdiri atas 10 desa dengan 34 dusun. Kesepuluh desa yang ada di Kecamatan Ciseeng yaitu Desa Babakan, Desa Putat Nutug, Desa Parigi Mekar, Desa Ciseeng, Desa Cihoe, Desa Kuripan, Desa Cibentang, Desa Cibeuteung Muara, Desa Cibeuteung Udik, dan Desa Karikil.

5.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Ciseeng berdasarkan data monografi kecamatan tahun 2006 sebanyak 83.016 orang yang terdiri atas 42.178 orang laki­laki 50,8 dan 40.838 orang perempuan 49,2, dengan jumlah kepala keluarga yang ada sebanyak 21.841 KK. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Ciseeng adalah 21,79 jiwa per km 2 . Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 25­55 tahun dengan jumlah 26.488 31,91. Jumlah penduduk paling