165 sebelum krisis 1993-1996, rata-rata nilai ekspor produk pertanian adalah sebesar
US 2816.1 juta per tahun. Kemudian pada masa krisis 1997-1999 nilai ekspor komoditi pertanian secara rata-rata mengalami kenaikan dibandingkan dengan
sebelum krisis yaitu menjadi sebesar US 2936.9 juta per tahun. Setelah melalui masa krisis, yaitu 2000-2005 ekspor komoditi pertanian megalami kemerosotan,
dengan nilai ekspor rata-rata menjadi sebesar US 2603.1 juta per tahun. Tapi pada kurun waktu tahun 2006-2009 ekspor pertanian secara rata-rata kembali
meningkat menjadi US 3990.1 juta per tahun. Apabila dilihat dari kontribusi secara relatif lihat Tabel 8, ternyata pada
masa krisis 1997-1999 kontribusi nilai ekspor pertanian terhadap total nilai ekspor non migas adalah 7.96 persen, secara rata-rata lebih rendah jika
dibandingkan dengan kontribusi sebelum krisis, yakni 8.74 persen Walaupun nilai ekspor pertanian kondisinya terus membaik, terutama sejak tahun 2002 hingga
tahun 2005, akan tetapi secara rata-rata nilai ekspor pertanian adalah menurun menjadi sebesar US 2603.1 lebih rendah jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Demikian juga secara relatif menurun menjadi rata-rata 5.21 persen per tahun.
6.2.7. Keragaman Ekspor Komoditas Pertanian
Ekspor hasil-hasil pertanian Indonesia terdiri dari berbagai jenis komoditas. Baik dari jenis komoditas maupun volume atau nilainya terus
mengalami peningkatan. Beberapa jenis komoditas ekspor diantaranya adalah : kopi, teh, biji coklat, rempah-rempah, ikan, udang, buah-buahan, sayur-sayuran,
tanaman obat, serta bahan-bahan nabati lainnya. Untuk mengetahui jenis-jenis komoditas ekspor pertanian Indonesia dapat dilihat melaui Tabel 17.
166 Keragaman jenis komoditas ekspor seperti yang telah disebutkan di atas,
adalah berdasarkan kelompok sektor produksi. Selain pembagian menurut kelompok sektor produksi, jenis-jenis komoditi ekspor dan impor dapat juga
dikelompokkan berdasarkan Standard of International Trade Classification, SITC Badan Pusat Statistik, 2006. Dengan klasifikasi ini, barang-barang ekspor dan
impor dikelompokkan menjadi 10 golongan besar dengan kode 0 hingga 9. Masing-masing golongan tersebut dapat dirinci hingga enam digit. Sehingga
dengan rincian tersebut memungkinkan untuk membuat neraca perdagangan setiap komoditas. Namun dalam studi ini tidak melakukan rincian berdasarkan
SITC, karena dalam studi ini lebih bersifat agregatip. Meskipun dilihat dari jenis komoditas maupun ekspor pertanian terus meningkat sebagai penghasil devisa,
akan tetapi dilihat dari komposisi ekspor pertanian masih terkonsentrasi pada beberapa jenis komoditas tertentu saja. Pada Tabel 17, ekspor pertanian lebih
didominasi oleh sekitar 5 jenis komoditas utama yang memiliki nilai perolehan devisa terbesar dari seluruh jenis komoditas ekspor pertanian, yakni kopi, biji
coklat, rempah-rempah, udang dan ikan. Dari kelima jenis komoditas utama tersebut, pada saat sebelum krisis
1993-1996 yang menjadi penyumbang devisa terbesar adalah komoditas udang, bahkan pada masa krisis maupun setelah krisis, ekspor komoditas udang kembali
tetap mendominasi perolehan devisa mulai tahun 1997-2005 masing-masing sebesar 34.7 persen dan 34.08 persen, kemudian pada periode 2006-2009
mengalami penurunan, secara rata-rata kontribusinya 23.46 persen per tahun.
167
Tabel 17. Nilai Ekspor Hasil-Hasil Pertanian Indonesia, Tahun 1993-2009
Tahun Getah
karet Kopi
Udang T e h
Rempah- rempah
Tembakau Biji
coklat Ikan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 1993
1.57 21.46
34.45 3.32
4.75 1.74
7.97 10.61
1994 1.50
24.72 35.67
3.17 4.88
1.64 7.58
11.69 1995
1.46 20.63
35.73 2.96
7.42 1.71
7.77 12.87
1996 1.58
20.21 34.87
3.75 5.41
2.58 9.03
12.89 Rata-
Rata 1.53
21.76 35.18
3.30 5.62
1.92 8.09
12.01 1997
1.49 23.61
47.26 3.97
11.00 4.26
13.84 17.88
1998 0.52
15.75 27.40
2.95 7.55
3.61 10.41
9.72 1999
0.36 15.28
29.57 3.07
12.45 2.63
9.85 13.43
Rata- Rata
0.79 18.21
34.74 3.33
10.33 3.50
11.37 13.68
2000 0.29
11.51 37.03
4.00 11.61
2.34 8.70
13.26 2001
0.31 7.48
38.55 3.88
7.14 3.31
11.34 14.71
2002 0.26
8.52 32.72
3.82 7.25
2.59 20.30
14.70 2003
0.49 9.94
33.75 3.63
7.37 1.76
16.25 16.79
2004 0.59
11.28 33.01
2.60 6.16
1.83 14.83
18.86 2005
0.22 17.28
29.40 1.67
4.79 2.18
16.26 16.68
Rata- Rata
0.36 11.00
34.08 3.27
7.39 2.34
14.61 15.83
2006 0.42
17.33 29.13
1.52 5.60
1.70 18.43
14.26 2007
0.34 17.32
25.17 2.00
7.07 1.55
17.03 15.80
2008 0.36
21.57 21.37
2.73 6.19
1.61 18.68
15.35 2009
0.29 18.89
18.17 3.32
5.50 2.15
25.00 14.61
Rata- Rata
0.35 18.78
23.46 2.39
6.09 1.75
19.79 15.01
Tabel 17. Lanjutan Tahun
Biji- bijian
Mutiara Damar
Sayur- sayuran
Buahan Lainnya
Jumlah 1
10 11
12 13
14 15
16 1993
0.30 0.66
0.80 1.77
2.36 8.24
100.00 1994
0.31 0.73
0.97 1.69
1.04 4.41
100.00 1995
0.40 0.40
1.01 1.50
1.00 5.13
100.00 1996
0.27 0.42
1.28 1.33
1.64 4.73
100.00 Rata-Rata
0.32 0.55
1.02 1.57
1.51 5.63
100.00 1997
0.38 0.71
1.57 1.12
2.22 17.57
100.00 1998
0.30 0.62
0.45 0.44
1.14 19.14
100.00 1999
0.21 0.68
0.73 0.92
2.59 8.23
100.00 Rata-Rata
0.30 0.67
0.92 0.83
1.98 14.98
100.00 2000
0.28 0.94
0.92 1.02
2.08 6.04
100.00 2001
0.21 1.03
0.73 1.23
1.30 8.76
100.00 2002
0.38 0.44
0.88 1.29
1.78 5.07
100.00 2003
0.47 0.68
0.82 1.31
2.14 4.59
100.00 2004
0.93 0.24
0.67 1.20
2.46 5.36
100.00 2005
1.08 0.38
0.58 1.25
2.56 5.67
100.00 Rata-Rata
0.56 0.62
0.77 1.22
2.05 5.91
100.00 2006
1.11 0.40
0.98 1.27
2.88 4.95
100.00 2007
0.98 0.36
1.02 1.10
3.09 7.18
100.00 2008
0.59 0.31
0.70 0.99
2.73 6.83
100.00 2009
0.60 0.51
0.97 1.56
2.39 6.03
100.00 Rata-Rata
0.82 0.40
0.92 1.23
2.77 6.25
100.00
Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1994-2010 data diolah
168 Perkembangan ekspor udang yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
dan memiliki nilai ekspor terbesar menjadikan komoditas udang sebagai primadona ekspor hasil pertanian. Sementara kontribusi ekspor biji kopi pada
tahun 2000 hingga 2001 menurun, dan kembali meningkat sejak tahun 2002 hingga 2005, walaupun belum pulih seperti periode sebelumnya, namun pada
periode 2006-2009 kembali meningkat rata-rata 18.78 peren. Komoditas lainnya yang sangat potensial menghasilkan devisa adalah komoditas ikan. Ekspor ikan
memiliki ranking ketiga setelah udang dan kopi. Perkembangan ekspor ikan semenjak tahun 1994 cukup stabil hingga 2002. Sejak tahun 2003 penerimaan
devisa ekspor ikan menunjukkan trend meningkat, bahkan semenjak 2001 ekspor ikan telah mengungguli komoditas kopi dan biji coklat, dimana pada periode
2006-2009 ekspor ikan telah meningkat rata-rata 15.01 persen pertahun. Ekspor biji coklat cukup stabil, walaupun mengalami naik turun, tetapi
dalam variasi yang relatif kecil, bahkan pada tahun 2002 ekspor biji coklat meningkat cukup tajam, mengungguli komoditas ekspor pertanian lainnya, kecuali
udang. Dan dari periode 2000-2005 ke 2006-2009, ekspor biji coklat telah meningkat secara rata-rata dari 14.61 persen menjadi 19.79 persen. Di samping
biji coklat, ekspor komoditas rempah-rempah juga berperan dalam penerimaan devisa, dan perkembangannya dari tahun ke tahun tidak terlalu fluktuatif. Namun
nilainya relatif di bawah komoditas ekspor utama lainnya. Dari gambaran komoditas ekspor pertanian di atas, sangat jelas komoditas
unggulan dari sektor pertanian hanya terdiri dari lima jenis komoditas, bahkan yang benar-benar unggul hanya empat, yakni udang, kopi, ikan, dan biji coklat,
sementara komoditas lainnya belum berkembang dengan baik. Kondisi ini
169 menunjukkan bahwa, masih besarnya potensi sejumlah komoditas ekspor
pertanian yang harus ditingkatkan, baik terhadap komoditas unggulan maupun ragam komoditinya, serta perluasan jumlah negara tujuan ekspornya.
6.2.8. Permasalahan Perdagangan Luar Negeri Komoditas Pertanian