hutan lindung menurut Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40
atau lebih. Kriteria kelerengan lahan untuk kawasan hutan lindung tersebut berbeda apabila kawasan tersebut diperuntukkan sebagai kawasan terbangun,
Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001 menyatakan bahwa kesesuaian kemiringan lereng untuk bangunan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : baik 0-8, sedang
8-15 dan buruk 15. Hutan kota merupakan suatu kawasan hutan yang berada di wilayah
perkotaan. Fungsi konservasi dan fungsi lindung merupakan fungsi yang ingin didapatkan dari pembangunan hutan kota, tetapi karena lokasi hutan kota berada
di perkotaan maka kesesuaian, kemudahan pembangunan serta fungsi yang berkaitan dengan manusia juga harus dipertimbangkan. Kriteria kemiringan lereng
untuk penentuan lokasi hutan kota yang digunakan dalam melakukan penelitian di Kecamatan Banyuwangi didasarkan atas penyesuaian antara kriteria
kemirinagan lereng untuk kawasan lindung dan kriteria kemiringan lereng untuk bangunan. Penyesuaian kriteria kemiringan lereng tersebut bertujuan agar tapak
mudah untuk diolah dimanipulasi namun tapak tetap memiliki fungsi lindung Klasifikasi kemiringan lereng untuk membangun hutan kota di Kecamatan
Banyuwangi dibagi menjadi tiga, antara lain : lokasi dengan kemiringan lereng 15 merupakan lokasi yang sangat direkomendasikan untuk dibangun hutan
kota, lokasi dengan kemiringan lereng 8-15 merupakan prioritas kedua dalam pembangunan hutan kota dan lokasi dengan kemiringan lereng 0-8 merupakan
lokasi yang kurang direkomendasikan untuk dibangun hutan kota.
4.2.1.3 Jarak dari Pemukiman
Indonesia sebenarnya tidak memiliki standar untuk menentukan lokasi hutan kota berdasarkan jarak dari pemukiman. Atas berbagai pertimbangan yang telah
dijelaskan sebelumnya pada pembuatan peta jarak dari pemukiman, maka parameter jarak dari pemukiman digunakan untuk menentukan lokasi hutan kota di Kecamatan
Banyuwangi. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian dilakuakan dengan mengkalsifikasikan j
arak dari pemukiman di Kecamatan Banyuwangi menjadi 3 kelas, yaitu : jarak 0-400 m dari pemukiman, jarak 400-800 m dari pemukiman
dan 800 m dari pemukiman. Penelitian mengasumsikan bahwa interaksi
masyarakat perkotaan dengan hutan kota kemungkinan akan tinggi apabila lokasi hutan kota yang dibangun mudah dijangkau atau diakses oleh masyarakat
perkotaan atau dengan kata lain, semakin dekat jarak hutan kota dengan pemukiman maka manfaat hutan kota akan semakin dirasakan oleh masyarakat
perkotaan. Lokasi yang memiliki jarak 0-400 m dari pemukiman merupakan lokasi yang menjadi prioritas utama untuk pembangunan hutan kota di Kecamatan
Banyuwangi. Lokasi yang memiliki jarak 400-800 m dari pemukiman merupakan prioritas kedua untuk pembangunan hutan kota di Kecamatan Banyuwangi,
sedangkan lokasi yang memiliki jarak 800 m dari pemukiman merupakan prioritas terakhir untuk pembangunan hutan kota di Kecamatan Banyuwangi.
4.2.1.4 Jenis Tanah
Hutan kota adalah sebuah kawasan hutan yang berada di wilayah perkotaan, sehingga fungsi konservasi dan fungsi lindung merupakan fungsi yang
ingin didapatkan dari pembangunan hutan kota.
Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menyatakan bahwa
kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Berdasarkan
Keppres Nomor 32 Tahun 1990, maka salah satu fungsi lindung tersebut berkaitan dengan jenis tanah. Jenis tanah merupakan salah satu parameter yang
digunakan dalam penelitian untuk menentukan lokasi hutan kota terutama yang berkaitan dengan sifat tanah. Sifat tanah yang dipertimbangkan dalam penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Banyuwangi adalah sifat tanah yang berkaitan dengan kestabilan tanah terhadap erosi dan kemampuan drainase tanah. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 41PRTM2007 tentang Pedoman Kriterian Teknis Kawasan Budi Daya mengelompokkan jenis tanah berdasarkan tingkat kepekaan terhadap erosi menjadi 5
kelas tanah, disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Jenis tanah berdasarkan tingkat kepekaan terhadap erosi
Kelas tanah
Kelompok jenis tanah Kepekaan
terhadap erosi 1
Aluvial, tanah glei, planossol, hidromorf kelabu, literite air tanah Tidak peka
2 Latosol Agak
peka 3
Brown forest soil, non calcic Kurang peka
4 Andosol, laterictic gromusol, podsolik
Peka 5
Regosol, litosol, organosol, renzine Sangat peka
Sedangkan kemampuan drainase tanah dapat dilihat dari warna tanah. Tabel 10 menjelaskan beberapa arti warna tanah terhadap sifat tanah Rachim Suwardi
2002. Tabel 10 Arti warna terhadap sifat tanah
Warna Tanah Sifat Tanah
Putih Ca-karbonat, gypsum, garam, turunan bahan induk marlbatuan
putih lain Kelabu Putih
Kuarsa, kaolin, karbonat, gypsum, garam, besi fero Kelabu pucat
Besi dan bahan organik rendah; tanah pasir cenderung kuarsa Kelabu
kebiruankehijauan Gleisasi, drainase buruk-sangat buruk, air tergenang, besi fero
Kelabu Jenuh air dominan, drainase buruk, besi fero
Coklat-coklat pucat- coklat hitam
Variasi proporsi bahan organik dan besi oksida, drainase baik Kuning
Besi oksida hidrat, Al oksida, kelambaban relative tinggi, lereng agak cembung, drainase baik,fisiografi pengangkatan baru
Merah Besi oksida anhidrat, kelembaban relative rendah, drainase dan
aerasi baik, lereng relatif cembung, bahan induk basik-ultra basik, fisiografi pengangkatan tua
Merah gelap Bahan induk ultrabasik, besi oksida anhidrat hematite dan
magnetit, drainase dan aerasi baik, struktur granular, kesuburan sangat rendah
Gelap-hitam Bahan organik tinggi, senyawa Mn, magnetit, arang, struktur
granular, relative subur
Penelitian mengasumsikan bahwa pembangunan hutan kota dapat meningkatkan kualitas tanah di kawasan tersebut sehingga tanah menjadi lebih
tahan terhadap erosi dan kemampuan tanah dalam menyerap air meningkat meningkatkan kemampuan drainase tanah. Jika
kestabilan tanah terhadap erosi dan kemampuan drainase tanah merupakan pertimbangan utama dalam menentukan lokasi
hutan kota, maka kawasan yang memiliki jenis tanah yang mudah tererosi dan memliki drainase buruk merupakan kawasan yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan
hutan kota karena diharapkan dengan adanya hutan kota maka kondisi tanah di daerah tersebut lebih stabil.
Kecamatan Banyuwangi memiliki 4 jenis tanah, antara lain :asosiasi aluvial, asosiasi latosol, latosol coklat kemerahan dan kompleks brown
forest soil, litosol mediteran. Kawasan yang memiliki jenis tanah
Komplek brown forest soil ,litosol mediteran merupakan kawasan yang paling diutamakan dalam
pembangunan hutan kota di Kecamatan Banyuwangi karena jenis tanah tersebut memiliki kemampuan drainase yang buruk dan lebih mudah tererosi apabila dibandingkan dengan
jenis tanah lainnya
asosiasi aluvial, asosiasi latosol dan latosol coklat kemerahan
.
4.2.2 Skoring untuk Menentukan Lokasi Hutan Kota
Skoring merupakan kegiatan pemberian nilai tertentu terhadap kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Pemberian nilai pada masing-masing kelas
yang dibuat berbeda antara satu kelas dengan kelas yang lainnya. Skoring merupakan tahapan sebelum melakukan proses overlay. Proses overlay akan
menghasilkan prioritas lokasi untuk pembangunan hutan kota di Kecamatan Banyuwangi. Nilai dari setiap kriteria disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai untuk setiap kriteria penentuan lokasi hutan kota
No. Kriteria Kelas
Skor 1. Suhu
26
o
C 3 22
o
C 2 22
o
C-26
o
C 1 2.
Kemiringan lahan slope 0 – 8
1 8 – 15
2 15
3 3.
Jarak dari pemukiman 0-400 m
3 400-800
m 2
800 m 1
4. Jenis tanah
Kompleks brown forest soil, litosol mediteran 4
Asosiasi latosol
3 Latosol
coklat kemerahan
2 Asosiasi
alluvial 1
Kombinasi dari kelima kriteria tersebut akan menghasikan skor maksimal sebesar 13 dan skor minimal sebesar 4. Nilai maksimal dan minimal akan dibagi menjadi 3 selang, yaitu
: antara skor ≥ 4 sampai skor 7, antara skor ≥ 7 sampai 10 dan antara skor ≥ 10
sampai skor 13. Skor tersebut dijadikan acuan untuk menentukan lokasi hutan kota di Kecamatan
Banyuwangi. Berdasarkan tingkat prioritas lokasi untuk pembangunan area hutan kota, Kecamatan Banyuwangi akan dibagi menjadi tiga kelas tingkat prioritas lokasi, yaitu:
prioritas pertama area dengan skor antara ≥ 10 sampai 13, prioritas kedua area dengan
skor antara ≥ 7 sampai 10, dan prioritas ketiga area dengan skor antara ≥ 4 sampai
7. Hasil proses overlay peta menunjukkan bahwa 5,494 wilayah Kecamatan Banyuwangi memiliki kelas prioritas pertama untuk dikembangkan menjadi kawasan
hutan kota. Proses overlay peta menghasilkan data yang disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Kelas prioritas lokasi untuk pengembangan kawasan hutan kota
No. Kelas Kesesuaian Lahan
Luas area Ha Persen area
1 Prioritas pertama
303,466 5,494
2 Prioritas kedua
2.527,465 45,762
3 Prioritas ketiga
2.692,175 48,744
Total 5.523,106 100
4.2.3 Kriteria Tambahan untuk Menentukan Lokasi Hutan Kota
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian dilakukan dengan mengkalsifikasikan penutupan lahan di Kecamatan Banyuwangi menjadi 5 kelas
tutupan lahan, yaitu: areal terbangunpemukiman, persawahan, perkebunan, lahan terbuka dan tambak. Areal tidak terbangun merupakan lokasi yang lebih
direkomendasikan untuk membangun hutan kota dibandingkan areal terbangun. Lahan terbuka merupakan kelas tutupan lahan yang paling direkomendasikan
untuk pembangunan hutan kota. Pemilihan areal tidak terbangun sebagai lokasi yang direkomendasikan sebagai areal pembangunan hutan kota didasarkan atas
pertimbangan bahwa jika ingin membangun hutan kota dari “nol” maka areal terbangun membutuhkan manipulasi lanskap misalnya menghilangkan bangunan
yang telah ada sehingga memerlukan biaya ekstra bila dibandingkan dengan areal tidak terbangun.
Prioritas tutupan lahan utama untuk pembangunan hutan kota di Kecamatan Banyuwangi adalah kelas berupa lahan terbuka, sedangkan areal
terbangun merupakan prioritas terakhir dalam pembangunan hutan kota. Kelas tutupan lahan tersebut diberi skor sebelum kembali di overlay dengan peta
prioritas lahan yang telah dibuat sebelumnya agar mempermudah proses analisis. Skor untuk kelas tutupan lahan, antara lain : lahan terbuka skor 5, persawahan
skor 4, perkebunan skor 3, tambak skor 2 dan pemukiman skor 1.