Karakteristik Sumber Daya Tanah DAS Mikro Cakardipa

Tabel 6 Karakteristik Hujan dan Debit DAS Mikro Cakardipa untuk setiap episode yang tercatat selama bulan Oktober – Pebruari 2010. Episode Hujan – Debit Curah Hujan mm Intensitas Hujan Maksimum mm 5 mnt -1 Debit Maksimum L dtk -1 Koefisien Aliran Permukaan Waktu Naik Menit Waktu Konsentra- si menit 13 -10 - 09 14,2 3,8 10,7 0,03 35 25 14 -10 - 09 31,2 8,6 21,2 0,23 35 15 22 - 10 - 09 55,9 8,6 28,3 0,20 30 15 24 - 10 - 09 21,3 4,3 17,7 0,22 35 20 27 - 10 - 09 48,3 7,1 22,0 0,21 40 20 31 - 10 - 09 61,5 10,2 58,2 0,39 45 40 11 - 11 - 09 38,1 5,8 16,3 0,18 45 20 17 - 11 - 09 14,5 8,4 21,4 0,59 30 10 10 - 02 - 10 30,5 10,9 44,6 0.53 40 10 Pada kejadian episode hujan-debit tanggal 17 Nopember 2009, terlihat bahwa walaupun curah hujan hanya 14,5 mm, akan tetapi koefisien aliran permukaan mencapai 0,59 , lebih dari dua kali lipat koefisien aliran permukaan yang terjadi selama episode 22 Oktober 2009 yang memiliki curah hujan 55,9 mm dan intensitas hujan maksimum yang lebih tinggi yaitu sebesar 8,6 mm 5mnt -1 . Pada kejadian 17 Nopember 2009, beberapa hari sebelumnya telah terjadi beberapa hujan yang walaupun sedikit tapi mampu menjenuhkan kelembaban tanah sehingga curah hujan yang jatuh pada tanggal 17 Nopember sebagian besar menjadi aliran permukaan. Berdasarkan analisis grafis terhadap pasangan data hujan-debit, diketahui selama periode Oktober 2009 – Februari 2010, waktu konsentrasi DAS Mikro Cakardipa bervariasi antara 10 hingga 40 menit. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan butir hujan yang jatuh pada tempat terjauh di bagian hulu untuk mencapai outlet. 101

IX. SIMPULAN DAN SARAN

9.1 Simpulan

Hasil penelitian yang disajikan pada simpulan ini bersifat spesifik lokasi, yaitu sebagai berikut: 1 Efektivitas perunut hidrokimia dari hasil analisis ialah Ca dan SO 4 , sehingga kedua unsur tersebut dapat dipertimbangkan sebagai perunut konservatif pada DAS mikro Cakardipa. 2 Tiga komponen separasi hidrograf yang diprediksi dengan end member mixing analysis EMMA menggunakan perunut Ca dan SO 4 menunjukkan bahwa airbumi, air tanah, dan air hujan merupakan sumber utama aliran di DAS mikro Cakardipa, berturut-turut berkontribusi sebesar 47,3, 28, 24,7. 3 Keragaman hidrokimia secara spasial sangat dipengaruhi oleh dinamika perilaku aliran bawah permukaan yang melalui lereng atas, lereng bawah dengan sungai. Konsentrasi unsur hidrokimia pada air tanah soil water lebih besar daripada air bumi groundwater. Aliran air vertikal di lereng bagian bawah menyebabkan terjadinya akumulasi unsur hara. Besaran dan arah aliran bawah permukaan dapat mengakibatkan perubahan konsentrasi hidrokimia secara spasial dan temporal. Informasi perilaku hidrologi dan hidrokimia dalam suatu DAS bermanfaat dalam menyusun perencanaan pengelolaan pertanian di daerah berlereng. 4 Berdasarkan metode Evans dan Davies ternyata Mg, SO 4, dan NO 3 merupakan unsur hidrokimia yang memiliki tingkat flushing pencucian yang paling tinggi di DAS Mikro Cakardipa, memiliki bentuk kurva cekung dengan arah rotasi searah jarum jam dan trend positif dalam hal ini C air bumi C air hujan C air tanah termasuk model C2. 5 Berdasarkan integrasi antara pengamatan hidrometrik dan hidrokimia diketahui terdapat hubungan yang erat antara aliran air di lereng bagian atas dengan perilaku unsur hara di lereng bagian bawah dimana pencucian unsur hara terjadi dengan intensif. Pada awal kejadian hujan peran air hujan sangat besar. Selanjutnya pada saat hidrograf meningkat sampai mencapai puncakya, aliran vertikal mencapai 102 kedalaman yang lebih besar di lereng agak atas, dan peran air bumi meningkat dari aliran airbumi sebelumnya. Pada saat kurva hidrograf menurun, debit airbumi menurun dibandingkan pada puncak hujan.

9.2 Saran

Penelitian ini terlaksana dengan melalukan beberapa pendekatan melalui metodologi yang telah banyak dilakukan di luar negeri oleh para peneliti hidrologi proses. Untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif tentang perilaku hidrokimia di dalam DAS, perlu dikembangkan penelitian sejenis pada masa yang akan datang, didukung oleh peralatan yang lebih memadai. Persamaan – persamaan dan model matematik serta penggunaan perangkat Sistem Informasi Geografis juga perlu dikembangkan dalam menyusun dinamika aliran bawah permukaan . Karena teknik pemisahan aliran permukaan ini dapat mengkuantifikasi sumber source limpasan yang sangat penting dalam mendesain stuktur hidraulik, evaluasi model hujan-aliran permukaan, mempelajari proses pengendalian banjir, serta pendugaan dan pengurangan kontaminasi air. V DINAMIKA ALIRAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KERAGAMAN SPASIAL DAN TEMPORAL HIDROKIMIA

5.1 Pendahuluan

Di beberapa negara, penelitian tentang proses limpasan dalam suatu daerah tangkapan atau DAS berdasarkan perunut hidrokimia sudah banyak dilakukan. Keragaman hidrokimia yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh proses-proses hidrokimia spesifik lokasi, namun juga karena adanya proses transport aliran airnya. Pemahaman tentang proses limpasan penting karena diperlukan dalam upaya pengelolaan DAS dan implikasinya dalam pengendalian banjir dan kesehatan lingkungan sungai. Pengetahuan tentang dinamika jalur aliran air termasuk transpor harapelarut sangat diperlukan dalam upaya mempelajari perubahan kandungan hidrokimia dalam suatu DAS yang terjadi pada saat hujan. Secara alami, produksi pelarut melalui pembentukan batuan seimbang dengan yang terbawa oleh aliran air dan hilang selama terjadinya reaksi kimia. Proses-proses ini menyebabkan perubahan komposisi kimia di dalam tanah sama seperti perubahan hidrokimia di dalam suatu DAS, dengan besaran yang bervariasi sesuai dengan jenis tanahnya. Memahami hubungan antara proses limpasan dengan perilaku hidrokimia di dalam DAS tidak hanya dalam jangka pendek pada saat kejadian hujan, namun keragaman berdasarkan musim juga akan mempengaruhi perubahan hidrokimia sebagai bagian dari proses hidrologi. Aliran air di dalam suatu DAS bervariasi secara spasial dan temporal sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan kimia air di dalam DAS tersebut. Hal ini terjadi karena adanya transpor pelarut solute transport di dalam aliran air yang menyebabkan pelarut menyebar secara spasial dan temporal, sehingga keragaman transpor pelarut merupakan faktor penting dalam menentukan keragaman pelarut. Tidak hanya aliran permukaan yang berkontribusi terhadap proses limpasan tetapi juga kandungan kimia yang terdapat di dalamnya. Proses perubahan komposisi kimia dalam aliran selama terjadinya hujan dipelajari pada bagian ini dengan menggunakan data pada tanggal 14 Pebruari 2010.

5.2 Karakteristik Curah Hujan

Karakteristik curah hujan pada tanggal 14 Februari 2010 yang digunakan dalam mempelajari dinamika aliran bawah permukaan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 16. Curah hujan maksimum pada episode hujan ini mencapai 3.6 mm 5 mnt -1 atau 42.7 mm jam -1 . Gambar 16 Intensitas hujan dan debit sesaat pada episode 14 Pebruari 2010 di DAS mikro Cakardipa, Sub DAS Cisukabirus, DAS Ciliwung Hulu.

5.3 Dinamika Aliran Bawah Permukaan Pada Saat Hujan

Aliran air bervariasi secara vertikal dan lateral dalam skala waktu. Data-data tinggi hidrolik berdasarkan pengamatan melalui tensiometer dan piezometer menunjukkan bahwa aliran air ke bawah dan aliran di lereng ke arah sungai berfluktuasi dalam skala waktu Gambar 17. Pada saat terjadi aliran air secara vertikal unsur hara akan terangkut ke lapisan tanah yang lebih dalam, sedangkan pada saat terjadi aliran air secara lateral unsur hara akan terangkut ke alur sungai. Untuk menggambarkan dinamika aliran bawah permukaan digunakan episode hujan tanggal 14 Februari 2010. Pada saat awal terjadinya hujan, aliran air mengalir secara vertikal. Aliran kemudian menjadi aliran lateral karena adanya penambahan 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 20 40 60 80 100 120 :00 2 :0 4 :00 6 :00 8 :00 1 :0 12 :00 14 :00 16 :00 18 :00 20 :00 22 :00 :00 2 :00 4 :00 6 :0 8 :00 1 :0 In te n si ta s h u ja n m m 5 m n t -1 D eb it L d tk -1 Waktu intensitas hujan Debit