c. Faktor Psikologis
Menurut Kotler 2005, motivasi berasal dari kata motif. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk
bertindak. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu
telah mencapai tingkat tertentu. Persepsi adalah proses bagaimana seseorang individu memilih,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Seseorang yang termotivasi itu bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Orang dapat memiliki persepsi
yang berbeda atas obyek yang sama Kotler, 2005. Pembelajaran learning meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui perpaduan dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan dan
penguatan. Para pemasar dapat membangun permintaan akan produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, dengan
menggunakan petunjuk yang memberikan dorongan atau motivasi dan dengan memberikan penguatan yang positif Kotler, 2005.
Keyakinan dan sikap seseorang didapat melalui tindakan dan proses belajar, yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeliannya.
Keyakinan belief adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan dapat berupa pengetahuan, pendapat,
atau sekedar hanya percaya saja. Sedangkan sikap attitude adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan Kotler, 2005.
2.6 Jasa 2.6.1 Definisi
Jasa
Gronroos dalam Jasfar, 2005 menyatakan bahwa jasa merupakan suatu fenomena yang rumit complicated. Sedangkan menurut Kotler
2005 menyatakan jasa service adalah aktivitas atau manfaat yang
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan apapun. Dalam hal ini produksi
mungkin terikat atau tidak pada produk fisik. Marketing Assocation dalam Jasfar 2005, jasa adalah aktifitas,
manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual atau disediakan dalam hubungannya dengan penjualan produk.
2.6.2 Karakteristik Jasa
Menurut Berry L.L dalam Nasution 2004, jasa memiliki empat 4 karakteristik utama, yakni :
a. Tidak berwujud intagibility Sifat jasa tidak berwujud adalah jasa tidak dapat dilihat, diraba,
dirasakan, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli jasa mencari “tanda” dari mutu jasa.
Menyimpulkan mengenai mutu dari “tanda” berupa tempat, orang, harga, peralatan dan materi komunikasi yang dapat diliat.
b. Tidak terpisahkan inseparitability Barang produksi, kemudian disimpan, selanjutnya dijual dan
akan dikonsumsi. Sebaliknya jasa dijual dulu, kemudian diproduksi dan dikonsumsi bersamaan. Jasa tidak dapat dipisahkan service
inserparability, berarti jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, baik mesin maupun manusia.
c. Keanekaragaman variability Jasa sangat beraneka ragam, karena nonstandardized output,
artinya banyak variasi bentuk, mutu dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
d. Tidak tahan lama perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Sebagai contoh kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni akan berlalu atau hilang begitu saja, karena tidak
dapat disimpan. Dengan demikian, bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.
2.6.3 Mutu Jasa
Menurut Jasfar 2005, mutu jasa adalah bagaimana tanggapan konsumen terhadap jasa yang dikonsumsi atau yang dirasakan. Dimensi
mutu jasa yang paling sering digunakan oleh konsumen dalam membentuk penilaian terhadap mutu jasa guna membandingkan harapan dan persepsi
terhadap jasa. Kelima 5 dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Reliability kehandalan
Kehandalan yakni kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan ketepatan accurately dan kemampuan untuk
dipercaya, terutama memberikan jasa tepat waktu dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan
kesalahan. b.
Responsiveness daya tanggap Daya tanggap yakni kemampuan atau keinginan para karyawan
untuk membantu dan memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen c.
Assurance jaminan Jaminan meliputi pengetahuan, kemampuan, ramah, sopan dan
sifat dapat dipercaya untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko.
d. Empathy empati
Empati yakni sikap kontak personel maupun perusahaan untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan konsumen, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan.
e. Tangibles produk fisik
Produk fisik tersedianya fasilitas fisik, perlengkapan dan sarana komunikasi, dan lain-lain yang dapat dan harus ada dalam
proses jasa. Penilaian terhadap dimensi ini dapat diperluas dalam bentuk hubungan dengan konsumen lain pengguna jasa.
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dilakukan Tsurayya 2010 dengan judul analisis faktor-faktor keputusan pembelian program kursus bahasa
Inggris pada English First Bogor. Menyatakan hubungan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi dan keputusan pembelian dengan perilaku
pasca pembelian lebih lemah dibandingkan hubungan antara evaluasi alternatif dengan perilaku pasca pembelian. Dihasilkan delapan 8 faktor
yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian program kursus bahasa Inggris. Delapan faktor tersebut adalah faktor
tujuan, persepsi, pertimbangan keputusan, skill, lingkungan eksternal, pertimbangan pesan, faktor manfaat dan faktor kelompok acuan.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peserta pelatihan mengikuti program bahasa Korea di Balai Latihan Kerja
Pengembangan Industri BLKPI Pasar Rebo, Jakarta di karenakan banyaknya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia. Data Badan Pusat
Statistik BPS tahun 2008 menyatakan bahwa jumlah pengangguran terdidik mencapai 961.000 orang, dengan perincian 598.000 orang
pengangguran lulusan Sarjana dan 363.000 lulusan Diploma. Jumlah pengangguran tersebut dikarenakan kompetensi lulusan yang tidak sesuai,
tidak diserap perusahaan, atau jumlah lulusan tersebut sudah jenuh. Pengangguran terdidik tersebut dapat disiasati dengan mengikuti kursus
maupun pelatihan softskill untuk menambah kompetensi diri untuk bersaing di dunia kerja.
Penilaian peserta pelatihan dilakukan dengan pemilihan contoh, hasil dari penilaian tersebut dijabarkan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Karakteristik populasi diharapkan sudah terwakili dengan pengambilan contoh. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor apa yang paling
mempengaruhi minat peserta mengikuti pelatihan di BLKPI Pasar Rebo, Jakarta. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.