Satelit ALOS Geomorfologi gunungapi guntur (Garut, Jawa Barat) dan analisis aliran lava menggunakan data synthetic aperture radar polarimetri Penuh (fully polarimetry)

Mengingat gelombang datang dapat dibuat dari berbagai jenis polarisasi, dan matriks hamburan adalah 4 bilangan kompleks VV, HH, VH, dan HV, maka sangatlah bermanfaat jika mempunyai sebuah metode grafis untuk dapat memvisualkan respon dari suatu sasaran sebagai fungsi dari polarisasi datang dan hamburan balik. Visualisasi tersebut salah satunya diberikan oleh penciri polarisasi polarization signature Susilo, 2007. Incident angle juga mempengaruhi hamburan balik ke antenna. Incident angle merupakan sudut yang terbentuk antara pancaran gelombang dengan garis yang tegak lurus pada permukaan obyek. Permukaan obyek yang halus akan memantulkan sinyal secara sempurna pada sudut lebih kecil 20°, namun sebaliknya pada permukaan kasar dengan sudut lebih kecil dari 20°, sebagian besar sinyal akan dipancarkan secara acak sehingga total hamburan balik yang diterima antena lebih rendah dibandingkan dengan permukaan halus dengan sudut yang sama Hemphill, 2007.

2.6. Satelit ALOS

Satelit ALOS Advanched Land Observing Satelite merupakan satelit yang diluncurkan oleh Japan Aerospace Exploration Agency JAXA pada tanggal 24 Januari 2006. Satelit ini adalah satelit generasi lanjutan dari Japanese Earth Resources Satellite -1 JERS-1 dan Advanced Earth Observing Satellite ADEOS. ALOS merupakan satelit terbesar yang dikembangkan oleh JAXA dan diluncurkan dari Tanegashima Space Center Jepang dengan menggunakan wahana peluncuran H-IIA. Satelit ini memiliki periode kunjungan ulang revisiting period 46 hari. Akan tetapi, untuk kepentingan pemantauan bencana alam atau kondisi darurat, maka satelit ALOS ini mampu melakukan observasi dalam waktu dua hari. ALOS dapat digunakan untuk kartografi, observasi regional, pemantauan bencana dan peninjauan sumberdaya. Tabel 3 berikut ini menyajikan spesifikasi dari satelit tersebut EORC JAXA, 1997. ALOS merupakan salah satu satelit terbesar untuk pengamatan permukaan bumi yang dikembangkan dengan tujuan antara lain : 1. Menyediakan peta untuk Jepang dan Negara lain yang termasuk dalam wilayah Asia-Pasifik Cartography. 11 2. Melakukan pengamatan regional untuk “pembangunan berkelanjutan”, yaitu kesesuaian antara lingkungan bumi dengan pembangunan Regional Observation . 3. Melakukan pemantauan bencana di seluruh dunia Disaster Monitoring. 4. Melakukan survei sumberdaya alam Resources Surveying. 5. Mengembangkan teknologi yang diperlukan untuk satelit pengamatan bumi masa depan Technology Development. Tabel 3. Spesifikasi ALOS No Tipe Karakteristik 1 Bobot 4 ton 2 Jangka Waktu 3-5 Tahun 3 Ketinggian Orbit 691, 65 km di khatulistiwa 4 Periode Orbital 98,7 menit 5 6 7 8 Tipe Orbit Inklinasi Siklus kunjungan ulang Power Sun-synchronous Subrecurrent 98,16 deg 46 hari Approx . 7 kW pada akhir operasional Sumber : http:www.eorc.jaxa.jpALOS diakses 22 Februari 2010 Satelit ALOS memiliki tiga jenis sensor, yaitu PRISM Panchromatic Remote-sensing Instrument for Stereo Mapping untuk pemetaan elevasi digital, AVNIR-2 Advanched Visible and Near Infrared Radiometer type 2 untuk pengamatan penutupan lahan, dan PALSAR Phased Array type L-Band Synthetic Aperture Radar untuk pengamatan lahan sepanjang siang-malam pada berbagai kondisi cuaca. Satelit ALOS ditunjukkan pada Gambar 4. ALOS dirancang dengan dua teknologi maju, pertama adalah mempunyai kecepatan tinggi dan memiliki kapasitas penyimpanan data yang besar, dan kedua adalah mempunyai presisi tinggi terhadap posisi pesawat ruang angkasa dan kemampuan penentuan ketinggian. PALSAR merupakan suatu sensor gelombang mikro aktif yang bekerja pada tipe frekuensi band L 1, 27GHz dengan lebar kanal 2814 MHz untuk melakukan observasi siang dan malam tanpa dipengaruhi oleh gangguan awan. 12 Hal ini memberikan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan Synthetic Aperture Radar SAR JERS-1. Gambar 4. Satelit ALOS JAXA EORC, 1997 Salah satu mode observasi PALSAR, yaitu ScanSAR yang memungkinkan PALSAR dapat melakukan pengamatan permukaan bumi dengan cakupan area yang lebih luas, yaitu 250 - 350 km. Pembangunan PALSAR merupakan proyek kerjasama antara JAXA dan Japan Resources Observation System Organization JAROS. Tabel 4 menyajikan spesifikasi sensor PALSAR dan Gambar 5 menyajikan bentuk dari instrument PALSAR. Sensor PALSAR tidak dapat mengamati daerah-daerah yang berada diluar posisi geografis berikut : 87,8° Lintang Utara dan 75,9° Lintang Selatan ketika off -nadir mempunyai sudut 41,5°. Hal ini dikarenakan terbatasnya konsumsi daya yang mengakibatkan waktu operasi sensor dibatasi. Fine mode bekerja pada incident angle dengan sudut 34,3°, ScanSAR mode pada incident angle dengan sudut 34,1° dan Polarimetric Mode pada incident angle dengan sudut 21,5° EORC JAXA, 1997. Gambar 6 menyajikan prinsip geometri PALSAR.

2.7. Data Mining