Pengertian yang ketiga ini lebih banyak digunakan dalam aplikasi pembangunan ekonomi daerah Nofika, 2005.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan untuk memperluas serta meningkatkan
kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah. Untuk mencapai tujuan pembangunan
daerah, kebijakan
utama yang perlu
dilakukan adalah
mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
potensi pembangunan yang dihadapi oleh masing-masing daerah sangat bervariasi. Karena itu, apabila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka sumberdaya yang ada kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal yang pada akhirnya mengakibatkan proses
pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan juga terhambat Sjafrizal, 2008.
2.1.2 Konsep Ekonomi Regional
Pemanfaatan ilmu regional dalam kehidupan masyarakat, khususnya yang menyangkut formulasi kebijakan dan perencanaan pembangunan, menuntut
keterkaitan dengan ilmu lain. Walaupun demikian ilmu regional mempunyai ciri tersendiri. Menurut Azis 1994 kekhususan ilmu ini dibanding dengan ilmu
lainnya terletak dalam fokusnya yang sangat menonjol terhadap keterkaitan antara dimensi spasial ruang dengan dimensi waktu, serta perlakuan simultan keduanya
dalam menjelaskan, memprediksi dan memecahkan berbagai masalah ekonomi sosial. Dalam perkembangannya, ilmu ekonomi regional lebih mendekati ilmu
ekonomi terutama apabila diamati dari segi alat analisis yang digunakan. Itulah sebabnya seperti banyak pengamat berpendapat bahwa nama Ilmu Ekonomi
Spasial Spatial Economics merupakan alternatif yang membedakannya dengan ilmu ekonomi konvensional, sekaligus menunjukkan keterkaitannya yang erat
dengan ilmu ekonomi. Penggunaan peralatan matematika dan model dalam ilmu ekonomi spasial
sangat banyak dan untuk mengoperasikan model serta melakukan percobaan terhadap hipotesis, ilmuwan dibidang ini memanfaatkan banyak informasi data
empiris. Perhatian utama ilmu ekonomi regional berkisar pada lokasi atau sistem lokasi, daerah perkotaan urban atau sistem daerah perkotaan, rute transportasi
atau jaringan rute transportasi, penggunaan alokasi sumber atau sistem penggunaan sumber, yang semuanya merupakan bagian dan kesatuan ruang atau
sistem ruang spatial system. Bagi ilmuwan dibidang ini, daerah region bukan sekedar wilayah yang didemarkasi secara arbitrary namun merupakan wilayah
yang sangat mempunyai arti karena terdapat beberapa masalah sosial ekonomi yang terkait dengannya. Suatu wilayah yang merupakan bagian provinsi atau
kabupaten, dapat besar artinya bagi seorang ilmuwan dibidang ilmu ekonomi spasial, misalnya karena wilayah ini memiliki kepadatan penduduk yang sangat
tinggi Azis, 1994. Berbagai masalah ekonomi sosial yang berkaitan dengan kehidupan
perkotaan, masalah pertumbuhan, sanitasi dan jasa publik ikut terkandung dalam pengertian wilayah tersebut. Perbedaan pokok ilmu ekonomi regional dengan ilmu
ekonomi konvensional terletak pada perlakuan terhadap dimensi spasial. Dalam ilmu ekonomi dimensi waktu mempunyai posisi sentral dan „harga’ waktu
dicerminkan melalui tingkat bunga. Keuntungan dana yang ditabung di bank merupakan contoh yang paling jelas. Dimensi spasial diperlakukan hanya secara
implisit. Sebaliknya bagi seorang peneliti di bidang ilmu ekonomi regional dimensi spasial atau jarak memegang posisi kunci sehingga biaya pengangkutan
merupakan harga yang sangat penting untuk diperhitungkan secara eksplisit dalam analisis Azis, 1994.
Sejalan dengan pengertian di atas, pertanyaan di mana yang praktis terabaikan oleh ilmu ekonomi, menjadi sangat pokok dalam ilmu ekonomi
regional. Apabila diamati secara teliti, teori produksi, teori konsumsi dan teori keseimbangan, baik berupa keseimbangan parsial maupun keseimbangan umum
dalam ilmu ekonomi, selama lebih dari satu abad telah berhasil memberi jawaban terhadap pertanyaan berapa, bilamana, bagaimana dan siapa dalam hubungannya
dengan suatu pelaksanaan kegiatan ekonomi. Karena pertanyaan di mana terabaikan, analisis formal ilmu ekonomi cenderung berada dalam dunia tanpa
ruang atau semacam wonderland of no dimensions Azis, 1994. Selanjutnya Azis 1994 mengemukakan, paling tidak dua argumentasi
pokok dapat diajukan terhadap dua kenyataan tersebut. Menentukan lokasi optimum dimensi spasial suatu kegiatan ekonomi berarti mengekonomikan unsur
waktu dan mengurangi keterlambatan pengangkutan. Jadi di sini terlihat bahwa aspek ruang dianggap sudah dapat diperlakukan sebagai aspek waktu. Apabila
biaya angkutan antardaerah sangat diperlukan dalam analisis, maka hal ini dapat dilakukan cukup dengan memasukkan komponen biaya tersebut dalam teori harga
yang sudah standar. Pembangunan regional tidak hanya menitikberatkan pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan makna pembangunan yang berdimensi luas. Beberapa sasaran fundamental pembangunan yang selalu
berusaha untuk diupayakan oleh banyak daerah adalah Todaro, 2006: 1. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi;
2. Meningkatkan pendapatan perkapita; 3. Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan.
Ketiga sasaran pembangunan di atas jika diamati merupakan perwujudan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan sumberdaya manusia. Dua sasaran
pertama mencerminkan bahwa pembangunan ekonomi, dengan cakupan yang lebih luas dan tidak hanya mengacu pada pertumbuhan ekonomi serta pendapatan
perkapita, merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mendukung program pembangunan daerah. Sedangkan sasaran yang ke tiga menunjukkan bahwa
sumberdaya manusia merupakan inti dari pembangunan. Masalah kependudukan manusia dan perubahan struktur perekonomian
suatu wilayah adalah masalah yang saling terkait. Disamping itu, permasalahan yang menyangkut penduduk tidak lepas dari masalah sosial. Frank Notestein
menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian yang cepat juga harus dibarengi dengan perbaikan kondisi social masyarakatnya, seperti perbaikan kesehatan,
pendidikan, dan peningkatan kesejahteraan Asian Population Studies Series no 41 dalam Naibaho, 2003.
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional. Dua komponen yang sering dijadikan ukuran bagi
keberhasilan pembangunan
adalah pertumbuhan
ekonomi dan
struktur perekonomian. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan perkembangan kegiatan
yang dilakukan masyarakat dalam perekonomian yang ditandai dengan bertambahnya produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat serta
meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat. Kondisi yang berkembang ini diantaranya disebabkan oleh bertambahnya faktor-faktor produksi baik berupa
kuantitas maupun kualitas, meningkatnya investasi yang pada akhirnya menambah barang modal, serta peranan teknologi yang semakin besar Sukirno, 1994. Selain
itu, pertumbuhan ekonomi memberikan indikasi seberapa besar kontribusi kegiatan perekonomian terhadap kenaikan pendapatan masyarakat khususnya bagi
masyarakat yang memiliki faktor-faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga
konstan. Sehingga, angka pertumbuhan yang diperoleh mencerminkan pertumbuhan riil yang dihasilkan oleh aktivitas perekonomian pada periode tertentu dengan
menghilangkan pengaruh perubahan harga BPS Provinsi Jawa Timur, 2011. Struktur ekonomi menggambarkan corak kehidupan perekonomian dalam
suatu daerah. Struktur yang terbentuk diperoleh dari besarnya kontribusi Nilai
Tambah Bruto NTB yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam daerah tersebut. Perbedaan potensi daerah, baik itu ekonomi, sumberdaya alam maupun
potensi-potensi lain menyebabkan struktur ekonomi antara daerah satu dengan yang lain bervariasi. Dengan mengetahui struktur ekonomi suatu daerah, diharapkan
kebijakan pembangunan yang akan diterapkan sesuai dengan karakteristik dari daerah yang bersangkutan. Sektor-sektor ekonomi yang ada di antaranya adalah:
pertanian, pertambangan, penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta
keuangan dan jasa-jasa BPS Provinsi Jawa Timur, 2011. Untuk memudahkan pembahasan, sektor ekonomi yang ada dikelompokkan ke dalam tiga sektor utama,
yaitu: primer yang terdiri dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih
serta bangunan sedangkan sektor tersier terdiri atas perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta keuangan dan jasa-jasa.
Salah satu implikasi pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah terjadinya perubahan mendasar dari struktur perekonomian, yaitu dari perekonomian
tradisional yang berbasis pada pertanian atau sektor primer menuju sistem perekonomian modern yang bertumpu pada sektor nonprimer sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Hollis B Chenery Tambunan, 2011. Dalam Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting, Tambunan 2003 menyatakan bahwa
semakin besar peran dari sektor-sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah besar terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu wilayah, semakin tinggi
pertumbuhan PDRB di wilayah tersebut. Wilayah yang laju pertumbuhan PDRB- nya rendah adalah wilayah yang didominasi oleh sektor primer.
Distribusi PDBPDRB menurut wilayah merupakan indikator utama yang umum digunakan untuk mengukur derajat penyebaran dari hasil pembangunan
ekonomi di suatu negara atau wilayah. Semakin besar perbedaan dalam kontribusi PDRB terhadap PDRB total, semakin besar pula ketimpangan dalam pembangunan
ekonomi Tambunan, 2003. Faktor lain yang tidak kalah penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi adalah investasi dan pendapatan asli daerah. Investasi merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang, khususnya untuk sektor-sektor
ekonomi yang secara potensial bisa sangat produktif dan bisa diandalkan sebagai sumber
devisa Tambunan,
2001. Sementara
pendapatan asli
daerah menggambarkan kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan sumberdaya yang
bisa mensejahterakan rakyatnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, manusia merupakan inti dari
pembangunan. Manusia tidak hanya sebagai pelaku tetapi juga sasaran pembangunan itu sendiri. Salah satu masalah yang berkaitan dengan manusia dan
perlu diperhatikan dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk. Jumlah
penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan apabila kualitasnya baik, namun sebaliknya, dapat menjadi beban pembangunan apabila kualitasnya rendah
Rahmalaila, 2005.
Terdapat dua modal penting manusia yang sangat berkaitan bagi keberhasilan pembangunan, yaitu pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan kesehatan
merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga, sedangkan kesehatan
merupakan inti dari kesejahteraan. Pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Lebih jauh lagi, kesehatan merupakan prasyarat
bagi peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik Todaro dan Smith, 2006.
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mencerminkan keberhasilan pembangunan adalah perluasan kesempatan kerja bagi penduduk. Semakin besar
kesempatan kerja yang dapat diraih oleh penduduk dalam suatu wilayah, semakin tinggi pula standar hidup penduduk dalam wilayah tersebut. Di sisi lain, jumlah
tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produkti f, dan ini merupakan salah satu faktor positif yang dapat memacu pertumbuhan
ekonomi Todaro dan Smith, 2006. Standar hidup layak dari penduduk secara umum bisa dilihat dari
kemampuan daya belinya. Semakin tinggi kemampuan daya beli, mengindikasikan semakin tinggi standar kehidupan penduduk tersebut. Hal ini juga bisa diartikan
semakin jauhnya kehidupan penduduk tersebut dari kemiskinan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa indikator untuk
mengukur keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia, yaitu: a. Angka Harapan Hidup AHH, yang mengukur lama hidup dan Angka
Kematian Bayi AKB sebagai indikator kesehatan. b. Angka Melek Huruf AMH dan Rata-rata Lama Sekolah, yang merupakan
indikator untuk mengukur tingkat pengetahuan penduduk. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK, yang mengukur kemampuan untuk meningkatkan
standar hidup serta kegiatan yang produktif. c. Tingkat kemiskinan untuk mengetahui seberapa besar masyarakat yang
berkehidupan kurang kurang layak. d. Pengeluaran perkapita masyarakat untuk mengukur kemampuan dayabeli
masyarakat. Permasalahan yang selalu timbul dalam pembangunan dan sampai
sekarang masih dicari solusinya adalah masalah ketimpangan. Perbedaan yang paling nyata terjadi adalah antara kota dan desa. Adanya anggapan bahwa desa
hanya merupakan “komponen penunjang” bagi berhasilnya pembangunan perkotaan yang berbasis sektor-
sektor yang dinobatkan sebagai “sektor unggulan” seperti industri dan jasa membawa dampak kurangnya perhatian pemerintah
terhadap pembangunan desa. Padahal peranan desa juga sangat penting dalam membangun fundamental perekonomian.
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, para pakar ilmu ekonomi pembangunan mulai menyadari bahwa daerah perdesaan tidak bersifat pasif, tetapi
jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonomi
secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan sejajar, yakni sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan bahkan sangat menentukan
dalam strategi-strategi pembangunan secara keseluruhan. Tanpa pembangunan daerah perdesaan yang bersifat integratif integrated rural development,
pertumbuhan industri tidak akan berjalan lancar, dan kalaupun dapat berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal
yang sangat parah dalam perekonomian bersangkutan. Pada gilirannya, segenap ketimpangan
tersebut akan
memperparah masalah-masalah
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, serta pengangguran Todaro dan Smith, 2006.
Selanjutnya dalam Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang, Todaro 1985 mengungkapkan bahwa program pembangunan perdesaan harus
menitikberatkan pada pembangunan di sektor-sektor yang dapat meningkatkan pendapatan, baik dibidang pertanian maupun diluar pertanian, dibidang-bidang
usaha yang dapat menampung tenaga kerja, pelayanan kesehatan, perbaikan di bidang pendidikan, serta pembangunan prasarana. Berdasarkan PP No. 129 Tahun
2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah, pembangunan prasarana yang dapat mencerminkan potensi
daerah adalah mencakup lembaga keuangan, prasarana pendidikan, kesehatan, transportasi, dan komunikasi.
2.1.3 Peubah Pembangunan