Potensi Reproduksi HASIL DAN PEMBAHASAN

proses vitelogenesis proses sintesis kuning telur yang terjadi di dalam hati. Nagahama 1987 kemudian menambahkan setelah disintesis vitelogenin dilepas ke aliran darah kemudian secara selektif akan diserap oleh oosit, sehingga akibat penyerapan ini sel telur akan membesar. Nilai HSI akan menurun pada saat memasuki TKG IV ketika ikan akan melakukan pemijahan dikarenakan akumulasi materi bersama energi tersebut mulai digunakan untuk persiapan melakukan pemijahan, hal ini didukung oleh pernyataan Royce 1972 yang menjelaskan bahwa kebanyakan biota perairan menghabiskan energi untuk melakukan pemijahan. Ikan menghabiskan energinya dalam jumlah yang besar pada saat memproduksi sperma dan telur dalam jumlah yang banyak.

4.7. Potensi Reproduksi

Jumlah telur dalam ovarium ikan diartikan sebagai fekunditas individu, mutlak dan fekunditas total Nikolsky 1963. Fekunditas mutlak ikan sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan daripada panjangnya, meskipun demikian berat juga dapat mengalami perubahan setiap saat apabila terjadi perubahan lingkungan dan kondisi fisiologis pada ikan Adisti 2010. Hubungan fekunditas ikan samgeh dengan ukuran panjang dan berat ikan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14. Hubungan fekunditas dengan panjang total ikan samgeh a dan hubungan fekunditas dengan berat total ikan samgeh b di perairan Teluk Jakarta y = 4170x - 58177 R 2 = 0,406 n = 88 50000 100000 150000 200000 250000 300000 50 100 150 200 Fekundi ta s Panjang mm a y = 4038x - 16358 R 2 = 0,498 n = 88 50000 100000 150000 200000 250000 300000 50 100 Fekundi ta s Berat gram b Berdasarkan koefisien determinasi menunjukkan sekitar 40,6 dari keragaman nilai fekunditas ikan samgeh dapat dijelaskan oleh panjang tubuh dan sekitar 49,8 dari keragaman nilai fekunditas dapat dijelaskan oleh berat tubuh ikan. Nilai koefisien korelasi r antara fekunditas dengan panjang total ikan samgeh adalah 0,637 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara fekunditas dengan panjang total, sedangkan nilai koefisien korelasi antara fekunditas dengan berat ikan samgeh adalah 0,705 yang memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara fekunditas dengan berat ikan. Berdasarkan kedua persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran panjang dan berat ikan mempengaruhi fekunditas ikan. Pengaruh ukuran panjang dan berat terhadap fekunditas yaitu semakin meningkat ukuran panjang dan berat ikan maka jumlah fekunditas ikan juga meningkat, hal ini sesuai dengan pernyataan Gandhi 1982 yang menyatakan bahwa pertambahan berat tubuh dan panjang ikan meningkatkan fekunditas secara linier. Rata-rata fekunditas ikan samgeh paling sedikit terdapat pada selang kelas 139-146 mm yaitu 22.359 butir, kemudian seiring dengan meningkatnya ukuran panjang ikan maka ditemukan fekunditas terbesar yaitu 225.744 butir yang berada pada selang kelas 179-186 mm. Berdasarkan hubungan antara fekunditas ikan dengan berat ikan diketahui fekunditas ikan terkecil yaitu 20.229 butir yang berada pada selang kelas berat 36-42 gram dan fekunditas terbesar sebanyak 265.781 butir yang berada pada selang kelas berat 85-91 gram Lampiran 13. Hasil penelitian Gandhi 1982 pada Pennahia anea di Porto-Novo menunjukkan bahwa peningkatan jumlah fekunditas seiring dengan peningkatan ukuran tubuh ikan. Jumlah fekunditas terbesar yaitu 79.835 yang ditemukan pada panjang ikan 252 mm dengan berat ikan 85 gram dan jumlah fekunditas terkecil yaitu 11.423 pada panjang ikan 189 mm dengan berat 231,7 gram. Fekunditas ikan samgeh bervariasi seiring dengan ukuran tubuh ikan Gambar 15. Fekunditas ikan samgeh lebih besar pada bulan Oktober dibandingkan bulan lainnya, hal ini disebabkan ukuran panjang dan berat ikan betina TKG IV yang tertangkap lebih besar bila dibandingkan dengan ukuran panjang dan berat ikan pada saat memiliki jumlah rata-rata fekunditas yang kecil. Gambar 15. Fekunditas rata-rata ikan samgeh betina P. anea dengan rata-rata ukuran panjang yang berbeda x pada setiap waktu penelitian di perairan Teluk Jakarta Wootton 1984 mengungkapkan bahwa pada ukuran ikan yang lebih besar memiliki fekunditas yang lebih tinggi sehingga potensi reproduksi ikan berukuran besar lebih tinggi daripada ikan berukuran kecil. Kondisi lingkungan perairan yang berubah-ubah pada setiap waktu yang berbeda juga mempengaruhi fekunditas ikan samgeh Gambar 16. Gambar 16. Fekunditas rata-rata ikan samgeh betina P. anea dengan rata-rata ukuran panjang yang sama x pada setiap waktu penelitian di perairan Teluk Jakarta x = 152,58 n = 17 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 Agustus September Oktober November Fekunditas rata ‐rata Waktu penelitian x = 156,75 n= 16 x = 163,31 n= 29 x = 157,15 n= 26 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 Agustus September Oktober November Fekunditas rata ‐rata Waktu penelitian x = 158,5 n = 6 x = 158,5 n = 6 x = 158,5 n = 11 x = 158,5 n =7 Jumlah telur maksimum ikan samgeh terbentuk ketika TKG I dan II, pada saat tersebut belum terjadi pembesaran sel, namun hanya sebatas pembentukan jumlah telur saja. Fekunditas ikan samgeh pada ukuran yang sama setelah memasuki TKG III dan IV tidak bertambah lagi, namun terjadi pembesaran sel sehingga pada TKG IV ukuran diameter telur ikan bertambah. Pembentukan jumlah telur pada saat TKG I dan II terjadi pada bulan-bulan sebelumnya sehingga apabila pada saat pembentukan tersebut kondisi lingkungan buruk dan ketersediaan makanan sedikit akan berpengaruh terhadap pembentukan jumlah telur. Jumlah fekunditas yang paling sedikit yakni pada bulan November, hal ini diduga ketika pembentukan jumlah telur pada saat TKG I dan II di bulan Agustus ataupun November kondisi lingkungan tidak begitu baik dan ketersediaan makanan sedikit sehingga tidak begitu mendukung untuk pembentukan tersebut. Fekunditas ikan yang terhitung di bulan November merupakan pembesaran dari sel telur yang telah dibentuk pada saat TKG I dan II bulan-bulan sebelumnya. Bulan Oktober menunjukkan fekunditas dengan jumlah yang banyak, diduga pada saat pembentukan telur di bulan-bulan sebelumnya kondisi perairan dan ketersediaan makanan mendukung untuk pembentukan jumlah telur tersebut, hal ini sesuai dengan pernyataan Moyle et al. 2004 yang menyatakan bahwa pengurangan makanan menyebabkan pengurangan jumlah telur. Nikolsky 1963 menyatakan bahwa untuk ikan tertentu yang berukuran sama atau berbeda dapat terjadi variasi fekunditas sehubungan dengan persediaan makanan tahunan.

4.8. Pola Pemijahan