Latar Belakang Perunut hidrokimia sebagai indikator kinerja pengelolaan DAS studi kasus DAS Ciliwung Hulu

pendek responnya dapat segera terlihat, seperti perubahan praktek-praktek penggunaan lahan, pemanfaatan irigasi dari reservoir, kampanye mitigasi banjir dan kekeringan melalui konservasi air, dan penyediaan tangki air minum. Sedangkan untuk jangka panjang, meliputi perubahan jenis tanaman dan pembangunan reservoir penyimpan. Pengelolaan sumberdaya air baik kualitas maupun kuantitas semakin penting baik di pulau Jawa maupun luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dll. Dengan karakteristik permasalahan yang berbeda, pendekatan yang dilakukan tentu saja berbeda. Di pulau Jawa terutama wilayah Jabodetabek, permasalahannya terjadi karena kepadatan penduduk over population serta terjadinya degradasi dan deplesi sumberdaya air. Di pulau Jawa, permasalahan kuantitas dan kualitas air telah menimbulkan konflik kepentingan antara pertanian, industri, dan munisipal, serta antara penggunaan air permukaan dan air tanah seiring dengan pertumbuhan areal perkotaan yang makin cepat. Dengan demikian perbaikan pengelolaan sumberdaya air merupakan hal penting dalam meningkatkan pengelolaan air berkelanjutan Anonim 2006, yang antara lain dapat dilakukan melalui: 1 peningkatan produktivitas air melalui: a praktek budidaya tanaman yang lebih baik yang mencakup perbaikan varietas dan substitusi tanaman, b praktek pengelolaan air yang lebih baik, mencakup pemberian irigasi suplemen yang lebih tepat, re-alokasi air untuk penggunaan dari komoditas yang memiliki nilai ekonomi rendah ke yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan, 2 meningkatkan penyimpanan air melalui pengembangan potensi sumberdaya air, dalam hal ini mencakup pembangunan dam, recharge groundwarer, dan panen air hujan. Dengan demikian kuantifikasi potensi sumberdaya air sangat diperlukan untuk mendukung perbaikan pengelolaan sumberdaya air.

2.2 Perkembangan Penelitian Tentang Aliran Bawah Permukaan Subsurface

Stormflow Beberapa penelitian tentang aliran bawah permukaan menyatakan bahwa aliran bawah permukaan merupakan aliran tidak jenuh unsaturated flow di dalam zone tidak jenuh unsaturated zone. Namun hasil penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa aliran bawah permukaan merupakan fenomena aliran air jenuh atau mendekati jenuh Weiler McDonnell, Meerveld, dan Uchida 2005. Aliran bawah permukaan juga termasuk air tanah dan airbumi soil water dan groundwater. Air tanah soil water atau zone tidak jenuh adalah area di dalam profil tanah yang memiliki matrik potensial 0 kPa, sedangkan groundwater atau zone jenuh didefinisikan sebagai area di dalam profil tanah yang memiliki matrik potensial ≥ 0 kPa. Aliran bawah permukaan menggambarkan semua proses limpasan aliran air yang terjadi di lerenghillslope dekat permukaan tanah yang menghasilkan hidrograf aliran selama kejadian hujan. Aliran ini bergabung langsung ke dalam aliran pada jalur preferensial seperti pori makro dan lapisan dengan permeabilitas tinggi. Aliran bawah permukaan yang cepat erat kaitannya dengan kondisi hidraulik dari area jenuh di lereng karena adanya infiltrasi air hujan. Aliran pada skala lereng terdiri dari aliran yang homogen homogeneous matrix flow dan aliran preferensial preferential flow. Aliran homogen terjadi karena area yang jenuh di dalam tanah akan mengalami peningkatan gradient hidraulik yang cepat jika terdapat infiltrasi air. Proses ini terjadi di lereng dimana lapisan tanah dengan permeabilitas tinggi dan kapasitas infiltrasi tinggi terletak di atas lapisan tanah dengan permeabilitas rendah seperti batuan dan horizon argillic. Karena air yang disimpan di lereng relatif besar tergantung jumlah hujan, area lereng sering berkontribusi besar terhadap air tanah di sungai, karena hanya sebagian kecil aliran permukaan yang diperlukan untuk meningkatkan gradient hidraulik di lereng. Proses aliran ini sering digambarkan sebagai translatory flow Burt 1989, transmissivity feedback Rodhe 1987 atau aliran lateral pada lapisan antara tanah dan batuan soil- bedrock interface Tani 1997. Aliran preferential secara lateral terjadi di dalam tanah dimana aliran air dipengaruhi oleh pori makro, atau di area yang memiliki permeabilitas lebih tinggi dibandingkan matriks tanah sekitarnya. Pori makro dalam tanah atau rekahan batuan mengalirkan air lebih efisien dan cepat dari lereng menuju sungai Beven dan Germann 1982. Pori makro yang membesar karena adanya erosi atau saling berhubungan satu sama lain disebut soil pipes Anderson dan Burt 1990. Aliran preferensial sering disebut sebagai aliran preferential secara lateral Tsuboyama et al 1994, McDonnell 1990 dan pipeflow Uchida et al 1999. Pergerakan air secara lateral dalam tanah merupakan proses penting dalam pendistribusian air, hara, dan larutan di dalam suatu lingkungan dataran tinggi. Selain sebagai kontributor penting terhadap volume aliran sungai, aliran bawah permukaan juga berperan dalam transpor hara kedalam air permukaan McGlynn dan McDonell 2003. Karena jalur aliran air di bawah permukaan sering menentukan kimia air dan kualitas air, maka karakterisasi jalur aliran bawah permukaan dan asal muasal air penting untuk dipelajari Burns et al 2003. Selain itu aliran bawah permukaan dapat meningkatkan tekanan pori tanah di lahan yang curam Uchida et al 1999 dan dapat memicu terjadinya longsor Montgomery et al 1997, Sidle dan Tsuboyama 1992. Oleh karena itu proses aliran bawah permukaan mendapat perhatian utama dan penting dalam hidrologi. Weiler et al 2005 mengemukakan bahwa aliran permukaan tidak selalu terjadi sekalipun pada hujan dengan intensitas tinggi. Air terinfiltrasi kedalam zone perakaran dan mengalir secara lateral di dalam tanah atau pada lapisan antara tanah dan batuan. Gambar 2 memperlihatkan konsep tentang proses tersebut, yaitu infiltrasi yang terjadi dalam humus dan tanah. Pada profil yang lebih dalam air mengalir secara lateral. Gambar 2 Model Perseptual Aliran Bawah Permukaan menurut Engler 1919 Sumber: Weiler et al 2005.