Kriteria Evaluasi Menentukan Alternatif Pilihan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Faktor Budaya

Gambar 2. Komponen dasar proses evaluasi alternatif

a. Kriteria Evaluasi

Engel, et al 1994, menyatakan bahwa kriteria evaluasi tidak lebih dari pada dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kriteria evaluasi adalah keselamatan, keteladanan, harga, nama merek, negara asal dimana dibuatnya, garansi dan pemakaian bensin per kilometer. Selain itu kriteria evaluasi dapat juga bersifat hedonik, seperti perasaan yang muncul karena prestise atau status.

b. Menentukan Alternatif Pilihan

Engel, et al 1994 menyatakan bahwa konsumen tidak hanya memutuskan kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi alternatif, tetapi juga harus menetukan alternatif-alternatif. Alternatif ini sering disebut dengan perangkat pertimbangan. Hal ini biasanya berisi himpunan bagian dari jumlah keseluruhan alternatif yang tersedia bagi konsumen.

c. Menilai Alternatif Pilihan

Satu lagi komponen evaluasi alternatif melibatkan penilaian kinerja alternatif pilihan sepanjang kriteria evaluasi yang mencolok. Dalam banyak hal, konsumen sudah menyimpan penilaian atau keyakinan di dalam ingatan kinerja alternatif pilihan yang sedang dipertimbangkan, kemampuan untuk memperoleh kembali informasi ini mungkin mempengaruhi secara kuat alternatif mana yang akhirnya Menentukan Kriteria Evaluasi Menentukan Alternatif Pilihan Menilai Kinerja Alternatif Menerapkan kaidah keputusan dipilih. Dalam menilai seberapa baik suatu alternatif, konsumen mungkin sering menggunakan pengisolasian yang merupakan pembatasan atau persyaratan untuk menilai atribut yang dapat diterima Engel, et al, 1994 d. Penerapan Kaidah Keputusan Unsur akhir dari proses evaluasi alternatif, yakni kaidah keputusan. Proses ini menggambarkan strategi yang digunakan konsumen untuk mengadakan seleksi dari alternatif pilihan. Secara fundamental diantara kaidah yang lebih kompleks melibatkan prosedur kompensasi dan non kompensasi. Kaidah keputusan kompensasi kelemahan yang dirasakan pada satu atribut mungkin diimbangi atau dikompensasi oleh kekuatan yang dirasakan pada atribut lain. Sedangkan kaidah keputusan non kompensasi dicirikan dengan kenyataan bahwa kelemahan pada satu atribut tidak dapat diimbangi oleh kekuatan pada atribut yang lain. 2.4.4 Keputusan Pembelian Engel, et al 1994 menyatakan pembelian adalah suatu proses keputusan konsumen apabila memperoleh alternative yang dipilih atau penggantian dapat diterima bila perlu. Sedangkan menurut Kotler 2005 terdapat dua 2 faktor yang dapat mempengaruhi anatara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama yakni sikap atau pendirian orang lain, faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Faktor kedua adalah situasi yang tidak terantisipasi, yakni faktor yang merubah rencana pembelian suatu produk atau jasa yang akan dilakukan konsumen.

2.4.5 Perilaku Pasca Pembelian

Setelah memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk maupun jasa, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu Kotler, 2005. Menurut Mowen dan Minor dalam Sumarwan 2003, keputusan pelanggan didefinisikan sebagai keseluruhan sikap konsumen yang didapatkan dari barang dan jasa setelah diggunakannya. Kepuasan berfungsi mengkukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan menyebabkan keluhan, komentar negative dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Menurut Kotler 2005, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah faktor budaya, faktor sosial dan faktor psikologis. Rinciannya sebagai berikut :

a. Faktor Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Perilaku manusia biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya, sehingga nilai, persepsi, preferensi dan perilaku antara orang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada dilingkungan lainnnya pula. Dalam hal ini pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diiinginkan konsumen Kotler, 2005. Sub-budaya merupakan bagian dari pada budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk, serta program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhannya Kotler, 2005. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hirarki dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain, seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Kelas sosial berbeda dalam hal busana, cara berbicara, preferensi rekreasi dan memiliki banyak ciri-ciri lain Kotler, 2005.

b. Faktor Sosial