Algoritma QUEST Bahan dan Alat Penelitian

pembuatan keputusan rule. Namun demikian, kesederhanaan ini tidak identik dengan ketidakakuratan. Penelitian pendahuluan dari Panuju dan Trisasongko 2008 menunjukkan bahwa walaupun perbedaan kinerja algoritma pohon keputusan tidak terlalu signifikan, namun kinerja algoritma pohon keputusan secara konsisten selalu lebih baik dibandingkan dengan algoritma klasik seperti algoritma kemungkinan maximum likelihood classification.

2.9. Algoritma QUEST

QUEST Quick, Unbiased, Efficient Statistical Trees merupakan salah satu algoritma dari metode pohon keputusan yang diperkenalkan oleh Loh dan Shih 1997. Secara subtansial QUEST ditunjukkan dengan proses cepat dengan ketelitian dan keakuratan klasifikasi yang sebanding dengan metode klasifikasi rumit lainnya. Algoritma ini merupakan algoritma pemisahan split biner pohon keputusan yang dapat digunakan untuk tujuan klasifikasi. Pada algoritma ini, proses pemisahan dapat dilakukan pada peubah tunggal unvariate atau berdasarkan pemisahan split kombinasi linear. Pada algoritma QUEST, seleksi peubah bias dapat diabaikan, mempertahankan kesederhanaan, pemangkasan sebagai pilihan, dan menghasilkan pemisahan biner. Alasan pemisahan binary adalah agar pohon QUEST mudah dibandingkan dengan pencarian pohon lengkap dalam stabilitas pemisahan dan jumlah nodes. QUEST menggunakan satu atau dua akar sebagai titik pemisahan yang salah satunya memiliki nilai yang lebih dekat dengan mean sampel masing-masing kelas Loh and Shih, 1997. Ciri unik dari algoritma ini adalah pemilihan seleksi atribut yang memiliki penyimpangan yang tidak terlalu penting. Parameter pada QUEST antara lain akurasi klasifikasi, variabilitas pemisahan dan ukuran pohon. Model ini dapat mengurangi ukuran pohon, mengembangkan prediksi kelas, dan membangun data visualisasi. Telaah dengan menggunakan pendekatan algoritma ini telah digunakan sebelumnya untuk pemantauan lahan sawah Tjahjono et al., 2009a; Panuju dan Trisasongko, 2008. 16

2.10. Gunungapi

Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung Bakosurtanal, 2010. Gunungapi diklasifikasikan berdasarkan dua sumber erupsi yaitu erupsi pusat dan erupsi samping. Erupsi pusat adalah erupsi yang keluar melalui kawah utama dan erupsi samping adalah erupsi yang keluar dari lereng tubuhnya. Erupsi samping dapat dibedakan menjadi erupsi celah dan erupsi eksentrik. Erupsi celah adalah erupsi yang muncul pada retakan atau sesar yang memanjang sampai beberapa kilometer. Erupsi eksentrik adalah erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang kesamping melainkan melalui kepundan tersendiri. Struktur cekungan gunungapi dapat dibedakan menjadi struktur kawah, kaldera, rekahan dan graben serta depresi vulkano- tektonik Bakosurtanal, 2010. Bahaya langsung akibat letusan gunungapi dapat berupa : • Leleran Lava Leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas yang dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800- 1200° C. • Aliran Piroklastik awan panas Aliran piroklastik dapat terjadi sebagai akibat runtuhan tiang asap erupsi, seperti yang terjadi pada erupsi tipe plinian. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava. Kecepatan aliran dapat mencapai 150-250 kmjam atau lebih. • Jatuhan Piroklastik Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh ke permukaan bumi. 17 • Lahar Letusan Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam dalam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung apabila terjadi letusan sehingga akan menumpahkan lumpur panas. • Gas Vulkanik Beracun Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO 2 , HCN, H 2 S, SO 2 dan lain-lain. Konsentrasi gas ini jika melebihi ambang batas maka akan dapat berbahaya bagi makhluk hidup di sekelilingnya. Untuk bahaya sekunder akibat letusan gunungapi antara lain adalah lahar hujan dan longsoran vulkanik Bakosurtanal, 2010. 18

III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian meliputi wilayah G. Guntur yang secara administratif berada di wilayah Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dengan luas ± 1.060 ha. Secara geografis G. Guntur terletak pada 07°1155,2767 Lintang Selatan dan 107°5139,1195 Bujur Timur. Penelitian ini dimulai dari bulan September 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Analisis data dilakukan di laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Satelit yaitu ALOS PALSAR Phased Array L-band Synthetic Aperture Radar fully polarimetric yang diakuisisi pada tanggal 30 Maret 2009 dengan look angle 21,5 degree . Citra tambahan yang digunakan adalah Citra Satelit IKONOS Google Earth diakuisisi pada tanggal 28 Juni 2006. Data tambahan lainnya yang digunakan yaitu Peta Rupa Bumi Digital Indonesia skala 1:25.000 lembar Samarang 1208-641 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional BAKOSURTANAL tahun 1999 dan Peta Geologi Gunungapi Guntur, Jawa Barat skala 1:25.000 yang diterbitkan oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia tahun 1998. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari seperangkat komputer dengan perangkat lunak software Envi 4.5 disertai program toolbox tambahan, ASF MapReady 2.3.6, Google Earth versi 6.0, ArcView GIS versi 3.3 disertai program toolbox tambahan, ArcGIS versi 9.3, GPS, Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, Microsoft Visio 2007, kamera digital, dan alat tulis menulis.

3.3. Metode Penelitian