Lereng atas tubuh kerucut upper slope volcanic cone meliputi kawah dan aliran lava 1847. Lereng tengah kerucut vulkanik middle slope volcanic cone
merupakan bentuklahan yang berada pada bagian tengah tubuh kerucut G. Guntur. Bentuklahan ini terbentuk dari aliran lava dan material pyroklastik dan ditandai
oleh lereng yang miring hingga terjal dan merupakan bidang luncur untuk aliran lava dan aliran pyroklastik. Lereng tengah kerucut tersusun atas blok-blok lava
dan bom vulkanik dengan matriks pasir kasar berwarna abu kehitaman hingga kecokelatan karena proses pelapukan. Blok lava basalt berwarna kehitaman,
dengan ukuran bervariasi sekitar 5-20 cm dan berstruktur skori scorea. Lereng bawah kerucut vulkanik lower slope volcanic cone merupakan
bentuklahan yang berada di bagian bawah dari lereng tengah kerucut vulkanik. Bentuklahan ini mengarah ke arah barat kerucut dan pada bagian ujungnya
berbentuk kipas pada lereng yang agak landai. Berdasarkan pengamatan lapang, bentuklahan ini tersusun atas fragmen lava basaltik dan andesitik serta bom
vulkanik dengan struktur skori berukuran bervariasi sekitar 5-10 cm dan berwarna abu-abu kehitaman. Bentuklahan ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk lahan pertanian. Kaki lereng vulkanik volcanic foot slope merupakan bentuklahan yang
berbentuk seperti kipas, berada pada bagian paling dari bawah kerucut vulkanik, sehingga umumnya mempunyai lereng landai hingga sangat landai. Proses
geomorfik yang terjadi pada bentuklahan ini adalah proses deposisi. Bentuklahan ini telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman oleh masyarakat
sekitar gunungapi. Gambar tubuh kerucut disajikan pada Gambar 25.
5.2. Interpretasi Geomorfologi dari Citra PALSAR
Dalam ilmu penginderaan jauh dikenal ada 2 sistem penginderaan, yaitu penginderaan jauh pasif dan aktif. Pada penginderaan jauh pasif, informasi
dikirim melalui gelombang elektromagnetik yang berasal dari energi matahari, sedangkan penginderaan jauh aktif, gelombang elektromagnetik berasal dari
perangkat radar yang digunakan. Pada penginderaan jauh ini, gelombang elektromagnetik sangat sensitif terhadap kekasaran permukaan, sifat dielektrik
dan efek geometri permukaan bumi. Oleh karena itu informasi yang direkam oleh sensor merupakan hasil pengukuran dari hamburan balik backscatter yang
51
diterima sensor. Pada penelitian ini, data penginderaan jauh pasif yang digunakan adalah citra IKONOS Google Earth dapat telah dijelaskan sebelumnya pada
subbab 5.1. sedangkan untuk penginderaan jauh aktif digunakan citra PALSAR.
a b
Sumber : Citra IKONOS Google Earth G. Guntur
c Gambar 25. Lereng tengah kerucut vulkanik middle slope volcanic cone a,
Lereng bawah kerucut vulkanik lower slope volcanic cone b, dan Lereng kaki vulkanik volcanic foot slope c G. Guntur pada Citra
IKONOS Google Earth Skala 1 : 13.800.
Citra PALSAR yang digunakan pada penelitian ini adalah citra ALOS PALSAR CEOS IA L1.1, mempunyai panjang gelombang 24,0 cm pada spektrum
gelombang mikro dan memakai frekuensi band-L 1270 MHz. Dengan panjang gelombang ini diharapkan akan dapat meminimalkan efek serapan absorption
atmosferik sehingga pengaruhnya terhadap komposisi spektral radiasi tidak terlalu besar selama dilakukan transmisi sinyal. Band-L pada sistem radar bekerja pada
panjang gelombang yang maksimal sehingga memungkinkan untuk pencitraan radar dan memiliki potensi sangat baik dalam menembus obyek vegetasi Sabins,
2007.
52
Selain panjang gelombang, sifat khas transmisi sinyal sistem radar dipengaruhi oleh polarisasi yang digunakan. Pada citra PALSAR ini digunakan
polarisasi linier yang terdiri dari tiga kombinasi polarisasi transmisi dan penerimaan untuk menghasilkan citra komposit. Citra PALSAR polarisasi penuh
memiliki 4 polarisasi linier yaitu HH, HV, VH dan VV. Dikarenakan berlakunya teori reciprocity pada akuisisi tunggal, dimana HV=VH maka kombinasi linier
yang dapat digunakan adalah kombinasi band HH, band HV dan band VV yang dimasukkan secara berurutan kedalam kanal merah, hijau dan biru.
Proses filtering yang dilakukan dengan menggunakan JS Lee Filter dengan ukuran jendela 5x5 menghasilkan piksel pada citra yang relatif lebih
homogen dibandingkan sebelum proses filtering Gambar 26. Hal ini dikarenakan proses filter berfungsi untuk mengurangi derau noise pada citra. Pada citra yang
belum dilakukan proses filter Gambar 26a, terlihat adanya variasi piksel yang beragam sehingga tekstur pada kenampakan citra menjadi lebih kasar dan rona
pada obyek masih beragam. Hal ini mengakibatkan identifikasi obyek pada citra menjadi agak sulit dan berpengaruh terhadap tingkat ketelitian klasifikasi citra.
Sedangkan pada citra yang telah dilakukan proses filtering Gambar 26b, piksel pada citra menjadi lebih homogen dengan tekstur yang lebih halus sehingga batas
antar obyek menjadi lebih jelas. Ukuran filter ini juga digunakan oleh Joyce et al. 2009 dalam pemanfaatan tipe data dan teknik penginderaan jauh untuk
mendeteksi aliran lahar pada Gunung Ruapehu, New Zeland. Hasil penelitian Riansyah 2008 menunjukkan bahwa filter JS Lee Refined Filter menghasilkan
citra yang lebih baik dibandingkan filter lainnya. Interpretasi citra PALSAR seperti halnya interpretasi pada citra lainnya
juga didasarkan pada unsur interpretasi, antara lain ronawarna, tekstur, bentuk dan ukuran. Secara umum, kategori penutupan lahan dibagi menjadi hutan,
vegetasi non-hutan, dan non-vegetasi. Interpretasi dilakukan pada citra komposit dengan kombinasi HH, HV dan VV pada kanal merah, hijau dan biru. Tabel 8
menunjukkan hasil interpretasi penutupan lahan pada citra PALSAR.
53
Sumber : Citra ALOS PALSAR CEOS IA L1.1 Tahun 2009 a
b Gambar 26. Citra PALSAR G. Guntur Sebelum Filter a dan Sesudah Filter b.
Tabel 8. Interpretasi Penutupan Lahan pada Citra PALSAR G. Guntur Tahun 2009
Kategori Penutupan
Lahan Karakteristik Fisik
Interpretasi Gambar
Hutan hutan hujan tropis
warna hijau terang tekstur sedang
memiliki batas tidak teratur
berada di perbukitan dengan lereng sedang
hingga terjal
hutan ditanami berbagai jenis tanaman tertentu
warna hijau terang
tekstur lebih halus
Vegetasi Non-Hutan
terbentuk setelah penebangan hutan
warna campuran merah dan
hijau dengan rona terang
semak belukar merupakan campuran
antara rumput, semai, serta anakan bambu dan
pohon warna hijau terang dan
bercampur merah biasanya terlihat
kenampakan warna putih yang tersebar
54
terdapat pada berbagai kemiringan lereng landai
hingga terjal
tekstur kasar
sawah warna hijau dan rona
gelap jika dalam kondisi tergenang air
tekstur halus bentuk teratur biasanya
berbentuk pesegi terdapat pada lereng
miring hingga landai dan berada dekat dengan
pemukiman
tegalan warna campuran merah
muda dan hijau tekstur kasar
berada pada lereng miring hingga landai
bentuk tidak teratur
Non- Vegetasi
airdanausitusungai memiliki rona gelap
berbentuk tidak beraturan atau memanjang dan
berkelok-kelok
tekstur halus
pemukimanperumahan warna merah muda
dengan rona terang pola teratur dan memusat
tekstur kasar dengan bentuk persegi seragam
berada pada lereng yang landai
lahan kosong warna merah dan
memiliki rona gelap jika tanah tergenang air
Tabel 8. Lanjutan
55
Interpretasi penggunaan lahan sangat penting untuk proses interpretasi bentuklahan landform, karena seringkali terdapat hubungan yang erat antara
penggunaan lahan dan bentuklahan Tjahjono et al., 2009b. Oleh karena itu, kunci interpretasi di atas dapat digunakan sebagai penunjang dalam identifikasi
bentuklahan. Menurut Musyarofah et al. 2010 kombinasi band yang paling sesuai
untuk identifikasi obyek seperti vegetasi, daerah pemukiman, sawah, lahan terbuka dan ladang adalah kombinasi HH, HV, HH-HV. Sedangkan untuk
identifikasi obyek dengan tekstur permukaan horizontal yang halus, kombinasi polarimetri yang dapat digunakan adalah kombinasi HH, HV, HHHV atau
kombinasi HH, HV, HH+HV. Interpretasi bentuklahan yang dilakukan pada G. Guntur juga didasarkan
pada unsur-unsur interpretasi yang telah disebutkan sebelumnya. Pada G. Guntur dapat diidentifikasi 2 bentuklahan utama berupa kawah dan aliran lava yang dapat
dipilahkan menjadi 7 bentuklahan yang lebih detil Gambar 27. Kawah ditunjukkan dengan rona gelap dan berbentuk elips dengan bagian tengah
membentuk cekungan. Rona gelap pada bentuklahan kawah disebabkan oleh bayangan pada dinding kawah. Bagian sisi tepi kawah ditunjukkan dengan warna
hijau disebabkan vegetasi berupa semak yang tumbuh disekitar kawah. Kawah memiliki tekstur yang halus. Sedangkan aliran lava ditunjukkan dengan warna
keunguan dan membentuk serangkaian aliran seperti lidah memanjang. Lava kental andesit memebentuk aliran tebal dengan tepi yang terjal dan menonjol
sedangkan lava cair basalt membentuk aliran tipis dengan tepi yang berbentuk kipas. Rona aliran lava yang belum lapuk dan tidak tertutupi vegetasi berwarna
gelap untuk basalt dan berwarna agak terang untuk andesit. Rona aliran lava terbaru lebih gelap dibandingkan dengan yang telah lapuk dan bervegetasi. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 27g yang merupakan aliran lava hasil letusan pada tahun 1840. Aliran lava muda memiliki tekstur yang kasar dan belum ditutupi
oleh vegetasi. Hasil Interpretasi citra PALSAR G. Guntur disajikan pada Gambar 27.
56
a b
c d
e f
57
Sumber : Citra ALOS PALSAR CEOS IA L1.1 Tahun 2009 g h
Gambar 27. Hasil training area PALSAR G. Guntur a, Kawah b, Aliran Lava 1c, Aliran Lava 2 d, Aliran Lava 3 e, Aliran Lava
Termuda f, Aliran Lava Muda g, dan Aliran Lava Tua h G. Guntur.
Berdasarkan hasil interpretasi ini, jika dibandingkan dengan hasil interpretasi sebelumnya citra IKONOS maka dapat diketahui bahwa pada Citra
PALSAR hanya dapat diidentifikasi sebanyak 1 kelas kawah dan 6 kelas aliran lava berdasarkan interpretasi visual. Seperti diketahui pada citra IKONOS dapat
diidentifikasi 3 kelas kawah, 1 kelas kubah lava, 9 kelas aliran lava, 3 kelas tubuh kerucut, dan 1 kelas bentuklahan terdegradasi. Perbedaan hasil interpretasi
tersebut disebabkan karena perbedaaan resolusi spasial dari masing-masing citra yang berpengaruh terhadap kedetilan kenampakan dan ketajaman interpretasi.
Citra PALSAR memiliki ukuran piksel 19,41 x 14,94 m sedangkan citra IKONOS 4 x 4 m pada mulitispektral dan 1 m pada pankromatik. Ukuran sel dalam hal ini
menentukan keakuratan kenampakan obyek Barus dan Wiradisastra, 2000. Oleh karena itu, pada citra IKONOS lebih banyak obyek yang dapat diidentifikasi
dibandingkan dengan obyek pada citra PALSAR karena semakin tinggi resolusi spasial akan semakin rinci informasi yang dapat ditangkap oleh sistem sensor.
Dierking and Haack 1998 juga memperlihatkan bahwa SAR polarimetri dapat digunakan untuk memisahkan aliran lava dengan tipe bentuklahan lainnya
karena radar sangat sensitif terhadap kekasaran permukaan dan sifat dielektrik. Gambar 28 dibawah ini menunjukkan kekasaran permukaan lava pada G. Guntur.
58
Gambar 28. Kekasaran permukaan aliran lava G. Guntur, Garut 27 September 2010
5.3. Keterpisahan Spektral