V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Geomorfologi
Interpretasi geomorfologi G. Guntur melalui studi bentuklahan didasarkan pada aspek morfologi, morfogenesis, morfokronologi serta struktur dan litologi
penyusunnya. G. Guntur merupakan kerucut termuda kompleks G. Guntur- Gandapura yang terletak di sebelah baratlaut-tenggara. Kompleks gunung api ini
terdiri dari beberapa pusat erupsi antara lain Windu-Malang-Putri, Kancing, Gandapura, Randukurung, Putri-Katomas-Cikakak, Pasir Malang, Gajah, Agung,
Cidadali, Ayakan-Wayu-Laja, dan Picung termasuk beberapa lubang Cileungsing, Pasir Panggulaan, Pasir Laku, Masigit dan yang terkecil yaitu Batususun dan
Guntur Purbawinata 1990. Banyak kerucut vulkanik yang terbentuk di sekitar G. Guntur yang membuktikan bahwa erupsi gunungapi ini tidak selalu terjadi pada
lokasi yang sama Sutawidjaja et al., 1998. G. Guntur adalah gunungapi yang berumur kuarter 1,8 juta tahun lalu
dan letusan yang tercatat mengalami erupsi pertama kali adalah letusan tahun 1690. Erupsi G. Guntur menghasilkan produk vulkanik antara lain berupa kerucut
vulkanik dan kawah beserta aliran yang dihasilkan pada setiap aktivitasnya. Kebanyakan produk dari G. Guntur seperti aliran lava dan pyroklastik mengalir ke
arah tenggara Purbawinata, 1990. Di bagian bawah yaitu pada lereng-lereng kaki G. Guntur yang landai
tersusun oleh deposit lahar yang terbentang luas. Dataran lahar ini tersusun atas blok-blok lava andesit dan basaltik baik yang berukuran kerakal hingga bongkah-
bongkah, membentuk sudut yang tumpul dengan ukuran sedang hingga kecil dan tertanam dalam matriks pasir kasar. Deposit lahar berasal dari abu yang jatuh dari
puncak pada saat terjadinya erupsi atau yang meluncur pada lereng yang terjal saat musim hujan. Menurut Purbawinata 1990 lahar yang terdapat di bagian sisi
selatan kerucut G. Guntur sebenarnya berasal dari abu G. Galunggung saat terjadi letusan pada tahun 1982. Gunungapi ini berlokasi 60 km di sebelah tenggara dan
lahar yang dihasilkan bercampur dengan material piroklastik G. Guntur. Lokasi deposit lahar saat ini dimanfaatkan sebagai pemukiman dan lokasi wisata oleh
penduduk sekitar G. Guntur.
40
G. Guntur bagian barat bersebelahan dengan G. Putri-Katomas dimana hasil letusan G. Guntur berupa pyroklastik dan material lainnya menutupi bagian
puncak dari gunungapi ini. Selain itu, bagian selatan G. Guntur bersebelahan dengan G. Kabuyutan. Pada bagian timur G. Guntur dapat ditemukan endapan
aluvial yang tersusun atas fragmen batuan beku dalam dengan matriks pasir yang bersifat lepas. Daerah ini terdapat di sepanjang aliran sungai Citiis, Cimanuk
kawah Gandapura dan danau Pangkalan. Morfologi komplek G. Guntur memiliki kemiringan yang sangat bervariasi
antara 2° - 75°. Kemiringan landai 10° sampai 30° umumnya terdapat pada dareah pemukiman seperti kota Garut, Kadung Ora, Leles, Taragong dan Cipanas
sedangkan untuk kemiringan terjal terdapat disekitar puncak G. Guntur Analisis geomorfologi menjadi aspek penting dalam identifikasi
bentuklahan melalui interpretasi citra. Identifikasi bentuklahan pada citra didasarkan pada aspek morfologi terkait dengan bentuk dan ukuran dari obyek
yang terdapat di G. Guntur. Sebagai contoh, bentuklahan aliran lava dapat ditentukan berdasarkan bentuk aliran lava yang memanjang menyerupai lidah
yang mungkin bertampalan dan berselang-seling dan berasosiasi dengan kawah Gunungapi. Lava yang kental akan membentuk aliran yang tebal dengan tepi yang
terjal dan menonjol sedangkan lava cair membentuk aliran yang tipis kurang dari 15 m. selain melalui bentuk, identifikasi bentuklahan lava pada citra dapat
didasarkan pada warnarona yang ditampilkan citra. Secara umum, rona pada aliran lava baru yang belum lapuk dan belum tertutup vegetasi akan berwarna
gelap. Aspek morfogenesis didominasi oleh proses-proses vulkanik, sedangkan aspek morfokronologi lebih memperlihatkan kronologi aliran-aliran lava
mengikuti struktur atau susunan lava dari atas hingga dibawahnya termasuk yang diketahui umurnya melalui tahun letusan. Untuk aspek litologi lebih didominasi
oleh batuan lava basaltik produk dari aktivitas G. Guntur. Intrepretasi geomorfologi ini dapat dilakukan secara visual menggunakan citra yang
beresolusi tinggi, yaitu citra Optik IKONOS yang dipadukan dengan data hasil pengamatan langsung di lapang.
Interpretasi visual citra IKONOS yang diunduh dari perangkat lunak Google Earth menghasilkan 17 jenis bentuklahan, yaitu 3 bentuklahan kawah, 1
41
Gambar 18. Citra IKONOS Google Earth G. Guntur, Garut
42
Gambar 19. Peta Bentuklahan G. Guntur Hasil Analisis Citra IKONOS Google Earth
43
bentuklahan kubah lava, 9 bentuklahan aliran lava, 3 bentuklahan tubuh kerucut, dan 1 bentuklahan terdegradasi. Citra IKONOS Google Earth yang digunakan
dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 18 dan hasil interpretasi disajikan pada Gambar 19.
5.1.1. Kawah Crater
Kawah G. Guntur merupakan hasil dari erupsi eksplosif yang terjadi berkali-kali dengan tipe letusan strombolian tampak lebih dominan yang
dicirikan dengan banyaknya endapan lapilli berbentuk skori. Pada gunungapi ini terdapat 3 bentuklahan kawah yaitu Crater 1, Crater 2, dan Crater 3. Untuk
Crater 1 hasil dari letusan G. Guntur yang lebih tua dibandingkan dengan kawah-
kawah lainnya dan terletak di sebelah barat dari puncak kerucut. Bentukan ini ditandai oleh tekstur dinding kawah yang lebih halus dan telah ditumbuhi oleh
vegetasi berupa semak belukar. Bentuk kawah ini sudah tidak lagi berbentuk lingkaran sempurna karena tertutup oleh bentukan kawah baru lainnya. Crater 2
merupakan bentukan hasil letusan berikutnya setelah kawah 1 terbentuk. Kawah ini terletak di bagian utara puncak kerucut dan ditandai dengan tekstur dinding
kawah yang agak halus namun hanya ditumbuhi oleh vegetasi berupa rumput- rumputan. Crater 3 merupakan bentukan hasil letusan terbaru sehingga bentukan
lingkar kawah sangat terlihat dengan jelas. Kawah ini ditandai dengan tekstur batuan pada dinding kawah yang masih sangat kasar dan membentuk cekungan
yang agak dalam. Bagian dalam dari cekungan tersebut telah ditumbuhi oleh beberapa jenis vegetasi seperti semak dan rumputan. Menurut Direktorat
Vulkanologi Indonesia 1998, di bentuklahan kawah G. Guntur terdapat beberapa titik solfatara dan fumarol yang mengeluarkan CO
2
, H
2
O dan oksida belerang SO
2
dan SO
3
. Gambar kawah crater G. Guntur disajikan pada Gambar 20.
5.1.2. Kubah Lava Lava Dome
Bentuklahan ini merupakan hasil akumulasi lava di dalam kawah gunungapi. Citra memperlihatkan bahwa tekstur pada batuan dinding kubah agak kasar dan telah
ditumbuhi oleh vegetasi jenis semak di bagian tengah kubah. Menurut Direktorat Vulkanologi Indonesia 1998 di kubah lava G. Guntur ditemukan batuan
berkomposisi gelas pada bagian tepi tubuh kubah lava. Hal ini juga terlihat pada
44
citra yang ditunjukkan oleh garis setengah melingkar dengan rona terang dan bertekstur halus yang terletak pada tepi kubah.
a b
Sumber : Citra IKONOS Google Earth G. Guntur
c d Gambar 20. Kawah G. Guntur a, crater 1 b, crater 2 c, dan crater 3 d
pada Citra IKONOS Google Earth Skala 1 : 13.800
Sumber : Citra IKONOS Google Earth G. Guntur
Gambar 21. Kubah Lava G. Guntur pada Citra IKONOS Google Earth Skala 1 : 13.800
45
5.1.3. Lereng Bawah Kerucut Vulkanik Terdegradasi Degraded Lower Slope
Volcanic Cone
Pada awalnya bentuklahan ini berasal dari aliran lava yang didominasi oleh tipe lava basalt bersifat porfiritik dengan mineral-mineral olivin, augit,
hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas. Namun selanjutnya bentuklahan ini mengalami degradasi oleh proses
antropogenik berupa kegiatan penambangan yang lebih dikenal dengan istilah galian C atau penambangan sirtu pasir dan batu yang berasal dari batuan beku
andesit-basaltis, tanah lempung hasil pelapukan batuan vulkanik, pasir sungai Suhadi et al., 2001 sehingga bentukan asli telah berubah. Pada citra, diatas
bentuklahan ini terlihat sangat jelas ditandai dengan jalur transportasi yang dibuat oleh manusia untuk mempermudah pengangkutan bahan galian. Gambar
bentuklahan Degraded Lower Slope Volcanic Cone G. Guntur disajikan pada Gambar 22.
Sumber : Citra IKONOS Google Earth G. Guntur
Gambar 22. Degraded Lower Slope Volcanic Cone G. Guntur pada Citra IKONOS Google Earth Skala 1 : 13.800
5.1.4. Aliran Lava Lava Flow
Aliran lava merupakan bentuklahan yang mendominasi tubuh G. Guntur sebagai hasil erupsi vulkanik yang berasal dari magma yang keluar ke permukaan bumi.
Berdasarkan hasil pengamatan lapang, sebagian besar merupakan lava basaltik tipe pahoehoe dan aa, dan sebagian tipe aliran lava bongkah blocky lava flows
yaitu lava yang relatif kental, berkomposisi basalt andesit dengan tekstur permukaan kasar berbongkah-bongkah kecil Direktorat Vulkanologi Indonesia,
1998. Pada G. Guntur, dapat diidentifikasi 9 bentuklahan aliran lava yang masih dapat diamati secara jelas yaitu aliran lava 1lava flow 1, aliran lava 2 lava flow
46
2, aliran 3 lava flow 3, aliran lava 4 lava flow 4, aliran lava 5 lava flow 5 aliran lava 6 lava flow 6, aliran lava 1840, aliran lava 1847, dan aliran lava
tua older lava flow. Aliran lava 1 lava flow 1 merupakan aliran lava yang posisinya berada di atas
aliran lava 3. Aliran lava ini berbentuk membundar seperti kipas pada bagian ujung dan mengalir ke arah selatan. Aliran lava berada pada lereng yang agak
landai dan memiliki struktur berbongkah dengan sudut tajam dan berongga vesicular. Bentuklahan ini telah ditumbuhi oleh vegetasi jenis semak. Pada citra
telihat garis-garis melengkung pada permukaan aliran lava yang menunjukkan massa lava mengalir mengikuti arah kontur sehingga permukaan aliran lava
tampak bergelombang. Aliran lava 2 lava flow 2 merupakan bentuklahan dengan ujung aliran yang membundar membentuk seperti kipas dan mengalir ke arah
selatan pada lereng yang agak curam. Aliran lava 3 lava flow 3 merupakan aliran yang terletak di kaki kerucut G. Guntur. Aliran ini berbentuk memanjang dengan
ujung membundar. Melihat bentuk dan ukurannya, aliran lava 1 tampaknya berasal dari magma yang encer atau volume yang besar sehingga mengalir jauh
mencapai kaki kerucut hingga lereng yang agak landai. Aliran lava ini mempunyai struktur berbongkah dengan sudut tajam dan berongga vesicular. Aliran lava 4
lava flow 4 merupakan aliran yang memanjang ke sebelah selatan dari kawah. Pada bagian tengah aliran menyempit membentuk lembah dikarenakan pusat
aliran lava berada di bagian tengah dari aliran ini. Aliran lava ini memiliki struktur berbongkah dengan sudut tajam dan vesicular. Aliran lava 5 Lava Flow
5 merupakan bentuklahan yang memanjang hingga kaki kerucut dan mengarah ke
arah tenggara. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bentuklahan ini berwarna kehitaman dengan tekstur pasir kasar. Daerah sekitar bentuklahan ini telah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tegalan dan kebun campuran. Aliran Lava 6 Lava Flow 6 merupakan bentuklahan yang berada paling bawah dan tertutupi
bentuklahan lainnya. Berdasarkan pengamatan, lapangan lava ini menyerupai lidah dengan tekstur pasir kasar, berwarna agak kehitaman, dan terdiri atas batuan
andesit. Menurut Purbawinata 1990 kandungan SiO
2
pada bentuklahan ini sebesar 59,12. Keenam aliran lava ini berkomposisi basal, porfiritik dengan
mineral olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam
47
masadasar gelas Direktorat Vulkanologi Indonesia, 1998. Gambar aliran lava lava flow G. Guntur disajikan pada Gambar 23.
a b
c d
Sumber : Citra IKONOS Google Earth G. Guntur
e f
Gambar 23. Aliran lava 1 a, Aliran lava 2 b, Aliran lava 3 c, Aliran lava 4d, Aliran lava 5 e, dan Aliran lava 6 f pada Citra IKONOS
Goole Earth Skala 1 : 13.800.
Aliran lava tua older lava flow merupakan aliran lava yang usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan aliran-aliran lava lainnya yang disebutkan di atas.
Stratigrafi aliran lava ini berada di urutan bawah dan tertutupi oleh aliran-aliran lava muda dan endapan piroklastik. Aliran lava ini tersebar di sebelah tenggara
tubuh gunungapi. Aliran lava tua berbentuk kipas yang memanjang pada bagian
48
atasnya dimana dan pada bagian tepi terdapat aliran yang membentuk cabang kecil yang terlihat mulai lapuk berdasarkan pengamatan lapang. Aliran lava tua
berada pada ketinggian 500-750 m dan tersusun atas lava dengan matrik pasir kasar coklat kekuningan.
Aliran lava 1840 merupakan aliran lava hasil erupsi pada tahun 1840 yang mengalir dari kawah G. Guntur ke arah tenggara. Aliran ini membentuk
morfologi lidah memanjang dan sempit namun di bagian ujungnya melebar seperti tapal kuda sebagai akumulasi aliran lava yang berasal dari lereng atasnya. Aliran
ini berada pada ketinggian 1.000-1.250 m dpl dan berujung di daerah Cipanas sekitar 400 m sebelah utara lokasi pemandian Cipanas. Lembah membentuk
cekungan huruf V dengan kedalaman 20-50 m dan keimiringan lereng berkisar antara 30°-45°. Pada bagian tengah tubuh aliran lava terdapat percabangan aliran
lava ke arah tenggara. Menururut Direktorat Vulkanologi Indonesia 1998 aliran lava ini berkomposisi basalt SiO
2
51,56 dengan low-K tholeiite dan blok lava berwarna gelap, porfiritik dengan mineral-mineral olivin, augit, hipersten,
plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas Direktorat Vulkanologi Indonesia, 1998. Bentuk aliran lava tergantung pada kekentalan lava
yang mengalir, semakin tinggi kandungan silikat SiO2 dan Alumunium Al
2
O
2
pada lava maka semakin tinggi kekeantalannya. Lava yang paling cair adalah lava basaltik dengan kandungan silikat dan alumunium sekitar 65 Lillesand dan
Kiefer, 1990. Berdasarkan hasil pengamatan lapang, pada ujung bagian tenggara aliran, dibangun suatu tanggul pada kedua ujungnya oleh penduduk setempat
setinggi 30 m sejauh 400 m untuk menanggulangi aliran lahar jika hujan lebat terjadi di atas gunungapi ini.
Aliran lava 1847 merupakan aliran lava hasil erupsi terakhir pada tahun 1847. Aliran lava ini menutupi bagian puncak kerucut hingga lereng tengah
bagian selatan tubuh. Aliran lava ini membentuk beberapa cabang aliran memanjang yang bersambungan dan berujung pada bagian leher kerucut. Aliran
lava ini berada pada ketinggian di atas 1.750 m. Hasil erupsi terakhir ini berkomposisi basaltis SiO
2
51,29, porfiritik dengan mineral-mineral olivin, augit, hipersten, plagioklas dan magnetit sebagai fenokris dalam masadasar gelas
Direktorat Vulkanologi Indonesia, 1998. Aliran lava ini mempunyai kemiringan
49
lereng 35°-50° dengan struktur permukaan berbongkah bersudut tajam dan vesikular. Gambar aliran lava ini disajikan pada Gambar 24
a b
Sumber : Citra IKONOS Google Earth G. Guntur
c Gambar 24. Aliran lava tua a, Aliran lava 1840 b, dan Aliran lava 1847 c di
G. Guntur pada Citra IKONOS Google Earth Skala 1 : 13.800
5.1.5. Tubuh Kerucut Vulkanik
Kerucut vulkanik merupakan tubuh gunungapi yang secara umum berbentuk kerucut yang dihasilkan dari erupsi vulkanik dan memiliki lereng
bervariasi dari agak miring hingga sangat curam. Kerucut ini tersusun atas blok- blok lava dengan tekstur dominan pasir berwarna cokelat kekuningan dan aliran
piroklastik berupa susunan blok-blok lava yang memiliki tekstur pa sir kasar. Pada tubuh kerucut G. Guntur dapat diidentifikasi empat bentuklahan yaitu 1 Lereng
atas tubuh kerucut upper slope volcanic cone, 2 Lereng tengah kerucut vulkanik middle slope volcanic cone, 2 Lereng bawah kerucut vulkanik lower
slope volcanic cone , dan 3 Kaki lereng vulkanik volcanic foot slope.
50
Lereng atas tubuh kerucut upper slope volcanic cone meliputi kawah dan aliran lava 1847. Lereng tengah kerucut vulkanik middle slope volcanic cone
merupakan bentuklahan yang berada pada bagian tengah tubuh kerucut G. Guntur. Bentuklahan ini terbentuk dari aliran lava dan material pyroklastik dan ditandai
oleh lereng yang miring hingga terjal dan merupakan bidang luncur untuk aliran lava dan aliran pyroklastik. Lereng tengah kerucut tersusun atas blok-blok lava
dan bom vulkanik dengan matriks pasir kasar berwarna abu kehitaman hingga kecokelatan karena proses pelapukan. Blok lava basalt berwarna kehitaman,
dengan ukuran bervariasi sekitar 5-20 cm dan berstruktur skori scorea. Lereng bawah kerucut vulkanik lower slope volcanic cone merupakan
bentuklahan yang berada di bagian bawah dari lereng tengah kerucut vulkanik. Bentuklahan ini mengarah ke arah barat kerucut dan pada bagian ujungnya
berbentuk kipas pada lereng yang agak landai. Berdasarkan pengamatan lapang, bentuklahan ini tersusun atas fragmen lava basaltik dan andesitik serta bom
vulkanik dengan struktur skori berukuran bervariasi sekitar 5-10 cm dan berwarna abu-abu kehitaman. Bentuklahan ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk lahan pertanian. Kaki lereng vulkanik volcanic foot slope merupakan bentuklahan yang
berbentuk seperti kipas, berada pada bagian paling dari bawah kerucut vulkanik, sehingga umumnya mempunyai lereng landai hingga sangat landai. Proses
geomorfik yang terjadi pada bentuklahan ini adalah proses deposisi. Bentuklahan ini telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman oleh masyarakat
sekitar gunungapi. Gambar tubuh kerucut disajikan pada Gambar 25.
5.2. Interpretasi Geomorfologi dari Citra PALSAR