II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lembaga Kursus dan Pendidikan Non Formal
Menurut Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bogor dalam Arista 2010, menyatakan Lembaga kursus adalah salah satu wadah yang
didirikan oleh perorangan, sekelompok orang, lembaga sosialyayasan, perusahaan perseorangan yang memiliki beberapa komponen seperti
memiliki satuan isi, proses, kompetensi lulusan peserta didik, pendidikan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan non formal juga berfungsi sebagai pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan formal. Beberapa contoh pendidikan non formal
diantaranya pendidikan kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim dan satuan pendidikan yang
sejenis.
2.2 Pelatihan
Menurut Hasibuan 2003, pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari
pada teori. Arep dan Tanjung 2002, pelatihan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia SDM, terutama dalam hal
pengetahuan knowledge, kemampuan ability, keahlian skill dan sikap attitude
Pelatihan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar kerja Mangkuprawira dan Hubeis, 2007. Menurut Hardjana
2001, pelatihan adalah kegiatan untuk meningkatkan kinerja pekerja dalam pekerjaan yang diserahkan padanya.
2.2.1 Tujuan
Pelatihan
Rivai dalam Alfarisi 2009, menyatakan tujuan dari pelatihan adalah untuk meningkatkan kuantitas output; untuk meningkatkan
kualitas output; untuk menurunkan biaya limbah dan biaya terjadinya kecelakaan; untuk menurunkan turnover; ketidak hadiran kerja serta
meningkatkan kepuasan kerja dan untuk mencegah timbulnya antipasti karyawan.
Mangkunegara 2004, tujuan pelatihan ditinjau dari sisi karyawan, yaitu perubahan dalam peningkatan pengetahuan, sikap,
keterampilan dan pengembangan karir. Sedangkan tujuan pelatihan untuk perusahaan adalah tercapainya kinerja yang malsimum sebagai
buah dari hasil pelatihan yang terjadi pada karyawan.
2.2.2 Manfaat Pelatihan
Menurut Rivai dalam Alfarisi 2009, manfaat dari pelatihan adalah :
1. Manfaat bagi karyawan a. Menbantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan
masalah lebih efektif. b. Melalui pelatihan dan pengembangan, peubah pengenalan,
pencapaian prestasi, pertumbuhan, tanggungjawab dan kemajuan dapat diinternalisasi dan dilaksanakan.
c. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri.
d. Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi dan konflik.
e. Memberikan informasi tentang peningkatan pengetahuan kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan sikap
f. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan. g. Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi, sementara
meningkatkan keterampilan interaksi. h. Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatih.
i. Memberi nasehat dan jalan untuk pertumbuhan masa depan.
j. Membangun rasa pertumbuhan dalam pelatihan. k. Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan
menulis dengan latihan 2. Manfaat bagi perusahaan
a. Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih terhadap orientasi laba.
b. Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level perusahaan.
c. Memperbaiki moral SDM. d. Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan.
e. Membantu menciptakan image perusahaan yang lebih baik. f. Mendukung otentisitas, keterbukaan dan kepercayaan.
g. Mengingkatkan hubungan antar bawahan dan atasan. h. Membantu pengembangan perusahaan.
i. Belajar dari peserta. j.Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan
perusahaan. k. Memperbaiki informasi tetang kebutuhan perusahaan di masa
depan. l. Perusahaan dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah
yang lebih efektif. m. Membantu pengembangan promosi dari dalam.
n.Membantu pengembangan keterampilan kepemimpinan, motivasi, kesetiaan, sikap dan aspek lain yang biasanya
diperlihatkan pekerja. o. Membantu meningkatan efisiensi, efektivitas dan mutu kerja
p. Membantu menekan biaya dalam berbagai bidang seperti produksi, sumber daya manusia dan administrasi.
q. Meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap kompetensi dan pengetahuan perusahaan.
r. Meningkatkan hubungan antar buruh dengan manajemen.
s. Menurangi biaya konsultasi luar dengan menggunakan konsultan internal.
t. Mendorong mengurangi perilaku yang merugikan. u. Menciptakan iklim yang baik untuk pertumbuhan.
v.Membantu karyawan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
2.3 Perilaku Konsumen
Menurut Engel, et al 1994, perilaku konsumen merupakan tindakan yang berhubungan langsung dengan mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan barang atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Beberapa konsumen melakukan
pembelian suatu produk maupun jasa berdasarkan harga yang paling murah atau ada kalangan tertentu menentukan pembelian berdasarkan mutu produk
berdasarkan mutu paling baik. Kotler 2005 mendefinisikan perilaku pelanggan, sebagai proses
mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli memakai dan membuang barang, jasa, gagasan atau pengalaman
dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasratnya. Sedangkan Sumarwan 2003, perilaku pelanggan adalah semua kegiatan, tindakan serta proses
psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, setelah melakukan hal-hal
diatas atau kegiatan mengevaluasi.
2.4 Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Kotler 2005 proses pengambilan keputusan dibagi menjadi lima 5 tahap, yakni pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Tahap tersebut menekankan pada proses sebelum pembelian hingga pasca
pembelian.
2.4.1. Pengenalan Kebutuhan
Engel, et al 1994, menyatakan bahwa pengenalan kebutuhan pada hakikatnya bergantung pada berapa ketidaksesuaian yang ada
diantara keadaan aktual situasi konsumen sekarang dan keadaan
yang diinginkan situasi konsumen yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan
pun dikenali. Kehadiran pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis mengaktifkan suatu tindakan. Ini akan tergantung beberapa
faktor diantaranya kebutuhan yang dikenali harus cukup penting, maka konsumen harus percaya bahwa solusi bagi kebutuhan tersebut
ada dalam batas kemampuannya. Kotler 2005, Kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik
internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang timbul dari dalam seperti lapar, haus dan sebagainya. Stimulus
eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena dorongan eksternal. Sedangkan Sumarwan 2003, pengenalan kebutuhan
muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan
keadaan yang sebenarnya terjadi.
2.4.2 Pencarian Informasi
Engel, et al 1994, mendefinisikan pencarian sebagai aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan
pencarian internal atau pemerolehan informasi dari lingkungan pencarian eksternal.
a. Pencarian Informasi Internal
Pencarian internal tidak lebih daripada peneropongan ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan, dengan
keputusan tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Jika peneropongan ini mengungkapkan informasi yang memadai untuk
memberikan arah tindakan yang memuaskan, maka pencarian eksternal jelas tidak perlu dilakukan. Proses pencarian informasi
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses pencarian informasi Menurut Engel, et al 1994, sebuah studi melaporkan
banyak konsumen memerlukan servis reparasi mobil mengandalkan pengetahuannya yang sudah ada di dalam
membuat pilihan. Hanya 40 yang beralih ke pencarian eksternal. Pencarian internal akan sangat tergantung pada
kecukupan atau mutu pengetahuannya yang sudah ada. Dalam hal ini pembeli yang baru pertama kali jelas tidak mungkin
memiliki informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Bahkan pembeli yang sudah berpengalaman mungkin perlu
menjalankan pencarian eksternal, dikarenakan pengetahuannya tidak memadai untuk kategori produk yang mencirikan dengan
waktu antar pembelian yang lama lamanya waktu di antara pembelian yang satu dengan berikutnya selama waktu mana ada
perubahan produk yang nyata dalam hal harga, ciri dan merek baru dan toko. Tingkat kepuasan dengan pembelian sebelumnya
juga akan menentukan pengandalan konsumen pada pencarian internal, jika konsumen dipuaskan dengan hasil tindakan
pembelian sebelumnya maka pencarian internal mungkin cukup.
Pengenalan kebutuhan
Pencarian Internal
Pencarian Internal Berhasil ?
Lanjutkan dengan Keputusan
Jalankan pencarian Eksternall
Ya Tidak
Determinasi dari pencarian Internal :
1. Pengetahuan yang sudah ada
2. Kemampuan untuk memperoleh kembali
informasi
b. Pencarian Informasi Eksternal