Sistem Informasi Geografis SIG .1 Aplikasi Sistem Informasi Geografis

Robinette 1983 lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh : panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman. Wenda 1991 telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan yang bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari hutan kota di Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa: a. Pada areal bervegetasi suhu hanya berkisar 25,5 - 31,0° C dengan kelembaban 66 - 92. b. Pada areal yang kurang bervegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal suhu yang terjadi 27,7 - 33,1° C dengan kelembaban 62 - 78. c. Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3 - 32,1° C dengan kelembaban 62 - 78.

2.1.3 Tipe dan Bentuk Hutan Kota

Dahlan 1992 membagi hutan kota menjadi bebrapa tipe dan bentuk. Tipe hutan kota, antara lain: tipe pemukiman, tipe kawasan industri, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pelestarian plasma nutfah, tipe perlindungan, tipe pengamanan. Bentuk hutan kota, antara lain: jalur hijau, taman kota, kebun dan halaman, kebun raya, hutan raya, kebun binatang, hutan lindung, kuburan dan taman makam pahlawan. 2.2 Sistem Informasi Geografis SIG 2.2.1 Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pengindraan jauh remote sensing adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand Kiefer 1990. Temaja 2010 menggunakan metode pengindraan jauh untuk menduga distribusi suhu permukaan Kota Denpasar dengan data berupa Citra Lansat 7 ETM+. Suhu permukaan Kota Denpasar berdasarkan estimasi band 6 pada Citra Landsat dibedakan menjadi 17 kelas suhu permukaan yaitu dengan selang nilai suhu antara 17,9 sampai 34 o C. Nilai suhu permukaan tertinggi yaitu 33-34 o C pada lahan terbuka wilayah Kecamatan Denpasar Selatan Kelurahan Sesetan. Nilai suhu permukaan terendah yaitu 17,9 o C pada wilayah Kecamatan Denpasar yaitu tipe penutupan lahan mangrove. Fajar 2010 menduga penutupan lahan dan distribusi suhu permukaan Kota Palembang dengan melakukan analisis estimasi Citra Landsat 7 ETM+. Hasil interpretasi dan analisis Citra Landsat 7 ETM+ pada tahun 2001 dan 2010 menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan non vegetasi yang cukup besar terjadi di pingguran Kota Palembang. Perubahan penggunaan lahan tersebut berakibat pada perubahan iklim mikro, diantaranya adalah peningkatan suhu permukaan, penurunan kelembaban relatif dan peningkatan indeks kenyaman. Sebaran suhu di Kota Palembang berkisar antara 27 o C sampai 39 o C. suhu pada ruang terbuka hijau berkisar antara 27 o C sampai 32 o C, sedangkan suhu pada area terbangun 33 o C. Nilai NDVI Normalized Difference Vegetation Index dapat membantu dalam membedakan tutupan vegetasi dan non vegetasi dan memiliki kolerasi berupa hubungan berkebalikan dengan suhu permukaan, yaitu kenaikan suhu permukaan disertai dengan penurunan NDVI atau sebaliknya. Yusri 2011 menggunakan metode pengindraan jauh untuk menduga perubahan penutupan lahan Taman Nasional Gunung Ciremai dan menggunakan data dasar berupa Citra Landsat 7 ETM+. Tipe penutupan lahan yang ada di Taman Nasional Gunung Ciremai dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu hutan alam, hutan tanaman, semak belukar, ladng, lahan terbuka, badan air dan tidak ada data. Pada tahun 2006-2009 terjadi penurunan luas hutan alam sebesar 51,21 Ha, peningkatan luas hutan tanaman sebesar 92,88 Ha, kemudian diikuti oleh penurunan lahan terbuka sebesar 979,2 Ha, peningkatan semak belukar sebesar 746,73 Ha, peningkatan luas ladang 178,29 Ha serta badan air mengalami penurunan luas sebesar 1,62 Ha. 2.3 Pra Desain Lanskap 2.3.1 Pengertian