mendekati 0. Nilai ini dihasilkan oleh keterpisahan pencirian yang sangat lemah disebabkan oleh kesalahan pada kombinasi band dan pengambilan data
pembangun training area yang memiliki nilai spektral bervariasi dan memiliki kedekatan nilai dengan kelas-kelas lainnya Richards, 2006 atau dengan kata lain
kombinasi sensor dan polarisasi linier belum bisa memisahkan bentuklahan- bentuklahan tersebut. Begitu juga bentuklahan aliran lava 2, secara garis besar
memiliki keterpisahan cukup baik mendekati 2. Sedangkan bentuklahan aliran lava 3 tidak terpisah secara baik terhadap aliran lava tua mendekati 0. Selain
faktor kesalahan yang disebutkan sebelumnya, keterpisahan spektral ini disebabkan oleh perbedaan umur batuan morfokronologi yang mempengaruhi
tekstur permukaan aliran lava. Tekstur permukaan lava sangat berkaitan dengan kekasaran permukaan lava yang mempengaruhi besarnya nilai hamburan balik.
Perbedaan kekasaran permukaan kemungkinan dihasilkan oleh jenis lava dan pelapukan yang terjadi pada masing-masing permukaan lava. Aliran lava
menunjukkan perbedaan kekasaran permukaan yang signifikan skala cm hingga m baik pada aliran tunggal maupun aliran lainnya Rodriguez et al., 2001.
5.4. Analisis Keterpisahan Statistik
Keterpisahan spektral dapat dieksplorasi secara statistik yang disajikan dalam bentuk boxplot. Gambar 29 menyajikan nilai statistik deskriptif dari
bentuklahan kawah dan berbagai jenis aliran lava pada masing-masing polarisasi. Pada ketiga polarisasi, bentuklahan ALA menunjukkan nilai hamburan
yang paling bervariasi dibandingkan bentuklahan aliran lava lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada bentuklahan tersebut terjadi penyebaran nilai hamburan
yang sangat tinggi yang kemungkinan disebabkan oleh atenuasi vegetasi di atas permukaan lava. Secara umum, polarisasi HH dan polarisasi VV menunjukkan
kemiripan pada tiap bentuklahan aliran lava. Pada polarisasi HH, bentuklahan yang memiliki nilai rataan paling tinggi ditunjukkan oleh bentuklahan AL2. Hal
yang sama juga ditunjukkan oleh bentuklahan AL2 pada polarisasi VV. Pada kedua polarisasi ini mempunyai nilai rataan hamburan paling rendah yang
ditunjukkan oleh bentuklahan K. Hal ini disebabkan karena bentuklahan K memiliki kekasaran permukaan yang sangat berbeda dengan bentuklahan aliran
lava.
60
K ALT
ALM ALA
AL 3 AL 2
AL 1 450000
400000 350000
300000 250000
200000 150000
100000
Kelas H
H
POLASRI SASI HH
Median 25-95
Non-Outlier Range Outliers
K ALT
ALM ALA
AL 3 AL 2
AL 1 400000
350000 300000
250000 200000
150000 100000
Kelas V
V
POLARI SASI VV
Median 25-95
Non-Outlier Range Outliers
a b
K ALT
ALM ALA
AL 3 AL 2
AL 1 150000
125000 100000
75000 50000
Kelas H
V
POLARI SASI HV
Median 25-95
Non-Outlier Range Outliers
c Gambar 29. Perbandingan Nilai Polarisasi Aliran Lava G. Guntur a
polarisasi HH, b polarisasi HV, dan c polarisasi VV Selain itu, hal ini disebabkan juga karena bentuklahan ini direpresentasikan
dengan daerah cekungan yang memiliki rona gelap pada bayangan radar yang dihasilkan oleh topografi yang membelakangi sensor. Bentuklahan AL3 pada
polarisasi HH menunjukkan nilai hamburan yang relatif homogen. Sedangkan pada polarisasi VV nilai hamburan yang relatif homogen ditunjukkan oleh
bentuklahan K walaupun pada bentuklahan ini terdapat beberapa nilai ekstrim. Pada polarisasi HH, bentuklahan AL1, AL3, dan ALT memiliki kedekatan nilai
rataan sehingga dapat diketahui bahwa ketiga aliran lava ini memiliki karakteristik tekstur permukaan dan fragmen penyusun batuan sifat dielektrik yang hampir
sama. Sedangkan pada polarisasi VV, kedekatan nilai ini ditunjukkan oleh bentuklahan ALT dengan ALM dan AL1 dengan AL3.
Hal yang berbeda ditunjukkan oleh polarisasi HV. Pada polarisasi ini bentuklahan AL3 memiliki nilai hamburan yang relatif seragam sedangkan nilai
Keterangan : K =
Kawah AL 1
= Aliran Lava 1 AL2
= Aliran Lava 2 AL 3
= Aliran Lava 3 ALA
= Aliran Lava Termuda ALM = Aliran Lava Muda
ALT = Aliran Lava Tua
61
hamburan dengan variasi yang tinggi ditunjukkan oleh bentuklahan ALA. Bentuklahan ALA ini juga menunjukkan nilai rataan paling tinggi dibandingkan
bentuklahan aliran lava lainnya sehingga dapat diketahui bahwa ALA dengan polarisasi HV memiliki nilai hamburan yang relatif tinggi. Hal ini
mengindikasikan kontribusi tanaman penutup lava tanaman perdu dan rumput- rumputan masih cukup signifikan. Nilai rataan paling rendah dan beberapa nilai
ekstrim ditunjukkan oleh bentuklahan K. Kedekatan nilai rataan ditunjukkan oleh bentuklahan AL3 dan ALT.
Pada ketiga polarisasi tersebut dapat diketahui bahwa polarisasi searah parallel polarization yaitu polarisasi HH dan VV memperlihatkan karakteristik
nilai hamburan yang hampir sama pada setiap bentuklahan aliran lava dan kawah. Hal ini juga ditunjukkan oleh Dierking and Haack 1998 yang menyatakan
bahwa beda fase phase dan amplitudo antara komponen VV dan HH saja sudah cukup menyediakan informasi tentang tanaman penutup lahan pada permukaan
lava. Sebaliknya karakteristik berbeda yang sangat jelas ditunjukkan oleh
polarisasi silang cross polarization. Hal ini memperlihatkan bahwa jenis polarisasi sangat mempengaruhi hasil identifikasi objek di permukaan bumi,
selain ditentukan juga oleh kekasaran permukaan. Hal menarik yang dapat ditunjukkan oleh ketiga jenis polarisasi tersebut adalah bahwa bentuklahan ALA
memiliki nilai variasi paling tinggi dibandingkan bentuklahan lainnya. Hal ini disebabkan karena ALA merupakan aliran lava paling muda dari G. Guntur yaitu
letusan pada tahun 1847. Material yang dikeluarkan pada saat letusan dapat berupa batuan, kerikil ataupun abu gunungapi yang belum mengalami pelapukan
ataupun erosi yang lanjut sehingga tekstur permukaan material masih sangat kasar yang mempengaruhi nilai hamburan balik backscatter obyek. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa proses pelapukan weathering belum banyak berpengaruh nyata pada aliran lava tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian Dierking dan
Haack 2008 yang menunjukkan bahwa nilai hamburan pada aliran lava sangat bervariasi. Aliran lava muda dan paling kasar dapat diidentifikasi dengan mudah
pada citra karena memiliki intensitas hamburan balik yang besar dengan polarisasi silang. Selain itu Lilliesand dan Kieffer 1990 juga menyatakan bahwa sinyal
62
balik tinggi adalah yang diterima dari lereng yang menghadap sensor, obyek yang kasar, dan obyek dengan kelembaban tinggi.
Identifikasi bentuklahan ini, selain dapat ditunjukkan melalui analisis keterpisahan statistik, dapat juga ditunjukkan dengan analisis visual melalui
keterpisahan spektral. Analisis keterpisahan visual disajikan dalam bentuk diagram pencar Gambar 30. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
bentuklahan kawah dan aliran lava dari ketiga diagram memiliki keterpisahan yang cukup baik. Hal ini dikarenakan morfologi dari kawah dan aliran lava sangat
berbeda sehingga mempengaruhi hamburan balik pada gelombang elektromagnetik yang dipancarkan.
Hamburan balik tersebut sangat sensitif terhadap kekasaran permukaan. Hal ini juga ditunjukkan pada analisis keterpisahan statistik Gambar 29.
Diagram pencar juga menunjukkan keterpisahan pada tiap aliran lava. Aliran lava yang dapat diidentifikasi terdiri dari aliran lava 1, aliran lava 2, aliran lava 3,
aliran lava tua, aliran lava muda dan aliran lava termuda. Dari peta geologi dapat diketahui bahwa aliran lava muda merupakan hasil letusan tahun 1840 sedangkan
aliran lava termuda hasil letusan tahun 1847. Pada kombinasi HH-VV terlihat bahwa aliran lava 1, aliran lava 3 dan aliran lava muda tidak dapat dipisahkan
secara baik. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh kombinasi polarisasi VV-HV dan HH-HV. Sedangkan untuk aliran lava 2, aliran lava termuda, dan aliran lava tua
dapat dipisahkan secara baik pada ketiga kombinasi polarisasi. Kombinasi yang menunjukkan keterpisahan terbaik dari seluruh kombinasi
adalah kombinasi VV-HV sehingga dapat diketahui bahwa identifikasi aliran lava menggunakan polarisasi dual polarization dual-pol telah cukup memadai. Selain
itu, hal ini memperlihatkan bahwa polarisasi silang cross-polarization dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan jenis aliran lava. Penelitian
pendahulu menunjukkan bahwa intensitas citra pada polarisasi HV atau pada kombinasi HV-HH-VV dengan band L dan polarisasi silang cross-polarization
yang diperoleh pada sudut kemiringan incident angle besar sangat optimal untuk interpretasi geologi Dierking dan Haack 2008. Selain itu, Rodriguez et al.
2001 menunjukkan bahwa nilai polarisasi silang cross-polarization pada data
63
a
b
c Gambar 30. Analisis Visual Kombinasi Polarisasi a kombinasi HH dan VV, b
kombinasi VV dan HV, dan c kombinasi HV dan HH Citra PALSAR G. Guntur.
50 100
150 200
250 300
350 400
100 200
300 400
500
VV ribuan
HH ribuan
Kombinasi HH dan VV
Kawah Aliran Lava 1
Aliran Lava 2 Aliran Lava 3
Aliran Lava Tua Aliran Lava Termuda
Aliran Lava Muda
50 100
150 200
250 300
100 200
300 400
VH ribuan
VV ribuan
Kombinasi VV dan HV
Kawah Aliran Lava 1
Aliran Lava 2 Aliran Lava 3
Aliran Lava Tua Aliran Lava
Termuda Aliran Lava Muda
50 100
150 200
250 300
350 400
450
50 100
150 200
HH ribuan
VH ribuan
Kombinasi HV dan HH
Kawah Aliran Lava 1
Aliran Lava 2 Aliran Lava 3
Aliran Lava Tua Aliran Lava Termuda
Aliran Lava Muda
64
SIR-C dengan polarisasi HV dapat meningkat seiring dengan peningkatan usia aliran lava. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa jenis polarisasi selain dapat
digunakan untuk identifikasi aliran lava dapat juga digunakan untuk estimasi usia aliran lava.
5.5. Klasifikasi