3.2.2.7. Pengukuran diameter telur
Pengukuran diameter telur dilakukan pada telur yang telah mencapai TKG IV. Telur contoh yang merupakan bagian dari sub gonad diambil pada bagian
posterior, median, dan anterior. Contoh telur yang telah diambil tersebut disusun pada gelas objek dan diamati di bawah mikroskop yang sudah dilengkapi dengan
mikrometer okuler, kemudian jumlah telur dihitung dengan menggunakan metode sensus.
3.3. Analisis Data 3.3.1. Sebaran frekuensi panjang
Analisis sebaran frekuensi panjang berdasarkan ukuran panjang dapat diketahui dengan melakukan analisa data sebagai berikut Walpole 1993 :
a. Menentukan lebar kelas, r = pb-pk r = lebar kelas, pb = panjang tertinggi,
pk = panjang terpendek b.
Menentukan jumlah kelas 1 + 3,32 log N N = jumlah data c.
Menghitung lebar kelas, L = r jumlah kelas L = lebar kelas, r = wilayah kelas
d. Memilih ujung bawah kelas interval
e. Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah
frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 100.
3.3.2. Hubungan panjang berat
Hubungan panjang berat dapat dianalisis dengan rumus sebagai berikut : W = aL
b
Keterangan : W = berat tubuh ikan gram
L = panjang tubuh ikan mm a = intercept
b = slope Pengujian terhadap nilai b kemudian dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut :
H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik H1 : b
≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik Penarikan keputusan untuk nilai t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
pada selang kepercayaan 95, jika :
Thitung ttabel : tolak hipotesis nol H0 Thitung ttabel : gagal tolak hipotesis nol
Thitung =
Keterangan :
b1 = diperoleh dari nilai b dari persamaan hubungan panjang berat b0
= 3
Sb1 =
koefisien b
3.3.3. Faktor kondisi
Rumus faktor kondisi jika pertumbuhan ikan termasuk isometrik b = 3 adalah sebagai berikut :
K = Pertumbuhan ikan apabila dinyatakan allometrik b
≠ 3 maka digunakan rumus faktor kondisi sebagai berikut:
K = Keterangan :
K = faktor kondisi W = berat ikan contoh gram
L = panjang ikan contoh mm a = konstanta regresi
b = konstanta regresi
3.3.4. Nisbah kelamin
Analisis untuk mengetahui keseimbangan nisbah kelamin ikan jantan dan
betina yaitu:
X =
B
Keterangan : X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan ekor B = jumlah ikan betina ekor
Hubungan antara jantan-betina dari suatu populasi ikan yang diteliti dapat diketahui dengan melakukan analisis nisbah kelamin ikan menggunakan uji Chi-
square X
2
Walpole 1993 :
Χ
2
=
∑
Keterangan : X
2
= nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran Khi-kuadrat
oi = jumlah frekuensi ikan jantan dan betina yang teramati pada data ke-i ei = jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina pada data ke-i
3.3.5. Penentuan ukuran ikan pertama kali matang gonad
Pendugaan rata-rata ukuran pertama kali ikan matang gonad dapat diduga dengan memisahkan kelompok belum matang gonad TKG I dan II dan
kelompok matang gonad TKG III dan IV. Udupa 1986 in Heriyanti dan Waluyo 1993 menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam penentuan
ukuran pertama kali matang gonad adalah metode Sperman-Karber dengan rumus sebagai berikut:
2 Keterangan :
m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama
xk = log nilai tengah kelas panjang terakhir ukuran ikan telah matang gonad
pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-I dengan jumlah ikan
pada selang panjang ke-i qi
= 1 – pi ni
= jumlah ikan pada kelas ke-i x
= rata-rata hasil pengurangan log nilai tengah
M = panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog m, dan jika
a = 0,05 maka selang kepercayaanya 95 dari m adalah :
antilog m = m ± 1,96
3.3.6. Indeks kematangan gonad IKG