Tabel 1. Karakteristik Citra IKONOS Geoeye, 2006 Karakteristik
Resolusi Spasial 4 m Multispektral
1 m Pankromatik
Resolusi Spektral
Band 1 Blue 0,445-0,516 µm
Band 2 Green 0,506-0,595 µm
Band 3 Red 0,632-1,698 µm
Band 4 NIR 0.757-0,853 µm
Pankromatik 0,526-0,929 µm
Resolusi Temporal 3 hari pada latitude 40° dan
elevation 60°
Tinggi Orbit 681 km
Ukuran Scene Maksimum 11x13 km
2.3. Radar
Radar merupakan sistem penginderaan jauh aktif karena dapat menyediakan sendiri sumber energinya. Sistem mengiluminasi medan dengan
energi elektromagnetik, mendeteksi pantulan energi dari medan, dan mencatat pantulan energi sebagai sebuah citra. Sistem Radar beroperasi secara bebas pada
berbagai kondisi pencahayaan dan umumnya tidak tergantung pada cuaca. Radar merupakan singkatan dari “radio detection and ranging” bekerja pada spektrum
elektomagnetik dengan panjang gelombang 1 mm - 1 m Sabins, 2007. Komponen sistem pencitraan Radar disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Komponen Sistem Pencitraan Radar Sabins, 2007
7
Menurut Lillesand dan Kiefer 1990, Radar merupakan suatu cara penggunaan gelombang radio untuk mendeteksi adanya objek dan menentukan
letak posisinya. Prosesnya meliputi transmisi gelombang pendek dan atau pulsa tenaga gelombang mikro ke arah yang dikehendaki dan merekam kekuatannya
dari “echo” atau pantulan yang diterima objek dalam sistem medan pandang. Tabel 2 dibawah menunjukkan panjang gelombang dan frekuensi Radar yang
digunakan dalam penginderaan jauh.
Tabel 2. Panjang Gelombang dan Frekuensi Radar Sabins, 2007 No
Band Panjang Gelombang
λ Frekuensi v
cm GHz
1 K 0.8-2.4
40.0-12.5 2
X 3.0 cm 2.4-3.8
12.5-8.0 3
C 6 cm 3.8-7.5
8.0-4.0 4
S 8.0 cm, 12.6 cm 7.5-15.0
4.0-2.0 5
L 23.5 cm, 25.0 cm 15.0-30.0
2.0-1.0 6
P 68 cm 30.0-100.0
1.0-0.3
Panjang gelombang sinyal Radar menentukan bentangan yang terpencar oleh atmosfer. Efek atmosferik yang parah pada sinyal Radar terbatas pada
gelombang lebih pendek kurang dari 3 cm Lillesand dan Kiefer 1990. Gelombang Radar dapat menembus lapisan pelindung yang tipis seperti abu dan
aeolian deposit Carter et al., 2006. Besar kecilnya panjang gelombang yang digunakan berpengaruh pada citra yang diperoleh. Semakin besar panjang
gelombang maka semakin kuat daya tembus gelombang Sabins, 2007.
2.4. SAR Polarimetri
Polarisasi gelombang elektromagnetik menggambarkan orientasi vektor bidang elektrik pada titik yang diberikan selama satu periode gerakan Ban, 1996.
Kedalaman penetrasi dari sumber gelombang mikro tergantung pada polarisasi dan frekuensi gelombang Sabins, 2007. Gambar 2 menyajikan polarisasi energi
Radar. Panjang gelombang sinyal Radar dapat ditansmisikan atau diterima dalam bentuk polarisasi yang berbeda. Sinyal dapat disaring sehingga gelombang
elektrik dibatasi hanya pada satu bidang datar yang tegak lurus arah perjalanan
8
gelombang tenaga yang tidak terpolarisasi menyebar kesemua arah tegak lurus arah perambatannya
Gambar 2. Polarisasi Energi Radar Sabins, 2007
Satu sinyal SAR Synthetic Aperture Radar dapat ditransmisikan pada bidang mendatar H ataupun tegak V. Jadi terdapat empat kemungkinan
kombinasi sinyal transmisi dan penerimaan yang berbeda, yaitu dikirim Horizontal diterima Horizontal HH, dikirim Horizontal diterima Vertikal HV,
dikirim Vertikal diterima Horizontal VH, dan dikirim Vertikal diterima Vertikal VV. Citra dengan polarisasi searah parallel polarization dihasilkan dari
paduan HH dan VV. Citra polarisasi silang cross polarization dihasilkan dari paduan HV atau VH Lillesand dan Kiefer, 1990. Berbagai obyek dapat
mengubah polarisasi energi Radar yang dipantulkan sehingga bentuk polarisasi sinyal sangat mempengaruhi kenampakan obyek pada citra yang dihasilkan
Sabins, 2007
2.5. Hamburan Balik backscatters