Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa curah hujan bulanan yang jatuh di wilayah tersebut relatif tinggi pada musim hujan dan relatif rendah pada musim kemarau.
Sehingga fluktuasi curah hujan bulanan yang jatuh pada musim hujan dan musim kemarau cukup besar. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan
Oktober yaitu sebesar 477,76 mm. Sedangkan curah hujan rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 14,12 mm.
Unsur iklim yang lain seperti temperatur dan kelembaban udara juga merupakan unsur yang penting dalam proses geomorfik. Temperatur maksimum
pada tahun 2004-2008 rata-rata berkisar 21,92° C pada tahun 2005 dan temperatur minimum rata-rata berkisar pada suhu 21,25° C pada tahun 2006 dengan
kelembaban udara maksimum sebesar 87,8 dan kelembaban minimum sebesar 86,5.
4.4. Geologi G. Guntur
Berdasarkan Peta Geologi Gunungapi Guntur, Jawa Barat skala 1 : 25.000 Gambar 13, tatanan dan urutan batuan penyusun di wilayah G. Guntur di bagian
utara di dominasi oleh material vulkanik yang berasosiasi dengan letusan atau erupsi. Erupsi ini berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode
Kuarter 1,81 juta tahun lalu sehingga menghasilkan material vulkanik baik berupa breksi, dan tufa yang banyak mengandung kuarsa maupun lahar. Catatn
kejadian erupsi tertua terjadi pada tahun 1690 dan catatan erupsi terakhir terjadi pada tahun 1847. Deposit yang dihasilkan G. Guntur antara lain aliran lava,
jatuhan piroklastika, aliran piroklastika, longsoran gunungapi, lahar dan alluvial Direktorat Vulkanologi Indonesia, 1998.
G. Guntur merupakan gunungapi tipe strato yang terjadi akibat erupsi campuran sehingga menyebabkan lerengnya berlapis dan terdiri dari bermacam-
macam batuan antara lain batuan lava basaltis dan andesitis. Hasil erupsi tahun 1847 merupakan aliran lava teratas mengalir kearah selatan dan membentuk
cabang pada bagian ujungnya. Lava ini berkomposisi basaltis SiO
2
51,29, porfiritik dengan komposisi mineral olivine, augit, hipersten, plagioklas dan
magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bagian permukaan berbongkah- bongkah dengan sudut tajam dan bervesikular. Sedangkan hasil erupsi tahun 1840
31
Gambar 13. Peta Geologi G. Guntur
32
mengalir kearah tenggara dan berakhir di daerah Cipanas. Aliran ini membentuk tanggul pada bagian tepinya dan cekung pada bagian tengahnya. Aliran lava ini
berkompisisi basaltis SiO
2
51,56, porfiritik dengan olivine, augit, hipersten plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Bagian tengah
tampak berbongkah-bongkah dengan sudut tajam dan bervesikular Direktorat Vulkanologi Indonesia, 1998. Berdasarkan kandungan SiO
2
, batuan lava hasil erupsi 1840 agak mirip dibandingkan dengan lava hasil erupsi tahun 1847. Bagian
selatan G. Guntur didominasi oleh lahar yang terkonsentrasi pada bagian kaki gunungapi. Lahar ini tersusun atas blok-blok lava andesit dan basaltis, berukuran
kerakal-bongkah, membundar dengan ukuran sedang, tertanam dalam matriks pasir kasar.
4.1.Geokimia Batuan
Pada penelitian ini akan ditunjukkan analisis geokimia batuan G. Guntur terkait dengan geomorfologi gunungapi tersebut. Telaah mengenai petrology dan
geokimia pada komplek gunungapi Guntur telah dilakukan oleh penelitian pendahulu Purbawinata, 1990. Letusan G. Guntur pada tahun 1840
menghasilkan semburan deposit vulkanik yang mengandung Low-K tholeiites dan hampir menutupi kawasan sekitarnya. Aliran lava muda mengalir membentuk
lidah panjang yang sempit sepanjang 100 - 500 m. Pada Tabel 5 ditunjukkan komposisi unsur utama batuan pada G. Guntur.
Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan silikat pada batuan Low-K tholeiites sebesar 50,96 sehingga batuan ini termasuk dalam batuan beku
kandungan 45-52 dengan struktur skori scoria. Struktur skori Gambar 14 merupakan salah satu jenis lava atau lapili magmatic berstruktur vesikular
berongga, tidak berserat, agak berat dan cenderung tenggelam di dalam air. Skori G. Guntur sebagian besar berwarna cokelat kemerahan yang disebabkan
oleh proses oksidasi. Batuan ini berasal dari magma yang berkomposisi basaltik Direktorat Vulkanologi Indonesia, 2010
33
Tabel 5. Komposisi Kandungan Unsur Mayor pada Batuan Purbawinata, 1990
Unsur Jumlah
Unsur Jumlah
oxida wt SiO2 50,96
Ba 121
TiO2 0,98 Sr
302 Al2O3 19,17
Pb 8
Fe2O3 3,49 RbSr
0,03 FeO 6,2
Y 25
MnO 0,17 Th
1 MgO 4,99
Unsur 4
CaO 9,69 Zr
80 Na2O 2,8
Nb 2
K2O 0,44 Cr
19 P2O5 0,17
Y 238
MgMg+Fe2+ 58,92 Ni 9
FeO 9,69 Cu
62 FeOMgO 1,942
Zn 68
Rb 10
Ga 17
Gambar 14. Batuan Skori scoria di G. Guntur 27 September 2010
4.1. Tanah