Penentuan Arah Aliran secara Vertikal dan Lateral

฀τ = Cov X t , X t+ τ Var X t ................................................................15 ฀τ adalah fungsi autokorelasi, Cov Xt, Xt+τ adalah autocovarian, dan Var Xt adalah keragaman. Covarian ditentukan dengan menggunakan persamaan 14, sedangkan keragaman ditetapkan melalui persamaan 15, sebagai berikut: m ___ _____ Cov Xt, Xt+τ = Σ Xit - XtXit+τ - Xt + τm.........................16 j = 1 k __ Var Xt = Σ Xi - X 2 n i n – 1.................................................................17 i=1 ____ Xt merepresentasikan proses stokastik, X rata-rata data, k jumlah kelompok data, dan n adalah jumlah data pengamatan. Fungsi autokorelasi dihitung menggunakan program SPSS for windows release 16.0.

3.3.9 Analisis Konsentrasi dengan Debit Discharge

Untuk mengkuantifikasi hubungan antara proses hidrologi dan hidrokimia yang terjadi selama kejadian hujan, C-Q diagram yang pernah didemonstrasikan oleh Evans dan Davies 1998 dan Evans et al 1999 dipergunakan dalam penelitian ini. Konsentrasi unsur K + , Na + , Ca 2+ , Mg 2+ , SiO 2 , SO 4 2- , NO 3 - , Cl - , dan HCO 3 - sebagai unsur terpilih diplot terhadap debit discharge. Plot data tersebut dikombinasikan dengan plot data debit observasi secara temporal dan variasi unsurnya. Model histeresis Evans dan Davies 1998 digunakan untuk menguji hubungan antara komponen sumber aliran model 3 komponen campuranthe three component mixing model yang ditetapkan melalui separasi hidrograf dan sifat kimia airnya. Histeresis C-Q digunakan untuk menentukan tingkat pencucian flushing unsur. Tiga kriteria digunakan dalam model tersebut untuk mengkarakterisasi tipe histeresis, yaitu: a pola rotasi clockwiseanticlockwise, b bentuk kurva convexconcave, dan c kecenderungantrend positifnegatif dan ini digunakan untuk menentukan ranking dari komponen runoff Tabel 3. Tabel 3 Diagnosa penetapan ranking model tiga komponen runoff Tipe Arah rotasi Bentuk kurva Trend Ranking komponen runoff C1 C2 C3 A1 A2 A3 Searah jarum jam Searah jarum jam Searah jarum jam Berlawanan jarum jam Berlawanan jarum jam Berlawanan jarum jam Cembung Cekung Cekung Cembung Cekung Cekung NA Positive Negative NA Positive Negative C Komp1 C Komp2 C Komp3 C Komp1 C Komp3 C Komp2 C Komp2 C Komp1 C Komp3 C Komp3 C Komp2 C Komp1 C Komp3 C Komp1 C Komp2 C Komp2 C Komp3 C Komp1 Sumber: Evans dan Davies 1998 3.3.10 Menyusun Model Konseptual Hubungan Proses Aliran Permukaan dengan Ketersediaan Air Konsep hubungan proses limpasan dengan ketersediaan air memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1 Secara eksplisit terdapat kaitan antara faktor internal dalam DAS tanah dan larutan unsur kimia dengan pengamatan kimia aliranstream chemistry, 2 Keragaman konsentrasi pelarut di outlet berdasarkan pengukuran mungkin meningkat dibandingkan berdasarkan model. Pengukuran berdasarkan hidrometrik juga akan menunjukkan perbedaaan dibandingkan dengan end member, 3 Hanya mencakup proses di dalam DAS yang mempengaruhi kimia dalam aliran di outlet. Dengan demikian hanya membangun model yang berisi informasi yang memberi pertanda kimia dalam aliran. Model konseptual diharapkan dapat memberikan informasi, antara lain: 1 source sumber limpasan mana yang berkontribusi paling besar terhadap aliran sungai, 2 di wilayah mana lereng atau riparian atau lainnya solute mixing paling intensif terjadi?, 3 di wilayah mana respon aliran akan lebih lambat atau lebih cepat?, 4 di wilayah mana pencucian hara paling banyaksedikit terjadi? IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Karakteristik Sumber Daya Tanah DAS Mikro Cakardipa

Studi kasus penelitian proses limpasan dilakukan di DAS mikro Cakardipa, Sub DAS Cisukabirus, DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat. DAS mikro Cakardipa meliputi areal seluas 60.8 ha terdiri dari 3 kampung yaitu kampung Bojong Keji, Lemah Neundeut, dan Lemah Neundeut Peuntas. Secara administratif termasuk ke dalam Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Identifikasi sumberdaya tanah dilakukan dengan mengamati karakteristik tanah melalui pembuatan profil tanah, minipit, dan pengeboran. Identifikasi sumberdaya tanah dilakukan untuk mengamati bentuk wilayah, lereng, drainase, solum tanah, bahan induk tanah, ketebalan horison, warna, tekstur, keadaan batuan, dan pH tanah. Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan laboratorium, DAS mikro Cakardipa memiliki 10 satuan lahan yang terdiri dari 2 satuan lahan alluvium dan 8 satuan lahan dari bahan volkan. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa satuan lahan alluvium terdiri dari satuan lahan 4 dan 6, masing-masing merupakan jalur aliran sungai kecil dan dataran aluvial. Satuan lahan 4 mempunyai sifat datar memanjang mengikuti jalur aliran anak sungai Cakardipa, memiliki luas 3,63 ha atau 5,98 dari total luas DAS mikro Cakardipa. Tanah berkembang dari bahan induk endapan aluvial berupa pasir, debu, liat, dan kerikil. Pada jalur aliran bagian bawah mempunyai drainase agak terhambat sampai terhambat; kedalaman tanahnya dalam, berlapis-lapis karena adanya proses pengendapan yang berangsur; mempunyai warna kelabu karena proses reduksi yang disebabkan oleh kondisi jenuh air yang cukup lama pada setiap tahunnya; tekstur sedang dan bagian bawahnya berkerikil atau berbatu; reaksi tanah agak masam; diklasifikasikan sebagai Fluvaquentic Endoaquepts. Sedangkan pada jalur aliran bagian hulu, mempunyai tanah berlapis; drainase sedang; ketebalan tanahnya dalam; tekstur sedang; di bagian bawah berkerikil; warna coklat sampai coklat kekuningan; reaksi tanah masam sampai agak masam; diklasifikasikan sebagai Fluventic Dystrudepts. Satuan lahan 6 berupa dataran aluvial, merupakan pertemuan antara anak sungai Cakardipa dengan sungai Cisukabirus. Satuan lahan ini sangat sempit hanya meliputi areal 0,39 ha atau 0,64 dari total luas DAS mikro Cakardipa. Tanahnya mempunyai drainase agak terhambat; ketebalan tanah dalam; berlapis; warna kelabu; tekstur sedang; dan bagian bawahnya berkerikil atau berbatu; reaksi tanah agak masam; diklasifikasikan sebagai Fluvaquentic Endoaquepts. Tanah yang berkembang dari bahan volkan dibedakan ke dalam 8 satuan lahan berdasarkan bentuk wilayah, posisi dan tingkat kemiringan lereng, serta penggunaan lahan. Satuan lahan 22 dan 23 terdapat pada satuan fisiografi aliran lahar dan lava berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah berbukit memanjang. Kedua satuan lahan ini terdapat di bagian punggung dengan lereng berturut-turut agak melandai 3- 8 dan melandai 8-15. Tanahnya berkembang dari bahan induk endapan lahar; drainase sedang sampai baik; solum tanah dalam sampai sangat dalam; warna coklat sampai coklat kekuningan; tekstur lempung berdebu sampai lempung; struktur lemah sedang gumpal; BD ringan; reaksi tanah masam; diklasifikasikan sebagai Typic Hapludands Andosol coklat kekuningan. Satuan lahan 27, terdapat pada satuan fisiografi aliran lahar dan lava berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah berbukit memanjang, terdapat di bagian sisi lereng dengan tingkat kemiringan curam 15-30. Posisinya terdapat di bagian punggung di hulu DAS mikro Cakardipa Kampung Lemah Neundeut. Tanahnya berkembang dari bahan induk endapan lahar yang diendapkan secara berangsur, membentuk tanah tertimbun buried; drainase sedang sampai baik; solum tanah dalam; warna coklat sampai coklat kemerahan; tekstur lempung berdebu sampai lempung; struktur lemah sedang gumpal; BD ringan; reaksi tanah masam; diklasifikasikan sebagai Typic Hapludands Andosol coklat. Satuan lahan 28 terdapat pada satuan fisiografi aliran lahar dan lava berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah berbukit memanjang, terdapat di bagian sisi lereng dengan tingkat kemiringan terjal 30-45. Posisinya terdapat di bagian sisi lereng terjal di Kampung Lemah Neundeut sampai Bojong Keji. Tanahnya berkembang dari bahan induk endapan lahar yang diendapkan secara berangsur; drainase sedang sampai baik; solum tanah dalam, warna coklat sampai coklat kekuningan; tekstur lempung berdebu sampai lempung; struktur lemah sedang gumpal; BD ringan; reaksi tanah masam; diklasifikasikan sebagai Typic Hapludands Andosol coklat kekuningan. Selanjutnya satuan lahan 30 terdapat pada satuan fisiografi aliran lahar dan lava berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah berbukit memanjang terdapat di bagian punggung lereng dengan tingkat kemiringan terjal 3-8. Posisinya terdapat di bagian punggung lungur di Kampung Lemah Neundeut sampai Bojong keji di bagian sebelah kiri jalur aliran sungai Cakardipa. Tanahnya berkembang dari bahan induk endapan lahar yang diendapkan secara berangsur; drainase agak terhambat; solum tanah dalam; warna coklat sampai coklat kekuningan, dengan karatan berwarna hitam dan coklat kemerahan; tekstur lempung berdebu sampai lempung; struktur lemah sedang gumpal; terdapat lapisan bajak pada kedalaman antara 20-30 cm setebal 5-10 cm; BD sedang; reaksi tanah masam, diklasifikasikan sebagai Aquic Dystrudepts Andosol coklat. Satuan lahan 32 dan 34 terdapat pada satuan fisiografi aliran lahar dan lava berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah berbukit memanjang terdapat di bagian sisi lereng dengan tingkat kemiringan melandai berturut-turut 8-15 dan 30-45. Posisinya terdapat di bagian punggung lungur di Kampung Lemah Neundeut sampai Bojong Keji, di bagian sebelah kiri jalur aliran sungai Cakardipa. Tanahnya berkembang dari bahan induk endapan lahar yang diendapkan secara berangsur; drainase agak terhambat; solum tanah dalam; warna coklat sampai coklat kekuningan, dengan karatan berwarna hitam dan coklat kemerahan; tekstur lempung berdebu sampai lempung; struktur lemah sedang gumpal; BD 0-8-0,9; reaksi tanah masam, diklasifikasikan sebagai Aquic Dystrudepts Andosol coklat. Yang terakhir adalah satuan lahan 35 yang terdapat pada satuan fisiografi aliran lahar dan lava berupa lungur volkan dengan bentuk wilayah berbukit kecil dengan tingkat kemiringan terjal 30-45. Posisinya terdapat di bagian punggung lungur di Kampung Bojongkeji Desa Sukagalih di bagian sebelah kiri jalur aliran sungai Cakardipa. Tanahnya berkembang dari bahan induk endapan lahar yang diendapkan