Pengaruh ekspor produk pertanian dan industri manufaktur terhadap kinerja makroekonomi Indonesia

(1)

PENGARUH EKSPOR PRODUK PERTANIAN DAN

INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP KINERJA

MAKROEKONOMI INDONESIA

SAIMUL

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan disertasi saya yang berjudul :

PENGARUH EKSPOR PRODUK PERTANIAN DAN INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI

INDONESIA

Merupakan gagasan saya atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2012

SAIMUL


(3)

ii ABSTRACT

SAIMUL. Effect of Agricultural Products Exports and Manufacturing Industry on Indonesia’s Macroeconomic Performance. (MANGARA TAMBUNAN as Chairman, RINA OKTAVIANI and MUHAMMAD FIRDAUS as Members of the Advisory Committee).

Exports of agricultural products and manufacturing are the prime exports of Indonesia compared with other exports, and is expected to continue increasing its role in the national economy. But in reality, they faced many obstacles, making difficult to improve the role both agricultural exports and manufacturing toward Indonesia's macroeconomic performance. Until now, the development of agricultural export performance is relatively slow, even stagnant, while the development of manufacturing industry export have decreased, although they have a large role to non-oil and gas exports. Therefore, this research was conducted to uncover problems that occur in both of exports. The research done using the quarterly time series data (1990.1 - 2009.4), and the approach of analysis using Vector Error Correction Model (VECM). The result of this research showed that the influence of agricultural products export, non agro industry, and agro industry on Indonesia’s macroeconomic performance are positive, but it’s relatively small for short and long term. Meanwhile, if it is viewed from its ability to explain the variability in the performance of macroeconomic variables, the agricultural export have a relatively greater ability than export of non agro and agro industry.

Key words: Agricultural Exports, Manufacturing Exports, Macroeconomic Performance, VECM.


(4)

RINGKASAN

SAIMUL. Pengaruh Ekspor Produk Pertanian dan Industri Manufaktur terhadap Kinerja Makroekonomi Indonesia. (MANGARA TAMBUNAN sebagai Ketua, RINA OKTAVIANI, dan MUHAMMAD FIRDAUS, sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Sektor pertanian dan industri manufaktur merupakan sektor yang menjadi sumber unggulan ekspor Indonesia dibandingkan dengan sumber ekspor lainnya, dan diharapkan dapat terus meningkatkan peranannya dalam perekonomian nasional. Namun dalam perjalannya masih banyak hambatan yang dihadapi, sehingga yang terjadi sampai saat ini adalah sulitnya meningkatkan peranan kedua sektor terhadap kinerja makroekonomi Indonesia. Perkembangan Kinerja Sektor pertanian hingga kini relatif lambat, bahkan cenderung satgnan, sementara sektor industri manufaktur walaupun berperan besar dalam perekonomian nasional, tapi pertumbuhannya lambat dan cenderung menurun. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan persoalan yang terjadi pada kedua sektor tersebut melalui (1) menganalisis pengaruh ekspor produk pertanian, ekspor agro, dan nonagro industri pada kinerja makroekonomi Indonesia, (2) mendiskripsikan perkembangan ekspor pertanian, ekspor industri manufaktur, dan kinerja makroekonomi Indonesia, dan (3) merumuskan kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja makroekonomi Indonesia. Hasil penelitian ini dapat diketahui sektor mana yang menjadi sumber utama dalam menentukan kinerja makroekonomi Indonesia. Data yang digunakan adalah data runtut waktu triwulan (1990.1 – 2009.4), pendekatan metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Model(VECM).

Hasil analisis menunjukan bahwa, baik pengaruh ekspor produk pertanian, ekspor agro, dan nonagro industri pada kinerja makroekonomi Indonesia adalah positip, namun pengaruh tersebut masih relatif kecil. Dilihat dari kemampuannya dalam menjelaskan variabilitas variabel kinerja makreoekonomi, maka ekspor produk pertanian memiliki pengaruh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan ekspor agro non agro industri. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam menjelaskan setiap variabel kinerja makroekonomi, yakni PDB, net ekpor, inflasi, dan nilai tukar. Hampir semua variabel kinerja makroekonomi dapat dijelaskan dengan baik oleh ekspor produk pertanian, dan secara rata-rata besaran kontribusi ekspor pertanian terhadap kinerja makroekonomi adalah paling besar, kemudian ekspor nonagro, dan ekspor agro industri.

Persoalan di sektor produksi industri manufaktur, walaupun mampu menciptakan nilai tambah tapi jika dilihat dari pertumbuhan nilai tambahannya selama kurun waktu analisis cenderung menurun dari rata-rata sebesar 11.16 persen sebelum krisis menjadi rata-rata sebesar 4.5 persen pada saat setelah krisis. Persoalan lain pada sektor industri manufaktur selain bersumber dari lingkungan domestik, juga kandungan impor yang sangat tinggi. Dari berbagai permasalahan tersebut menyebabkan produk Indonesia kurang memiliki daya saing, baik di pasaran dalam maupun di pasaran luar negeri.

Sementara shock ekspor agro industri pada kinerja makroekonomi Indonesia, nampaknya sudah menunjukan respon positip terhadap semua variabel makroekonomi Indonesia, namun masih relatif rendah dibandingkan denganshock


(5)

iv yang bersumber dari ekspor pertanian dan ekspor non agro. Sehingga upaya peningkatan perannya dimasa yang akan datang harus dilakukan, karena bahan baku dari agro industri lebih besar bersumber dari produk pertanian dalam negeri.

Dilihat dari hasil analisis menunjukan bahwa, baik shockekspor pertanian maupun shock ekspor manufaktur, terutama ekspor non agro masing-masing memiliki pengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia. Perbedaannya adalah bahwa pengaruh guncangan ekspor pertanian cenderung meningkat dengan proporsi yang relative lebih besar dibandingkan dengan nonagro, sedangkan pengaruh ekspor agro industri memiliki kontribusi yang relatif lebih rendah. Oleh karena itu agar kinerja makroekonomi Indonesia dapat ditingkatkan, maka komitmen pemerintah sebaiknya direalisasikan melalui (1) kebijakan pembangunan di sektor pertanian sebagai prioritas utama untuk meningkatkan produksi pertanian, serta menigkatkan pembangunan sektor industri manufaktur, (2) kebijakan perdagangan luar negeri hendaknya mampu melindungi eksistensi sektor pertanian dan sektor industri manufaktur, dan (3) kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk adalah melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas produksi.


(6)

@Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut

Pertanian Bogor

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor


(7)

vi

PENGARUH EKSPOR PRODUK PERTANIAN DAN

INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP KINERJA

MAKROEKONOMI INDONESIA

SAIMUL

DISERTASI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(8)

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup : 1. Dr.Ir. Luckytawati Anggraeni, M.Si

Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

2. Prof. Dr.Ir. Noer Azam Achsani, M.Sc

Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka :

1. Prof (riset). Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, MS

Peneliti Utama pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) 2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Sc


(9)

viii Judul Disertasi : PENGARUH EKSPOR PRODUK PERTANIAN DAN

INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Saimul Nomor Pokok : A.546010061

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc Ketua

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS Muhammad Firdaus, MSi, Ph.D

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr


(10)

KATA PENGANTAR

Ungkapan rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena karunia dan kasih sayangNya, maka saya memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk menyelesaikan disertasi berjudul : Analisis Pengaruh Ekspor Produk Pertanian dan Industri Manufaktur pada Kinerja Makroekonomi Indonesia. Sangat terasa bagi penulis bahwa dibalik usaha keras dan doa yang penulis lakukan selalu terdapat pertolongan Allah, karena berbagai hambatan dalam proses panjang yang dilalui, penyelesaian disertasi terus berlanjut hingga pada akhirnya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang telah mewujudkannya dalam karya tulis disertasi.

Disertasi ini menyajikan hasil penelitian yang menganalisis pengaruh ekspor produk pertanian dan industri manufaktur terhadap kinerja makroekonomi Indonesia. Dengan menggunakan alat analisis ekonometrik time series, Ekspor Produk Pertanian dan Ekspor Non Agro Industri Manufaktur telah menunukkan kontribusinya bagi pembanggunan di Indonesia, sementara Ekspor Agro Industri peranannya masih relatif kecil. Tinggal bagamana kemauan dan komitmen bersama untuk terus meningkatkannya dimasa yang akan datang, karena alam yang luas dan potensi sumberdaya telah diberikan Tuhan kepada rakyat Indonesia. Pada kesempatan ini penulis secara tulus menyampaikan terima kasih kepada komisi pembimbing atas dorongan, arahan, masukan dan perhatian besar yang diberikan sehingga memperlancar proses penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada :


(11)

x 1. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc selaku ketua komisi pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan pemahaman kepada penulis tentang ruang lingkup dan arah penelitian ini. Juga bimbingan dalam fokus teori yang sesuai dengan topik masalah, serta memberikan berbagai aspek penting untuk dibahas hingga penyajian hasil penelitian. Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan atas segala perhatian dan nasehat yang sangat berharga bagi penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani,MS selaku anggota komisi pembimbing yang dengan keikhlasan telah membantu penulis dalam hal perumusan masalah, cara penulisan yang benar, dan prosedur-prosedur untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam analisis data, serta hal-hal yang berkaitan dengan dorongan semangat untuk penyelesaian disertasi ini. Ucapan terimakasih atas semua arahan yang telah menyadarkan penulis ingin menyelesaikan disertasi ini dengan baik.

3. Muhammad Firdaus, Msi, Phd. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam hal substansi masalah dan tujuan penelitian, hasil-hasil pengolahan data, dan pengukuran variabel yang lebih mendalam. Sehingga temuan-temuan dari hasil penelitian yang lebih baik dapat terungkap. Ucapan terimakasih atas semua masukan yang telah mendorong penulis untuk lebih giat lagi belajar dan menggali secara lebih dalam dan menyajikannya didalam disertasi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku ketua program studi ilmu ekonomi pertanian, yang tidak pernah berhenti memberikan berbagai nasehat, dorongan dan semangat untuk menyelesaikan studi dengan baik


(12)

dan tepat waktu. Satu hal yang sangat penulis cermati, walaupun penulis sendiri belum mampu untuk mengikutinya dengan baik, yakni “jangan menunda-nunda pekerjaan” kerjakan semaksimal mungkin, lalu pasrah kepada Tuhan. Nasehat dan dorongan semangat yang sungguh mendidik penulis untuk membangun diri dan bersikap sebagai seorang pendidik dan harus ada prioritas. Berkat berbagai dorongan tersebut telah memberikan semangat penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang telah membekali ilmu kepada penulis selama kuliah S3.

Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan pengetahuan di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

2. Rektor Universitas Lampung, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan beserta staf yang telah memberikan kesempatan penulis mengikuti studi program doktor di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Teman saya Dr. Adolf Bastian Heatubun, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian disertasi, Ibu Poerwaningsih dan rekan-rekan angkatan 2001 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dorongan dan perhatiannya untuk menyelesaikan studi.


(13)

xii 4. Karyawan sekretariat program studi EPN, ibu Suryani Falatehan, ibu Ruby, dan lainnya, yang telah banyak membantu kelancaran studi saya, dengan sabar dan tulus, mereka ini telah berbuat baik kepada setiap mahasiswa dan dosen program studi ilmu ekonomi pertanian.

5. Tak lupa ucapan terima kasih dan dengan rasa hormat sebesar-besarnya kepada kedua Orang Tua (Alm), semua saudara dan keluarga besarku yang lama menanti penyelesaian studi ini. Terima kasih atas kasih sayang dan doa yang senantiasa diberikan kepadaku.

6. Kepada keluargaku yang tercinta, dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada istriku Rosmala Dewi dan kedua anakku Almira Ardelia dan Alline Fidelia yang telah sabar dan setia menanti penyelesaian studi ini. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, pengorbanan, harapan, dan doa yang telah diberikan kepadaku.

7. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dari berbagai pihak di atas di dunia dan di akhirat, amiin.

Bogor, Februari 2012


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mesir Bahuga, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung pada tanggal 18 September 1960 sebagai anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Razak (alm.) dan Ibu Mas Natun (alm.). Penulis menikah dengan Rosmala Dewi pada tahun 1989 dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Almira Ardelia dan Alline Fidelia.

Pendidikan Tingkat atas penulis selesaikan di SMA Negeri II Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tahun 1980. Penulis melanjutkan ke Pendidikan Sarjana (S1) pada jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung di Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1986. Pada tahun 1990, penulis memperoleh bantuan dana pendidikan Beasiswa dari Bank Dunia (UNDP) untuk melanjutkan pendidikan (S2) pada Program Kajian Kependudukan, Universitas Indonesia Jakarta dan lulus tahun 1993. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan Program Doktor (S3) pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan bantuan dana pendidikan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Pada tahun 1987 penulis diterima menjadi dosen pada jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung. Berdasarkan perjanjian kerjasama UNILA dengan USAHID, penulis pernah menjadi dosen S1 dan S2, dan juga dipercaya sebagai Ketua Jurusan EP, PD II, PD I, dan Dekan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sahid Jakarta, serta Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat USAHID Jakarta, dan juga pernah mengajar di STIE Kusuma Negara di Jakarta.


(15)

xiv

Walaupun hidup ini sebentar, tapi kita harus bermakna bagi sesama. Untuk bermakna, kita harus berjuang keras dan berdoa, maka Tuhan akan bersama kita, amiin Kupersembahkan untuk yang tercinta Istriku Rosmala Dewi, anakku Almira Ardelia dan Alline Fidelia


(16)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN... xxiii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Permasalahan... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 24

1.4. Ruang Lingkup Penelitian... 24

1.5. Keterbatasan Penelitian... 25

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 27

2.1. Peran Penting Perdagangan Luar Negeri ... 27

2.2. Teori Keuntungan Perdagangan Luar Negeri ... 28

2.3. Perdagangan Luar Negeri dan Pertumbuhan Ekonomi... 31

2.3.1. Efek Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perdagangan... 32

2.3.2. Memburuknya Term of Trade dan Pertumbuhan Immiserizing. 35 2.4. Export-Led Growth ... 40

2.5. Peranan Teknologi dalam Perdagangan ... 41

2.6. Pengaruh Perdagangan Luar Negeri terhadap Makroekonomi ... 43

2.7. Review Studi-Studi Terdahulu... 44

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 63

3.1. Kerangka Teori. ... 63

3.1.1. Perdagangan Luar Negeri sebagai Pendorong Pertumbuhan Ekonomi ... 63

3.1.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor Industri Manufaktur... 69

3.1.3. Fungsi produksi Agregat ... 72

3.2. Kerangka Model. ... 77

3.2.1. Teori Vector Autoregression ... 77


(17)

xvi

3.2.1.2. Pengujian Stasioneritas... 83

3.2.1.3. Uji Kointegrasi ... 86

3.2.1.4. Impulse Response dan Variance Decomposition ... 86

3.2.2. Mekanisme Keterkaitan antar Variabel Penelitian ... 88

3.2.3. Model Umum VECM ... 89

IV. METODE PENELITIAN... 91

4.1.Sumber Data dan Variabel... 91

4.2. Identifikasi dan Pilihan Variabel Penelitian ... 92

4.2.1. Identifikasi Variabel ... 92

4.2.2. Pilihan Variabel Penelitian ... 95

4.3. Model Analisis VAR... 98

4.4.Spesifikasi Model VECM... 99

4.5. The Impulse Response Function ... 106

4.6. The Forecast Error Variance Decomposition... 107

4.7. Proses Pengujian dan Estimasi Model ... 107

4.7.1. Uji Stasioner Data... 107

4.7.2. Uji Lag Optimal Vector Autoregression ... 108

4.7.3. Uji Kointegrasi dan Error Correction Model... 110

4.7.4. Impulse Response Function... 112

4.7.5. Forecast Error Variance Decomposition ... 113

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA ... 115

5.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 115

5.2. Perkembangan Makroekonomi Struktural... 116

5.3. Perkembangan Kesempatan Kerja ... 120

5.4. Daya Saing Produk ... 123

5.5. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri ... 124

5.5.1. Perkembangan Ekspor Indonesia... 125

5.5.2. Perkembangan Impor Indonesia ... 129

VI. PERKEMBANGAN INDUSTRI MANUFAKTUR DAN PERTANIAN.... 133

6.1. Kinerja Sektor Industri Manufaktur ... 133


(18)

6.1.2. Kontribusi Sektor Industri Manufaktur... 134

6.1.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Tambah... 138

6.1.4. Perkembangan Ekspor Manufaktur Indonesia ... 140

6.1.5. Perkembangan Investasi di Sektor Industri Manufaktur ... 145

6.1.6. Permasalahan yang Terkait dengan Ekspor Manufaktur ... 146

6.2. Kinerja Sektor Pertanian ... 155

6.2.1. Pentingnya Pertanian ... 155

6.2.2. Perkembangan Sektor Pertanian ... 156

6.2.3. Kontribusi Sektor Pertanian... 157

6.2.4. Perkembangan Investasi di Sektor Pertanian... 159

6.2.5. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian .... 162

6.2.6. Kontribusi Pertanian terhadap Penerimaan Devisa... 163

6.2.7. Keragaman Ekspor Komoditas Pertanian ... 165

6.2.8. Permasalahan Perdagangan Luar Negeri Pertanian ... 169

6.2.9. Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur ... 177

VII. PENGARUH EKSPOR PRODUK PERTANIAN DAN INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI... 183

7.1. Hasil Pengolahan dan Estimasi Sistem Persamaan... 183

7.1.1. Hasil Uji Stasioner ... 183

7.1.2. Hasil Uji Ordo VAR ... 185

7.1.3. Hasil Uji Kausalitas Granger ... 186

7.1.4. Hasil Uji Koentegrasi dan VECM ... 186

7.1.5. Penggunaan Teknik IRF dan Teknik FEVD ... 188

7.2. Hubungan Ekspor dengan Kinerja Makroekonomi ... 189

7.3. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi Indonesia terhadap Guncangan Ekspor Produk Pertanian dan Manufaktur ... 193

7.3.1. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi atas Guncangan Ekspor Non Agro Industri... 193

7.3.2. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi terhadap Guncangan Ekspor Produk Pertanian ... 197

7.3.3. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi terhadap Guncangan Ekspor Agroindustri ... 202

7.3.4. Ringkasan Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi atas Guncangan Ekspor Produk Pertanian dan Manufaktur ... 205


(19)

xviii

7.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Makroekonomi

Indonesia ... 208

7.4.1. Pengaruh Guncangan Ekspor Pertanian dan Manufaktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 209

7.4.2. Pengaruh Guncangan pada Variabel Ekspor Produk Pertanian dan Industri Manufaktur terhadap Net Ekspo ... 211

7.4.3. Pengaruh Guncangan pada Variabel Ekspor Produk Pertanian dan Industri Manufaktur terhadap Inflasi di Indonesia. ... 213

7.4.4. Pengaruh Guncangan Variabel Ekspor Produk Pertanian dan Manufaktur pada Nilai Tukar Rp terhadap Dolar Amerika ... 214

7.4.5. Ringkasan Efektivitas Pengaruh Guncangan Ekspor Produk Pertanian dan Industri Manufaktur terhadap Kinerja Makroekonomi Indonesia... 216

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, SARAN ... 219

8.1. Kesimpulan ... 219

8.2. Implikasi Kebijakan ... 225

8.3. Saran Penelitian Lebih Lanjut ... 228

DAFTAR PUSTAKA... 229


(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Distribusi Persentase PDB atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut

Penggunaannya Tahun 1993 – 2009 ... 8

2. Ratio Perdagangan Luar Negeri (Ekspor + Impor) terhadap PDB riil Indonesia Tahun 1995-2009 ... 11

3. Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Barang Ekonomi Tahun 1996 – 2009... 17

4. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 1993 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993 – 2009 ... 20

5. Ringkasan Studi terdahulu tentang Ekspor-Led growth ... 58

6. Variabel, Ukuran, Simbol, dan Sumber Data... 92

7. Distribusi Persentase PDB atas Dasar Hargan Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993 – 2009 ... 116

8. Struktur Ekspor Non Migas Indonesia Menurut Sektor Tahun 1993-2009 ... 127

9. Komposisi dan Perkembangan Ekspor Menurut Negara dan Wilayah Tujuan, Tahun 2000 - 2009 ... 128

10. Perkembangan Komposisi Impor Menurut Negara Asal dan Wilayah, Tahun 2000 - 2009 ... 130

11. Penggolongan Industri Menurut ISIC Dua Digit ... 133

12. Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Nilai tambah Industri Manufaktur, dan Ekspor Industri Manufaktur, Tahun 1993-2009... 138

13. Ekspor Hasil-Hasil Industri Manufaktur Non Migas ... 142

14. Peringkat Daya Saing Industri Non MIgas Dunia Tahun 2000-2009 ... 149

15. Struktur Biaya Produksi Produk Manufaktur... 152

16. Peranan Masing-Masing Kredit Investasi Perbankan dalam Rupiah dari Investasi Total Menurut Sektor Ekonomi Tahun 1995-2009 ... 161

17. Nilai Ekspor Pertanian Indonesia Tahun 1993-2009 ... 167

18. Hasil Uji Stasioner Variabel Penelitian ... 184

19. Hasil Estimasi Hubungan Jangka Pendek antara PDB dan BOT dengan Ekspor Pertanian, Ekspor Non Agro, Ekspor Agro ... 192

20. Ringkasan Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi atas Guncangan Perdagangan Luar Negeri Pertanian dan Industri Manufaktur dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 206

21. Pengaruh Guncangan pada Variabel Ekspor Produk Pertanian dan Industri Manufaktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 209


(21)

xx 22. Pengaruh Guncangan pada Variabel Ekspor Produk Pertanian dan

Industri Manufaktur terhadap Perkembangan Net Ekspor Indonesia ... 212 23. Pengaruh Guncangan Variabel Ekspor Produk Pertanian dan

Industri Manufaktur terhadap Perkembangan Net Ekspor Indonesia ... 213 24. Pengaruh Guncangan Variabel Ekspor Produk Pertanian dan

Industri Manufaktur pada Nilai Tukar Rupiah per Dolar Amerika ... 216 25. Ringkasan Pengaruh Ekspor Pertanian dan Ekspor Manufaktur pada Kinerja


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pertumbuhan Netral di Negara Kecil ... 33 2. Efek Permintaan pada Volume Perdagangan ketika Pertumbuhan Netral

danTerm of Tradetetap ... 34 3. Kasus Pertumbuhan Immiserizing denganTerm of TradeMenurun ... 36 4. Pertumbuhan Immiserizing Negara A... 37 5. Pertumbuhan Ekonomi Bias ke Kain dan ke Gandum... 43 6. Analisis Pengaruh Positip Ekspor terhadap Pertumbuhan Output ... 66 7. Kerangka Pemikiran Teoritis Keterkaitan dan Efek antara Pertumbuhan

Ekonomi, Perdagangan Luar Negeri Sektor Pertanian dan Sektor

Industri ... 76 8. Pertumbuhan Ekonomi Riil Indonesia, Tahun 1993 – 2009 ... 115 9. Perkembangan Distribusi Konsumsi, Ekspor, dan Impor terhadap

PDB atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993 - 2009 ... 118 10. Pola Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Kesempatan

Kerja, Tahun 1993 – 2009... 122 11. Pertumbuhan Industri Manufaktur, Sektor Pertanian, dan Pertumbuhan

Ekonomi Riil, Tahun 1993-2009... 136 12. Kontribusi Nilai Ekspor Pertanian, Industri Manufaktur, dan Pertambangan

terhadap Total Ekspor Non Migas, Tahun 1993-2009 ... 143 13. Perkembangan Kredit Investasi di Sektor Pertanian dan Sektor Industri,

Tahun 1995-2009 ... 145 14. Distribusi Relatif Pertanian, Industri Manufaktur, dan Pertambangan

terhadap PDB atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993 –2009 ... 158 15. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan ke Sektor Pertanian dalam

Rupiah dan Valuta Asing, Tahun 1993 – 2009 ... 160 16. Kontribusi Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan Sektor Industri

Manufaktur terhadap Total Kesempatan Kerja ... 163 17. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Pertanian selama dari,

Tahun 1993-2009 ... 164 18. Pengaruh Ekspor Industri Manufaktur nonagro terhadap Variabel


(23)

xxii 19. Pengaruh Ekspor Pertanian terhadap Variabel-variabel Ekonomi

Makro Indonesia ... 198

20. Pengaruh Ekspor Agroindustri terhadap Variabel-variabel Ekonomi


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Penelitian ... 237 2. Uji Stasioner... 239 3. Uji Lag Optimal VAR... 243 4. Uji Stabiliisasi ... 243 5. Uji Granger Causality ... 244 6. Uji Kointegrasi-Johansen ... 245 7. Estimasi Persamaan VECM ... 246 8. Impulse Response Function ... 248 9. Forecast Error Variance Decomposition... 251


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan indikator makroekonomi yang menjadi target untuk dicapai tahun berjalan. Indikator makroekonomi yang menjadi sasaran utama untuk dicapai adalah pertumbuhan ekonomi, karena dianggap pertumbuhan ekonomi menjadi titik sentral bagi perkembangan kegiatan perekonomian secara menyeluruh. Bila tercipta pertumbuhan ekonomi, mengindikasikan bahwa berbagai sisi kegiatan ekonomi mengalami peningkatan sehingga dicapai tingkat produksi dan aktivitas yang lebih tinggi. Keadaan ini sekaligus mengatasi masalah utama pembangunan yaitu pengangguran.

Djojohadikusumo (1994) menyatakan jika terjadi pertumbuhan ekonomi yang optimal, berarti aktivitas perekonomian akan meningkat yang ditandai dengan kenaikan pemanfaatan sumber daya dan dana yang tersedia. Salah satu ciri optimalisasi pada proses pertumbuhan adalah terkait dengan fungsi kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi optimal merupakan salah satu indikator kemajuan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun berarti negara tersebut berhasil dan berprestasi dalam pembangunan karena dapat mengendalikan kegiatan ekonomi dalam jangka pendek, dan dapat mengembangkan ekonominya dalam jangka panjang (Sukirno, 2000).


(26)

Indonesia pernah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada akhir tahun 1980-an hingga tahun 1996. Namun menjelang akhir tahun 1997 hingga awal tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan keuangan. Kondisi tersebut membuat proses pembangunan ekonomi terasa terhenti, bahkan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada tahun 1998 (Tambunan, 2002). Semenjak krisis tersebut dirasakan sangat sulit untuk mengembalikan kondisi perekonomian seperti pada masa sebelum krisis yang ditandai dengan tingkat pertumbuhan tinggi diberbagai sektor ekonomi, tingkat pengangguran yang relatif rendah, serta tingkat inflasi yang cukup terkendali, walaupun dilihat dari distribusi pendapatan kurang memuaskan.

Krisis ekonomi dan keuangan yang terjadi di Indonesia menunjukkan adanya pengaruh perkembangan global terutama di bidang keuangan, investasi, dan perdagangan. Hal ini juga memperlihatkan adanya ketergantungan kita pada perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama mata uang dolar Amerika Serikat yang telah dijadikan sarana transaksi dalam perdagangan antar negara.

Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sangat mempengaruhi kegiatan perdagangan luar negeri dan dalam negeri Indonesia. Hal ini karena Indonesia sebagai negara ekonomi terbuka, juga sebagai salah satu negara anggotaworld trade organization(WTO), yang kegiatannya terkait dengan perdagangan luar negeri. Dalam era perdagangan bebas di mana hubungan perdagangan antar negara menjadi faktor dominan, kebijakan perdagangan terutama perdagangan luar negeri menjadi sangat penting. Kebijakan yang diterapkan harus sejalan dengan ketentuan-ketentuan di bidang perdagangan


(27)

3 internasional yang telah disepakati bersama. Di sisi lain kebijakan tersebut harus mendukung pertumbuhan ekonomi di dalam negeri terutama sektor riel, sehingga dapat mempercepat masa recovery dari keterpurukan akibat krisis ekonomi yang telah berlangsung semenjak tahun 1997.

Seperti diketahui bahwa walaupun era perdagangan bebas yang diterapkan oleh negara-negara maju melalui kesepakatan APEC pada tahun 2010, kemudian akan diikuti oleh negara-negara berkembang pada tahun 2020. Akan tetapi blok perdagangan regional ASEAN melalui kesepakatan AFTA, perdagangan bebas telah dimulai sejak tahun 2003. Era perdagangan bebas adalah era persaingan, oleh sebab itu Indonesia harus meningkatkan produktivitas dan efisiensi di setiap sektor terutama yang menunjang peningkatan daya saing produk Indonesia di pasar dunia.

Menghadapi hal tersebut pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah mencanangkan kebijakan ekonomi yang strategis dan berpandangan ke depan melalui kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi. Kebijakan ini digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing produk ekspor non migas Indonesia menghadapi globalisasi perdagangan dunia yang semakin cepat dan dinamis. Diversifikasi pasar dan diversifikasi produk dijadikan strategi dasar untuk menghadapi persaingan global. Untuk itu program-program yang dilakukan pemerintah adalah peningkatan ekspor non migas terutama bagi produk-produk yang berbasis sumber daya lokal, pemberdayaan dunia usaha terutama Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berorientasi ekspor serta peningkatan kapasitas produksi yang menjadi program prioritas di bidang perdagangan luar negeri.


(28)

Kebijakan umum di bidang perdagangan luar negeri pada dasarnya terdiri dari kebijakan perdagangan ekspor dan kebijakan perdagangan impor. Kebijakan tersebut merupakan implementasi dari fungsi pemerintah di sektor perdagangan seperti fungsi trade advocacy, market penetration, dan market acces. Perdagangan bebas merupakan tantangan baru dalam perekonomian internasional dan diperkirakan dengan adanya perdagangan bebas suatu kegiatan perekonomian akan mampu mendorong laju peningkatan pendapatan perkapita masyarakat pada setiap negara yang terlibat. Peningkatan pendapatan per kapita di kawasan Asia Pasifik terutama pada negara-negara di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, adalah akibat perdagangan bebas di kawasan tersebut. Perdagangan bebas pada kawasan ini telah membuka peluang bisnis lebih besar khususnya bagi bisnis produk komoditi pertanian dan produk industri manufaktur.

Komoditi ekspor pertanian, misalnya hasil-hasil perkebunan merupakan salah satu produksi sub-sektor pertanian yang dapat dikembangkan menjadi sektor andalan untuk pendapatan devisa bagi negara dan sekaligus dapat digunakan sebagai upaya untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Optimalisasi sumber daya harus dilakukan dengan efisien agar kuantitas dan harga produk yang dihasilkan mampu bersaing, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar luar negeri.

Ekspor produk industri manufaktur Indonesia masih mengandalkan bahan baku dan barang-barang modal impor. Hal ini menyebabkan efisiensi produk industri manufaktur tetap rendah, dan karena itu perlu selalu diperhatikan terutama dalam hal efisiensi produksi. Walaupun pada kenyataannya masih sulit keluar dari ketergantungan pada bahan baku dan barang modal impor, tetapi harus ada upaya untuk mengurangi bahan baku dan barang modal impor tersebut. Jika


(29)

5 tidak maka persoalan ini akan terus menghambat kemajuan sektor industri pada umumnya hingga masa datang karena kurang mampu bersaing. Akibatnya bukan saja terjadi peningkatan penggunaan devisa untuk impor produk, tetapi yang lebih utama adalah akan mendesak usaha produksi di Indonesia sehingga menjadi pasar atau konsumen produk negara lain di negeri sendiri.

Diperkirakan bahwa dengan diberlakukannya perdagangan bebas, perubahan dalam perekonomian akan berlangsung lebih cepat sesuai dengan semakin bebas dan besarnya aktivitas ekonomi. Kondisi ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi berbagai sektor pembangunan pada negara-negara yang tergabung dalam kesepakatan perdagangan bebas termasuk Indonesia.

Perdagangan yang semakin bebas menuntut banyak hal agar produk yang dihasilkan mampu bersaing baik dari segi kualitas maupun harga produk yang dipasarkan. Pada sisi lain dengan semakin luasnya pilihan konsumen, maka produk yang akan diterima oleh pasar hanya yang berkualitas dan harga bersaing. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi produksi dengan mengoptimalkan penggunaan berbagai sumber daya yang ada.

Perkembangan liberalisasi ekonomi akhir-akhir ini memberikan gambaran bahwa perdagangan luar negeri semakin penting bagi perekonomian suatu negara. Pentingnya perdagangan luar negeri sebenarnya bukan hal yang baru. Karena semenjak teori Klasik dan Neo Klasik telah menganggap bahwa perdagangan luar negeri merupakan pendorong yang positip bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Demikian pula Tambunan, (2001) menyebutkan bahwa bagi banyak negara, termasuk Indonesia,


(30)

perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional.

Pendapat di atas telah banyak dibuktikan oleh para peneliti di berbagai negara, misalnya (Anyamele, 2000) di Nigeria, (Hachicha, 2003) di Tunisia, (Francis, 2003) di Caribean, (Yusop, 2001) di Malaysia. Secara umum hasil-hasil penelitian tersebut berkesimpulan, bahwa peningkatan ekspor dapat secara langsung mendorong ke arah pembangunan ekonomi melalui peningkatan produksi, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun peningkatan produksi barang-barang untuk ekspor. Selanjutnya kenaikan ekspor akan menambah perolehan devisa yang sangat dibutuhkan untuk mengimpor barang-barang modal dan bahan-bahan baku yang digunakan untuk meningkatkan produksi dan ekspor lebih lanjut. Di samping itu, melalui perdagangan luar negeri juga akan menghasilkan transfer pengetahuan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Hubungan positip tersebut cukup beralasan, karena antara ekspor, impor, dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang timbal balik. Perubahan impor dapat mempengaruhi perubahan ekspor karena jika impor meningkat, secara tidak langsung ekspor juga dapat meningkat, terutama ekspor komoditas industri manufaktur, dimana sebagian besar bahan baku/penolong dan barang-barang modal masih di impor. Sebaliknya perkembangan ekspor juga dapat mempengaruhi kemampuan impor. Karena jika nilai ekspor meningkat, berarti pendapatan devisa meningkat, sehingga kemampuan impor juga meningkat, dan jika nilai ekspor menurun maka kemampuan impor kemungkinan juga akan menurun. Walaupun demikian baik ekspor maupun impor sangat ditentukan oleh


(31)

7 berbagai faktor seperti nilai tukar, tingkat inflasi, dan tingkat pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.

Dalam teori makroekonomi (Mankiw, 2000) menyebutkan bahwa terdapat beberapa komponen yang terkait dengan pembentukan gross domestic product (GDP) yang dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara, seperti investasi, konsumsi, dan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor). Oleh karena itu kebijakan-kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintah hendaknya selalu berusaha untuk menciptakan suatu kondisi agar beberapa komponen GDP dapat dijadikan motor penggerak bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu komponen yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi adalah bersumber dari perdagangan luar negeri.

Menurut pendapat (Tambunan, 2001a) bahwa, bagi banyak negara termasuk Indonesia, perdagangan luar negeri khususnya ekspor, memiliki peranan yang sangat strategis, karena ekspor dapat menjadi motor penggerak bagi perekonomian nasional. Ekspor menghasilkan devisa yang penting untuk membiayai impor, yakni impor bahan-bahan baku dan penolong, serta barang-barang modal. Kegiatan impor tersebut dapat meningkatkan penanaman modal atau investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Karena melalui hubungan dagang bisa terjadi, suatu negera eksportir mendirikan perusahaannya di negara importir melalui penanaman modal langsung (foreign direct investment) (Alguacil dan Orts, 2001). Bila investasi meningkat maka kegiatan produksi akan meningkat dan diikuti oleh penciptaan kesempatan kerja di dalam negeri sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan pertumbuhan ekonomi terjadi.


(32)

Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia (2006), sebelum terjadi krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1993 - 1996 lebih disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan kontribusi terhadap PDB rata-rata sekitar 60 persen, keadaan ini terjadi baik berdasar harga berlaku maupun menurut harga konstan tahun 1993. Setelah terjadi krisis ekonomi, kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDB ternyata terus meningkat dengan pangsa rata-rata lebih dari 62 persen, sedangkan peranan investasi relatif kecil, sekitar 20 persen dari total PDB, sementara di sektor luar negeri peranan ekspor terus meningkat dari rata-rata 27 persen sebelum krisis menjadi rata-rata 37 persen, demikian pula impor juga meningkat dari 25 persen menjadi sekitdar 30 persen dari total PDB (Tabel 1.).

Persoalan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didominasi oleh besarnya peranan pengeluaran konsumsi masyarakat sebenarnya manfaatnya lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh peningkatan pengeluaran investasi maupun perdagangan luar negeri.

Tabel 1. Distribusi Persentase PDB atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Penggunaannya Tahun 1993 – 2009

(%)

Jenis Pengeluaran 1993 1996 1998 1999 2002 2005 2007 2009 Pengel Konsumsi RT 58.52 62.07 69.09 71.72 61.17 60.45 61.66 57.35 Pengel Pemerintah 9.02 7.64 7.13 7.12 7.63 7.45 7.8 8.99 Pembentukan Modal 26.23 31.06 24.87 20.19 20.73 21.32 22.28 23.42 Perubahan Inventori 3.2 0.82 -2.49 -2.54 0.69 2.41 1.05 -0.04 Ekspor 26.75 27.82 36.59 24.22 37.82 41.01 42.2 42.81 Impor -23.72 -29.41 -35.19 -20.71 -28.04 -32.64 -34.99 -32.54 PDB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1994-20010 (data diolah)

Karena jika investasi atau ekspor yang berperan, maka di samping dapat meningkatkan produksi dalam negeri juga dapat menyediakan kesempatan kerja


(33)

9 yang luas, sehingga dapat menciptakan kenaikan pendapatan dan tabungan masyarakat. Terlebih lagi jika peningkatan pengeluaran konsumsi disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang bersifat inflatoar, misalnya melalui kebijakan fiskal, maka dalam jangka menengah dampak dari kebijakan tersebut justru dapat menurunkan produksi di berbagai sektor.

Dengan menggunakan alat analisis computable general equilibrium (CGE), Oktaviani (2001) telah melakukan penelitian dan menemukan bahwa, jika pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang bersifat kenaikan harga sumber daya, misalnya kenaikan harga BBM, listrik, telepon, dan PPN, maka dalam jangka pendek akan menjadi sumber inflasi, dan dalam jangka menengah atau panjang akan berdampak negatif terhadap produksi sektor pertanian maupun sektor industri manufaktur. Dengan menurunnya produksi pada sektor-sektor tersebut, jelas mengakibatkan penurunan pertumbuhan kesempatan kerja. Di samping itu juga dapat berdampak terhadap perdagangan luar negeri terutama produk untuk ekspor karena akan menurunkan daya saing produk di luar negeri.

Persoalan lain tentang keterkaitan antara perdagangan luar negeri dan pertumbuhan ekonomi. Jika ekspor ingin dijadikan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi, maka harus diupayakan kenaikan kontribusi ekspor terhadap GDP secara signifikan. Apabila hal tersebut dilihat dari Tabel 1, tampak bahwa kontribusi ekspor cenderung terus meningkat, mulai tahun 2005 hingga tahun 2009, kontribusi ekspor cukup tinggi, yakni di atas 40 persen dari total PDB. Walaupun angka ini cukup besar jika dibandingkan dengan kontribusi investasi dan impor, namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan peranan


(34)

konsumsi rumah tangga 58 persen, sementara kontribusi investasi mulai tahun 2005 hinggga tahun 2009 juga meningkat, walaupun kenaikannya agak lambat.

Dari gambaran latar belakang di atas, perlu untuk dilakukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai pentingnya perdagangan luar negeri, terutama terhadap peranan ekspor komoditi pertanian dan ekspor manufaktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan neraca perdagangan di Indonesia, maupun kinerja makroekonomi yang lebih luas di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Sebagai negara yang menganut sistim ekonomi terbuka, perdagangan luar negeri yang terdiri dari ekspor dan impor sangat penting peranannya dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Dari ekspor dapat dihasilkan pendapatan devisa yang menjadi salah satu sumber penerimaan untuk pembiayaan impor. Kegiatan impor dilakukan, karena penguasaan teknologi masih sangat terbatas, sehingga untuk meningkatkan proses pertumbuhan, sarana produksi berupa barang-barang modal dan bahan baku sebagian besar masih harus diimpor.

Pentingnya peranan ekspor dan impor bagi perekonomian Indonesia merupakan gambaran adanya keterkaitan secara langsung antara perekonomian dalam negeri dengan sektor perdagangan luar negeri. Sehingga jika terjadi perubahan di pasaran internasional, baik harga komoditi maupun permintaan internasional, seperti bahan bakar minyak dan komoditi primer lainnya, maka akan memberikan dampak yang berat terhadap ekspor dan impor, yang juga akan berdampak terhadap produsen terutama yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan komoditi ekspor tersebut, dan akhirnya akan mempengaruhi


(35)

11 pertumbuhan ekonomi Indonesia. Fenomena ini menggambarkan besarnya ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap perdagangan luar negeri.

Untuk melihat secara empiris peranan perdagangan luar negeri terhadap perekonomian, menurut (Yusop, 2001) dapat dilihat dari rasio ketergantungan antara penjumlahan ekspor dan impor terhadap PDB riil. Untuk kasus Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Kolom terakhir Tabel 1, memberikan gambaran bahwa ketergantungan PDB riil terhadap perdagangan luar negeri secara kuantitatif masih relatif kecil jika dibandingkan dengan kondisi di negara Malaysia. Akan tetapi Indonesia sebagai ekonomi terbuka negara kecil, secara kualitatif pengaruhnya sangat besar terhadap perekonomian dalam negeri. Oleh karena itu yang menjadi masalah adalah sejauh mana sektor perdagangan luar negeri dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Tabel 2. Ratio Perdagangan Luar Negeri (Ekspor+Impor) terhadap PDB Riil Indonesia Tahun 1997-2009

Tahun

PDB Riil1 Ekspor2 Impor2 Rasio Ketergantungan (Rp Miliar) (Rp Miliar) (Rp Miliar) (%)

( a ) ( b ) ( c ) [(b + c)/a] 1997 383792.00 45418.00 40628.70 0.22 1998 413798.00 49814.90 42928.50 0.22 1999 433246.00 53443.60 41679.80 0.22 2000 376375.00 48847.60 27336.90 0.2 2002 397666.00 62124.00 33514.80 0.24 2003 411132.00 56320.90 30962.10 0.21 2005 444547.00 61058.30 32550.70 0.21 2006 467664.00 72164.50 46524.50 0.25 2007 493295.00 85661.10 57703.90 0.28 2008 554266.00 85797.10 84021.70 0.31 2009 581980.00 77483.20 71437.40 0.26

Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 1998-2010

Keterangan : 1PDB atas Harga Konstan Tahun 1993 dengan Migas

2

Ekspor dan Impor Barang termasuk Migas.

Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa bagi banyak negara termasuk Indonesia, perdagangan luar negeri mempunyai peran yang sangat penting, karena


(36)

dengan melakukan perdagangan, produksi nasional dapat ditingkatkan. Sedangkan produksi yang hanya dipasarkan di dalam negeri sangat terbatas.

Sebagaimana dikemukakan oleh Kindleberger dan Lindert (1983), bahwa dengan dibukanya hubungan dagang dengan luar negeri, akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri baik pengaruh terhadap konsumsi, pengaruh terhadap produksi, maupun pengaruh pada distribusi pendapatan masyarakat. Pengaruh terhadap konsumsi berarti bahwa, dengan adanya hubungan perdagangan dengan negara lain, maka masyarakat dapat mengkonsumsi barang lebih banyak daripada sebelum ada perdagangan dengan luar negeri.

Perdangan luar negeri memiliki pengaruh terhadap sektor produksi di dalam negeri. Karena dengan perdagangan luar negeri dapat menimbulkan spesialisasi produksi bagi masing-masing negara yang memiliki keunggulan komparatif. Sehinggga dapat meningkatkan volume perdagangan dari masing-masing negara. Sekalipun demikian spesialisasi produksi tidak berarti hanya terpusat pada peningkatan suatu komoditi tertentu saja, tapi setiap negara juga akan menambah jenis produk yang diperdagangkan (diversifikasi produk).

Kenaikan produksi karena adanya perdagangan luar negeri dapat menggerakkan kegiatan perekonomian dalam negeri yang lebih luas. Karena dengan meningkatnya produksi dan meningkatnya volume perdagangan akan meningkatkan penggunaan input-input produksi. Misalnya penggunaan input tenaga kerja yang semakin meningkat, investasi meningkat, dan peningkatan penggunaan bahan baku, termasuk peningkatan penggunaan bahan baku penolong dan barang-barang kapital yang berasal dari impor. Peningkatan penggunaan input produksi, berarti akan meningkatkan pendapatan faktor-faktor produksi.


(37)

13 Peningkatkan pendapatan riil masyarakat akibat perdagangan luar negeri menjadi salah satu sumber dana untuk investasi. Sehingga dengan meningkatnya investasi dapat meningkatkan produksi dan pertumbuhan ekonomi. Inilah inti dari pengaruh perdagangan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui proses peningkatan produksi dan investasi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah berapa persen kenaikan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh perdagangan luar negeri.

Menurut Adam Smith dalam (Sukirno, 2000), perdagangan luar negeri berarti memperluas pasar bagi produk-produk dalam negeri yang semula hanya terbatas dipasarkan di dalam negeri saja. Sehingga dengan adanya perdagangan luar negeri sumber-sumber daya yang potensial (tanah, tenaga kerja, investasi, dan sumberdaya alam) dapat ditingkatkan penggunaannya. Sehingga konsep vent for surplusdapat diartikan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat terdorong melalui perdagangan luar negeri yang lebih luas.

Peningkatan produksi memerlukan investasi, oleh karena itu peningkatan penggunaan sumberdaya potensial memerlukan investasi yang besar. Untuk memenuhi investasi yang besar tersebut, selain berusaha meningkatkan investasi yang berasal dari dalam negeri, pemerintah juga mendatangkan investor luar negeri, misalnya melalui penanaman modal asing (PMA). Dengan demikian dapat meningkatkan skala produksi yang lebih besar dan dilakukan dengan cara yang lebih efisien (economic of scale). Agar peningkatan produksi dapat dilakukan secara efisien, berarti akan lebih banyak menggunakan teknologi dalam proses produksi, baik yang dibawa melalui masuknya PMA maupun teknologi yang di impor misalnya mesin-mesin. Proses produksi dengan menggunakan teknologi


(38)

tersebut, akan meningkatkan produktivitas. Di samping itu peningkatan produktivitas terjadi karena proses produksi dan perdagangan berlangsung terus menerus (learning by doing process), sehingga pada akhirnya perdagangan luar negeri dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui peningkatan produksi dan peningkatan investasi.

Namun bagi Indonesia memiliki pengalaman yang berbeda dengan konsep di atas. Karena walaupun investasi PMA yang masuk pada tahun 1990-an cukup banyak, namun kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Karena yang terjadi adalah ketergantungan yang sangat tinggi terhadap impor bahan baku dan barang-barang modal termasuk industri pengolahan yang padat karya. Ketergantungan tersebut akibat dari tidak diciptakannya suplai domestik, peralihan teknologi yang sangat terbatas, proses peningkatan kemampuan perusahaan-perusahaan lokal dalam pengembangan produk, serta membangun jaringan pemasaran sangat lambat. Kemampuan lain yang tidak tercipta di Indonesia adalah tidak memiliki industri berteknologi menengah yang dapat menciptakan produk antara, sehingga dalam melakukan ekspor barang hasil pertanian tertentu, belum mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, misalnya karet alam, produk ekspornya tidak dapat diterima langsung di negera Jepang, sehingga Indonesia hanya mampu mengekspornya ke Singapura, kemudian Singapura melakukan ekspor ke Jepang.

Pada sisi lain perkembangan perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, misalnya terjadi depresiasi rupiah, maka secara teoritis akan meningkatkan ekspor dan akan menurunkan impor. Dengan demikian


(39)

15 perkembangan ekspor dan impor (perdagangan luar negeri) akan mengalami fluktuasi. Seperti dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (2004), bahwa setelah Indonesia mengalami krisis menjelang akhir tahun 1997, total ekspor Indonesia cenderung berfluktuasi hingga tahun 2003. Kondisi tersebut terjadi baik terhadap ekspor non migas mapun terhadap ekspor migas. Penerimaan dari ekspor mengalami penurunan mencapai titik terendah pada tahun 1998 dengan laju pertumbuhan ekspor -8.6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Perkembangan ekspor di atas sangat erat kaitannya dengan perkembangan nilai tukar rupiah terutama terhadap dolar Amerika. Selama tahun 1998 kurs nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika melemah hingga mencapai level Rp 11.592 per dolar yang terjadi pada triwulan kedua tahun 1998. Di samping nilai tukar dollar Amerika serikat, perdagangan luar negeri juga erat kaitannya dengan tingkat inflasi di dalam negeri yang juga dapat menentukan perkembangan perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor. Apabila di dalam negeri terjadi inflasi yang tinggi, berarti akan menurunkan efisiensi produksi di dalam negeri. Sehingga daya saing produk ekspor Indonesia di luar negeri menurun, akibatnya nilai ekspor juga akan mengalami penurunan, di lain pihak impor akan meningkat, karena harga barang-barang impor tertentu menjadi lebih murah dibandingkan dengan di dalam negeri.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (2004), bahwa pada saat krisis tahun 1998 tingkat inflasi di Indonesia mencapai 77.63 persen, sehingga mengakibatkan harga-harga barang untuk ekspor non migas di dalam negeri meningkat. Dengan meningkatnya harga-harga barang di dalam negeri menyebabkan minat eksportir untuk melakukan penawaran ekspor berkurang.


(40)

Karena kondisi ini dirasakan lebih menguntungkan menjual produknya di dalam negeri. Di samping itu yang menjadi penyebab lainnya diperkirakan karena menurunnya impor barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat domestik, baik untuk barang-barang konsumsi, bahan baku penolong, maupun barang-barang modal. Akibatnya kapasitas produksi dalam negeri yang menggunakan input-input dari impor juga menurun, sehingga penawaran ekspor juga mengalami penurunan. Kondisi seperti ini tidak sejalan dengan teori, karena biasanya jika inflasi di dalam negeri tinggi maka impor akan cenderung meningkat.

Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia tahun 2000, ternyata pada tahun 2001 ekspor Indonesia kembali mengalami penurunan hingga mencapai 7.76 persen dibandingkan tahun 2000. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh naiknya tingkat inflasi hingga mencapai 12.58 persen. Penurunan ekspor ini, terutama ekspor non migas Indonesia juga dipengaruhi oleh kondisi produksi nasional yang cenderung tidak kompetitif di pasaran luar negeri, karena biaya produksi di dalam negeri masih relatif tinggi. Daya saing Indonesia pada tahun 2002 merosot hingga ke peringkat 47 dari urutan sebelumnya ke 39.

Indonesia masih sangat tergantung pada bahan-bahan impor dari luar negeri. Impor di Indonesia dapat dikelompokkan atas dasar tujuan penggunaannya, yaitu menjadi tiga golongan komoditas yaitu barang-barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang-barang modal seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3. Dari Tabel 3, nampaknya pada periode krisis, pembelian terhadap barang-barang impor Indonesia selama periode tahun 1998 sampai 2003 mengalami penurunan menjadi rata-rata sebesar 2.81 persen per


(41)

17 tahun dari sebelumnya rata-rata 8.03 persen. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap USD, di samping itu juga disebabkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Walaupun demikian jika dilihat dari peranan masing-masing golongan komoditas impor terhadap total impor Indonesia selama periode tahun 1993 sampai tahun 2002, maka Impor bahan baku penolong rata-rata memiliki kontribusi sebesar 74.1 persen per tahun, sedangkan barang modal memiliki kontribusi rata-rata sebesar 19.2 persen per tahun, dan barang-barang konsumsi rata-rata sebesar hanya 6.7 persen per tahun Tingginya pengeluaran untuk permintaan impor untuk bahan baku penolong di Indonesia, menunjukkan bahwa industri dalam negeri sangat tergantung pada bahan baku dari luar negeri.

Tabel 3. Nilai Impor Indonesia Menurut Golongan Barang Ekonomi Tahun 1993– 2009

(Juta US $)

Tahun Barang

Konsumsi

Bahan Baku/ Penolong

Barang

Modal Jumlah

1993 2805.9 30469.7 9652.9 42928.5

1994 2166.3 30229.5 9284.0 41679.8

1996 1917.7 19611.8 5807.4 27336.9

1997 2468.3 18475.0 3060.0 24003.3

1998 2718.7 26018.7 4777.4 33514.8

1999 2251.2 23879.4 4831.5 30962.1

2000 2650.2 24227.5 4410.9 31288.9

2003 2862.8 25496.3 4191.5 32550.7

2005 4620.5 44792 8288.4 57700.9

2007 2539.1 56454.7 11449.6 74473.4

2008 8303.7 99492.7 21400.9 129197.3

2009 6752.6 69638.1 20438.5 96829.2

Sumber : Badan Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, Tahun 1992-2011.

Ratnawati (1996) mengatakan, dominasi impor oleh bahan baku, bahan penolong dan barang modal memperlihatkan bahwa struktur produk dan industri manufaktur masih memiliki kandungan impor yang sangat tinggi dan


(42)

mencerminkan masih berjalannya kebijakan substitusi impor di Indonesia. Impor bahan baku dan barang modal untuk sektor pertanian adalah pupuk dan pestisida.

Kebijakan perdagangan melalui substitusi impor tersebut menurut Krugman dan Obstfeld (2000) tidak akan menyebabkan negara-negara tersebut menjadi maju, bahkan pendapatan perkapita tidak akan meningkat. Sedangkan menurut Gillis, et al. (1992) bahwa kebijakan substitusi impor adalah merupakan substitusi produk dalam negeri dengan produk impor yang merupakan produk industri manufaktur. Kebijakan ini merupakan strategi yang mencakup peningkatan impor untuk komoditi tertentu, terutama yang belum mampu sepenuhnya diproduksi di dalam negeri seperti impor teknologi, manajemen, dan kapital yang digunakan untuk sarana produksi baik oleh industri lokal maupun asing yang melakukan investasi di Indonesia, dan menjalankan kebijakan proteksi dengan mengenakan hambatan tarif dan kuota impor untuk melindungi industri lokal yang diberi kesempatan untuk berkembang pada awal produksi industri tersebut berproduksi.

Strategi kebijakan substitusi impor dan sistim proteksi yang diterapkan menyebabkan kegagalan perkembangan perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kegagalan tersebut akibat dari pemberian fasilitas dan perlindungan yang berlebihan, dan cenderung padat modal, sehingga kurang menyerap tenaga kerja dan bahkan menghambat perkembangan industri kecil yang justru banyak menyerap tenaga kerja.

Menurut Hadi (2001) kebijakan substitusi impor yang merupakan bagian dari kebijakan perdagangan untuk mendorong industri manufaktur dapat menyebabkan industri kecil dan sektor pertanian atau sektor primer pada


(43)

19 umumnya menjadi kurang berkembang, akibat kebijakan perdagangan luar negeri terhadap produk industri manufaktur yang cenderung protektif, walaupun jika digabungkan dengan komoditas lain termasuk migas perkembangan neraca perdagangan Indonesia selalu positif.

Melihat pengalaman Indonesia yang kurang berhasil dalam menerapkan strategi substitusi impor, maka badan-badan dunia IMF, World Bank telah menyarankan agar Indonesia menerapkan strategi promosi ekspor. Strategi ini justru berusaha untuk menghilangkan berbagai hambatan terhadap perdagangan luar negeri, baik terhadap ekspor maupun impor. Di lain pihak impor akan menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri. Dengan demikian perkembangan ekspor dan impor, baik di sektor pertanian maupun di sektor industri manufaktur, akan ditentukan oleh kebijakan suku bunga di dalam negeri, dan suku bunga sangat berpengaruh terhadap produksi di dalam negeri, yang berarti akan mempengaruhi kinerja makroekonomi Indonesia.

Sebenarnya masih banyak faktor yang merupakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi. Menurut Djojohadikusumo (1994) bahwa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi sebenarnya cukup banyak misalnya: investasi, baik investasi pemerintah, swasta dalam negeri, maupun investasi asing, ekspor dan impor, tabungan, baik tabungan pemerintah maupun swasta, dan produktivitas tenaga kerja. Namun demikian secara teoritis sumber perumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah, dan perkembangan ekspor dan impor. Oleh karena itu, jika diperhatikan dari pendapat tersebut tidak termasuk peran pengeluaran konsumsi masyarakat.


(44)

Dilihat dari pola perkembangan bentuk lain, pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dari distribusi PDB berdasarkan sektor yang mencerminkan adanya perubahan dalam struktur perekonomian Indonesia, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4. Dari Tabel 4, nampak bahwa setelah tahun 1993 kontribusi sektor pertanian menunjukkan kecenderungan menurun, namun secara absolut terus meningkat dan sektor industri pengolahan cenderung meningkat, sehingga memang telah terjadi transformasi ekonomi dari periode sebelumnya. Jika Tabel 4 dikelompokkan kedalam tiga sektor, yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier, maka sektor tersier cenderung meningkat dengan share yang relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor primer dan sektor sekunder. Perkembangan sektor sekunder dan sektor tersier diperkirakan sangat dipengaruhi oleh arus globalisasi sehingga perkembangan kedua sektor tersebut lebih cepat dibandingkan dengan sektor primer. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya perdagangan mata uang asing, aliran barang yaitu melalui ekspor dan impor, serta aliran modal sehingga mendorong pertumbuhan kedua sektor tersebut lebih cepat.

Tabel 4. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993 – 2009

(%)

Lapangan Usaha 1993 1995 1998 2000 2007 2008 2009 Pertanian 17.88 15.42 17.28 17.13 14.54 14.56 14.53 Pertambangan 9.55 9.12 9.93 9.72 9.29 9.59 9.53 Industri Pengolahan 22.3 24.71 25.22 26.11 28.1 28.39 28.43 Listrik. Gas. Air Bersih 1.00 1.18 1.48 1.61 0.69 0.57 0.54 Konstruksi 6.83 7.96 5.59 5.81 5.91 5.86 5.86 Perdagangan. H dan R 16.77 16.79 16.04 15.84 16.38 16.66 16.69 Pengangkutan 7.05 7.18 7.17 7.06 6.29 5.85 5.86 Keuangan dan Real E 8.5 8.79 7.52 6.92 9.46 9.41 9.46 Jasa-Jasa 10.12 8.85 9.77 9.8 9.34 9.11 9.10 PDB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00


(45)

21 Dari perkembangan berbagai sektor di atas. menurut Siregar (2002) dengan menggunakan model error corection (ECM). dalam jangka panjangshare sektor pertanian akan terus menurun dan akan mencapai keseimbangan pada kisaran 11 persen. sharesektor industri sekitar 21 persen. dan sektor perdagangan meningkat mencapai 43 persen. serta share sektor lainnya sebesar 25 persen.

Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan yang merupakan bagian dari sektor tersier atau jasa adalah disebabkan oleh perkembangan ekspor dan impor yang terjadi selama kurun waktu tiga puluh tahun terakhir. Sampai awal tahun 1980-an ekspor Indonesia masih didominasi oleh minyak dan gas bumi (migas). baru setelah tahun 1985 peranan ekspor non migas menjadi dominan. hal ini disebabkan oleh adanya deregulasi dan debirokratisasi yang memacu terjadinya kenaikan kredit perbankan termasuk kredit ekspor. dan mulai masuknya arus modal dari luar negeri sehingga di samping ekspor non migas. impor non migas juga terus meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat.

Perdagangan luar negeri yang terkait dengan ekspor dan impor sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia. Dari ekspor dapat dihasilkan pendapatan devisa. di samping akan menentukan nilai tukar rupiah di dalam negeri. juga menjadi salah satu sumber penerimaan untuk pembiayaan impor. Di samping ekspor. impor juga berperan penting dalam kegiatan pembangunan di Indonesia. Karena sarana produksi sebagian besar masih diimpor. terutama bahan baku/penolong. barang modal. dan teknologi yang belum dapat atau belum cukup diproduksi di Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan peranan perdagangan luar negeri tersebut. menurut Halwani (2002) pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan


(46)

dibidang perdagangan luar negeri antara lain sebagai berikut : (1) Kebijakan Inpres No.4 Tahun 1985 tentang penurunan tarif jasa pelabuhan, (2) paket kebijakan 6 Mei 1986 tentang upaya peningkatan daya saing kawasan berikat. dan fasilitas bea masuk, (3) paket kebijakan 15 Januari 1987 tentang penyederhanaan penurunan dan pembebasan tarif impor, (5) paket kebijakan 24 Desember 1987 tentang penyederhanaan dan pemberian fasilitas kepada importir untuk produk-produk ekspor, (6) paket kebijakan 21 Nopember 1988 tentang deregulasi perdagangan, (7) paket kebijakan 28 Mei 1990 tentang penurunan biaya tinggi di Indonesia, (8) paket kebijakan 23 Oktober 1993 tentang paket deregulasi dibidang ekspor, impor, dan tarif impor, (9) paket kebijakan 19 Mei 1994 tentang penghapusan 27 jenis tarif impor, (10) paket kebijakan 23 Mei 1995 tentang penurunan pos tarif bea masuk sebanyak 64.16 persen dari 9398 pos tarif, (11) paket kebijakan 3 Nopember 1997 tentang peningkatan dayasaing produksi di pasaran luar negeri.

Berbagai paket kebijakan tersebut di atas bertujuan untuk meningkatkan kontribusi ekspor non migas terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Karena dengan kebijakan tersebut berarti pemerintah mengurangi berbagai hambatan dan mengurangi berbagai biaya pungutan yang sebelumnya merupakan penghambat aliran barang dari dan ke luar negeri. sehingga komoditas ekspor non migas Indonesia tidak mampu bersaing di pasaran luar negeri. Dengan demikian kebijakan deregulasi akan memperlancar arus barang ke luar negeri dan dengan menurunnya biaya ekonomi. baik yang bersumber dari biaya birokrasi maupun akibat dampak inflasi. maka diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia sehingga ekspor non migas meningkat.


(47)

23 Berdasarkan penjelasan di atas, keterkaitan antara perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor dengan pertumbuhan ekonomi khususnya, dan kinerja makroekonomi pada umumnya dapat dijelaskan melalui perubahan produksi di dalam negeri, perubahan ekspor, dan perubahan impor. Perubahan produksi di dalam negeri akan meningkatkan penggunaan input tenaga kerja dan kapital, serta input-input lainnya, termasuk peningkatan penggunaan input yang berasal dari impor. Sedangkan perubahan perdagangan luar negeri sangat ditentukan oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta kebijakan yang terkait dengan perdagangan luar negeri.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa, secara teoritis terdapat beberapa sumber pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mencari alternatif sumber pertumbuhan ekonomi yang dapat menggerakkan makroekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang dapat diharapkan karena peranannya yang sangat luas dalam meningkatkan kinerja makroekonomi di dalam negeri Indonesia, termasuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesempatan kerja.

Jika dilihat dari perkembangan ekspor pertanian dan ekspor manufaktur, telah menunjukkan kecenderungan yang meningkat, walaupun terkadang juga mengalami fluktuasi akibat dari pengaruh perkembangan ekonomi, baik di dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri seperti halnya yang terjadi terhadap penurunan ekspor produk manufaktur akibat krisis ekonomi. Sektor perdagangan luar negeri, terutama sektor pertanian dan sektor industri manufaktur merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan makroekonomi Indonesia.


(48)

Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya, yakni tentang keterkaitan antara perdagangan luar negeri dan kinerja makroekonomi di Indonesia, maka yang akan menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh fluktuasi ekspor produk pertanian, ekspor produk agroindustri dan non agroindustri terhadap kinerja makroekonomi Indonesia, serta sektor mana yang memiliki pengaruh lebih besar.

2. Bagaimana perkembangan ekspor pertanian, ekspor industri manufaktur, dan kinerja

makroekonomi Indonesia, dan

3. Kebijakan apakah yang dapat mendorong peningkatan kinerja makroekonomi Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh ekspor produk pertanian, ekspor produk agroindustri dan non agroindustri terhadap kinerja makroekonomi Indonesia.

2. Mendeskripsikan perkembangan ekspor pertanian, ekspor industri manufaktur, dan

kinerja makroekonomi Indonesia.

3. Merumuskan kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja makroekonomi Indonesia.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Dari latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas. maka cakupan penelitian ini dibatasi oleh berbagai kriteria sebagai berikut. Konsep pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lebih ditekankan pada pendekatan agregate supply (AS). yaitu konsep yang diturunkan dari fungsi produksi agregatif Neo Klasik. dimana produksi ditentukan oleh tenaga kerja dan kapital. serta teknologi. Kendatipun demikian dalam


(49)

25 pembahasannya sisi aggregate demand (AD) akan digunakan sebagai pelengkap. karena variable-variabel perdagangan luar negeri yaitu ekspor dan impor merupakan bagian dari sisi permintaan agregat.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perdagangan luar negeri dibatasi pada ekspor komoditas pertanian. ekspor non agroindustri dan ekspor agroindustri. Pemisahan variabel ekspor menjadi tiga variabel tersebut bertujuan untuk melihat kontribusi masing-masing terhadap kinerja makroekonomi Indonesia. Sedangkan pengertian kinerja makroekonomi mencakup variabel produk domestik bruto riil, net ekspor, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Data series waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nasional series triwulan yang dibatasi dalam kurun waktu mulai dari triwulan 1 Tahun 1990 sampai triwulan 4 Tahun 2009.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain :

1. Tidak memasukkan variabel tenaga kerja dan kapital dalam model yang

digunakan. Pada hal pembentukan model dalam penelitian ini dilandasi oleh konsep fungsi produksi sebagimana halnya yang dilakukan oleh banyak peneliti (Yousif , 1999; Doraisami, 2001; Medina dan Smith, 2001; Awokuse, 2002; Silvester dan Herzer, 2005). Dalam konsep fungsi produksi, berarti terdapat variabel penjelas tenaga kerja dan kapital atau investasi yang merupakan variabel utama sebagai variabel penentu produksi, dalam hal ini GDP. Sehingga hasil analisis induktif menjadi tidak sejalan dengan pembahasan pada analisis deduktif, karena hasil analisis yang diperoleh tidak membeikan informasi pengaruh ekspor terhadap kesempatan kerja dan investasi di dalam negeri. Tidak dimasukkannya kedua variabel tersebut karena ketiadaan data


(50)

dalam series tiga bulanan, terutama data tenaga kerja yang telah bekerja, data yang disediakan oleh BPS adalah data tahunan, bahkan data tahunan tersebut hanya merupakan data hasil survey. Sedangkan data investasi juga tersedia dalam tahunan.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sangat bersifat agregatif, sehingga

menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi kurang operasional, karena masih bersifat

sangat makro, kurang membahas ke bagian sektoral yang lebih menggambarkan

persolan-persoalan mikro. Dengan demikian hasil penelitian pada tataran

makroekonomi belum tentu searah dengan kebijakan pada kondisi mikro atau perusahaan.

3. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini tidak membahas masalah aspek

kelembagaan, pada hal aspek kelembagaan dalam penelitian tentang hubungan antara perdagangan luar negeri dengan kinerja makroekonomi sangat penting, karena terdapat beberapa institusi yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam mata rantai perdagangan luar negeri, misalnya mulai dari produksi, tata niaga, supplier, eksportir,

pemerintah, hingga ke sistim pembayaran, kesemua lembaga tersebut dapat menggambarkan peranan masing-masing dalam menentukan kinerja makroekonomi Indonesia.


(51)

27 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Penting Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan luar negeri mempunyai arti sangat penting bagi suatu negara, karena dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan pembangunan. Haberler (1959) dalam Jhingan (1993) berpendapat bahwa, perdagangan internasional telah memberikan sumbangan yang luar biasa bagi pembangunan negara kurang berkembang di abad ke-19 dan 20. Sumbangan tersebut akan terus meningkat di masa datang dan melalui perdagangan bebas dengan sedikit penyesuaian, akan menjadi kebijakan yang baik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi.

Negara yang mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja, akan dapat mengekspor komoditi yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan barang yang dihasilkan negara lain dengan biaya lebih rendah. Melalui perdagangangan luar negeri, negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Diperolehnya tingkat output yang lebih tinggi menjadi penyelesaian bagi lingkaran setan kemiskinan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Sukirno, 2000).

Negara terbelakang biasanya memiliki pasar domestik kecil yang kecil tidak mampu menyerap output yang ada. Hal ini menyebabkan rendahnya dorongan untuk berinvestasi. Pasar yang kecil juga disebabkan oleh rendahnya pendapatan per kapita dan daya beli masyarakat. Perdagangan internasional memperluas pasaran dan merangsang investasi, pendapatan dan tabungan melalui


(1)

2. Effect of Cholesky (d.f. adjusted) One S.D. LXPT Innovation

(Pengaruh

shock

LXPT terhadadap Kinerja Makroekonomi Indonesia)

Period LPDB LBOT INF LER LXNAI LXPT LXAI

1 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.09362 0.00000 2 0.02042 0.02690 0.48523 0.10344 0.01816 0.08721 0.00636 3 0.02224 0.05149 4.08543 0.06397 0.01106 0.11462 0.00561 4 0.03359 0.06139 5.27740 0.08528 0.00512 0.09074 0.01813 5 0.03025 0.06904 4.86939 0.05543 0.01561 0.07732 0.02163 6 0.03424 0.07116 2.28433 0.06896 0.02505 0.02737 0.02764 7 0.03214 0.07274 1.04575 0.05259 0.03237 0.00804 0.02797 8 0.03528 0.07313 0.39542 0.06076 0.03230 0.01126 0.03061 9 0.03438 0.07423 0.62064 0.05058 0.03484 0.01078 0.03083 10 0.03597 0.07467 0.46090 0.05533 0.03577 0.01817 0.03255 11 0.03507 0.07521 0.34782 0.04971 0.03823 0.01963 0.03259 12 0.03586 0.07523 0.05023 0.05293 0.03865 0.02584 0.03336 13 0.03538 0.07541 -0.00185 0.04981 0.03944 0.02638 0.03321 14 0.03591 0.07541 -0.06475 0.05172 0.03925 0.02865 0.03361 15 0.03563 0.07554 -0.02703 0.04987 0.03968 0.02803 0.03353 16 0.03591 0.07556 -0.06688 0.05102 0.03968 0.02926 0.03377 17 0.03572 0.07562 -0.07100 0.04997 0.03998 0.02911 0.03370 18 0.03588 0.07560 -0.10496 0.05068 0.03994 0.02992 0.03382 19 0.03577 0.07563 -0.09966 0.05007 0.04005 0.02973 0.03376 20 0.03587 0.07562 -0.10929 0.05049 0.04000 0.03007 0.03383 21 0.03581 0.07564 -0.10263 0.05013 0.04007 0.02990 0.03380 22 0.03586 0.07564 -0.11016 0.05039 0.04005 0.03011 0.03384 23 0.03582 0.07565 -0.10838 0.05018 0.04009 0.03003 0.03382 24 0.03585 0.07564 -0.11294 0.05033 0.04007 0.03016 0.03384 25 0.03583 0.07565 -0.11083 0.05026 0.04009 0.03009 0.03383 26 0.03584 0.07565 -0.11273 0.05030 0.04008 0.03016 0.03384 27 0.03583 0.07565 -0.11142 0.05023 0.04009 0.03012 0.03383 28 0.03584 0.07565 -0.11278 0.05028 0.04009 0.03016 0.03384 29 0.03584 0.07565 -0.11213 0.05025 0.04009 0.03013 0.03383 30 0.03584 0.07565 -0.11288 0.05027 0.04009 0.03016 0.03384 31 0.03584 0.07565 -0.11239 0.05025 0.04009 0.03014 0.03384 32 0.03584 0.07565 -0.11278 0.05026 0.04009 0.03015 0.03384 33 0.03584 0.07565 -0.11251 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 34 0.03584 0.07565 -0.11276 0.05026 0.04009 0.03015 0.03384 35 0.03584 0.07565 -0.11260 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 36 0.03584 0.07565 -0.11274 0.05026 0.04009 0.03015 0.03384 37 0.03584 0.07565 -0.11264 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 38 0.03584 0.07565 -0.11272 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 39 0.03584 0.07565 -0.11266 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 40 0.03584 0.07565 -0.11271 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 41 0.03584 0.07565 -0.11268 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 42 0.03584 0.07565 -0.11271 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 43 0.03584 0.07565 -0.11268 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 44 0.03584 0.07565 -0.11270 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 45 0.03584 0.07565 -0.11269 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 46 0.03584 0.07565 -0.11270 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 47 0.03584 0.07565 -0.11269 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 48 0.03584 0.07565 -0.11270 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 49 0.03584 0.07565 -0.11269 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384 50 0.03584 0.07565 -0.11270 0.05025 0.04009 0.03015 0.03384


(2)

Lampiran 8. Lanjutan

3. Effect of Cholesky (d.f. adjusted) One S.D. LXAI Innovation

(Pengaruh shock LXAI terhadadap Kinerja Makroekonomi Indonesia)

Period LPDB LBOT INF LER LXNAI LXPT LXAI

1 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00033 0.00771 0.05324 2 0.00257 0.02262 1.45923 -0.00334 0.00453 0.02141 0.04834 3 0.00067 0.02179 1.88903 -0.00290 0.00020 0.03388 0.04875 4 0.00057 0.02157 0.96142 0.00031 0.00161 0.02353 0.04882 5 0.00001 0.02114 0.66189 -0.00080 0.00095 0.02154 0.04958 6 0.00059 0.02093 0.80050 0.00108 0.00088 0.02247 0.04969 7 0.00048 0.02106 1.10799 -0.00034 0.00135 0.02659 0.04984 8 0.00065 0.02113 1.18772 0.00058 0.00128 0.02741 0.04965 9 0.00040 0.02117 1.14662 -0.00012 0.00082 0.02746 0.04973 10 0.00048 0.02110 1.06548 0.00056 0.00085 0.02642 0.04970 11 0.00039 0.02107 1.06404 0.00017 0.00093 0.02658 0.04980 12 0.00049 0.02105 1.08353 0.00051 0.00111 0.02667 0.04978 13 0.00044 0.02107 1.11048 0.00023 0.00109 0.02710 0.04980 14 0.00047 0.02107 1.10809 0.00043 0.00108 0.02702 0.04977 15 0.00043 0.02108 1.10377 0.00029 0.00103 0.02705 0.04979 16 0.00046 0.02107 1.09676 0.00042 0.00106 0.02693 0.04978 17 0.00044 0.02107 1.09970 0.00033 0.00106 0.02700 0.04980 18 0.00046 0.02107 1.10103 0.00040 0.00108 0.02699 0.04979 19 0.00044 0.02107 1.10344 0.00034 0.00107 0.02704 0.04980 20 0.00045 0.02107 1.10220 0.00038 0.00107 0.02701 0.04979 21 0.00045 0.02107 1.10215 0.00035 0.00107 0.02703 0.04980 22 0.00045 0.02107 1.10146 0.00038 0.00107 0.02701 0.04979 23 0.00045 0.02107 1.10208 0.00036 0.00107 0.02702 0.04980 24 0.00045 0.02107 1.10201 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 25 0.00045 0.02107 1.10229 0.00036 0.00107 0.02703 0.04980 26 0.00045 0.02107 1.10204 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 27 0.00045 0.02107 1.10213 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 28 0.00045 0.02107 1.10203 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 29 0.00045 0.02107 1.10214 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 30 0.00045 0.02107 1.10209 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 31 0.00045 0.02107 1.10214 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 32 0.00045 0.02107 1.10209 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 33 0.00045 0.02107 1.10212 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 34 0.00045 0.02107 1.10210 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 35 0.00045 0.02107 1.10212 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 36 0.00045 0.02107 1.10210 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 37 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 38 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 39 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 40 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 41 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 42 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 43 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 44 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 45 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 46 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 47 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 48 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 49 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979 50 0.00045 0.02107 1.10211 0.00037 0.00107 0.02702 0.04979


(3)

1. Variance Decomposition of LPDB (Ln Produk Domestik Bruto)

Period S.E. LPDB LBOT INF LER LXNAI LXPT LXAI

1 0.0221 100.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2 0.0386 59.9035 1.0766 1.5534 4.7518 4.2928 28.3703 0.0517 3 0.0547 52.8487 0.9465 1.9903 9.0088 4.5151 30.6198 0.0708 4 0.0734 42.5212 1.2020 2.2164 10.2771 5.7463 37.9080 0.1290 5 0.0879 41.9289 1.1154 2.0241 10.7303 5.8232 38.2087 0.1694 6 0.1018 40.0421 1.1347 1.9056 10.7304 6.2463 39.7670 0.1740 7 0.1137 39.9223 1.0851 1.8036 10.8582 6.3171 39.8382 0.1755 8 0.1254 38.8928 1.0888 1.7698 10.9670 6.5111 40.5944 0.1761 9 0.1362 38.5450 1.0695 1.7344 11.1059 6.5659 40.7982 0.1811 10 0.1465 37.9611 1.0705 1.7128 11.1793 6.6696 41.2218 0.1850 11 0.1561 37.7518 1.0594 1.6850 11.2423 6.7117 41.3614 0.1884 12 0.1652 37.4419 1.0572 1.6663 11.2796 6.7739 41.5908 0.1903 13 0.1738 37.2857 1.0503 1.6486 11.3211 6.8059 41.6963 0.1920 14 0.1822 37.0761 1.0483 1.6368 11.3525 6.8460 41.8469 0.1934 15 0.1901 36.9485 1.0442 1.6252 11.3834 6.8704 41.9335 0.1949 16 0.1977 36.8049 1.0424 1.6162 11.4062 6.8981 42.0364 0.1960 17 0.2050 36.7079 1.0395 1.6074 11.4274 6.9172 42.1035 0.1970 18 0.2122 36.6051 1.0379 1.6004 11.4445 6.9373 42.1769 0.1978 19 0.2190 36.5276 1.0358 1.5938 11.4608 6.9526 42.2308 0.1986 20 0.2257 36.4490 1.0345 1.5883 11.4746 6.9678 42.2865 0.1993 21 0.2322 36.3860 1.0329 1.5832 11.4873 6.9801 42.3305 0.1999 22 0.2385 36.3246 1.0318 1.5788 11.4984 6.9921 42.3740 0.2004 23 0.2446 36.2729 1.0306 1.5747 11.5086 7.0022 42.4102 0.2009 24 0.2506 36.2234 1.0296 1.5710 11.5176 7.0119 42.4452 0.2014 25 0.2564 36.1803 1.0286 1.5676 11.5260 7.0203 42.4754 0.2018 26 0.2621 36.1394 1.0278 1.5646 11.5336 7.0283 42.5042 0.2021 27 0.2677 36.1030 1.0270 1.5618 11.5406 7.0354 42.5298 0.2025 28 0.2732 36.0687 1.0263 1.5592 11.5470 7.0421 42.5539 0.2028 29 0.2786 36.0376 1.0256 1.5568 11.5529 7.0481 42.5758 0.2031 30 0.2839 36.0084 1.0250 1.5546 11.5584 7.0539 42.5964 0.2033 31 0.2890 35.9815 1.0245 1.5525 11.5635 7.0591 42.6153 0.2036 32 0.2941 35.9563 1.0239 1.5506 11.5683 7.0640 42.6331 0.2038 33 0.2991 35.9329 1.0234 1.5488 11.5727 7.0686 42.6495 0.2040 34 0.3040 35.9108 1.0230 1.5472 11.5769 7.0729 42.6650 0.2042 35 0.3089 35.8903 1.0225 1.5456 11.5808 7.0769 42.6795 0.2044 36 0.3136 35.8709 1.0221 1.5441 11.5845 7.0807 42.6931 0.2046 37 0.3183 35.8527 1.0217 1.5427 11.5879 7.0843 42.7060 0.2048 38 0.3229 35.8354 1.0214 1.5414 11.5912 7.0876 42.7181 0.2049 39 0.3275 35.8192 1.0210 1.5402 11.5942 7.0908 42.7295 0.2051 40 0.3320 35.8038 1.0207 1.5390 11.5972 7.0938 42.7403 0.2052 41 0.3364 35.7893 1.0204 1.5379 11.5999 7.0966 42.7506 0.2053 42 0.3408 35.7754 1.0201 1.5368 11.6025 7.0993 42.7603 0.2055 43 0.3451 35.7623 1.0198 1.5358 11.6050 7.1019 42.7695 0.2056 44 0.3494 35.7498 1.0196 1.5349 11.6074 7.1044 42.7783 0.2057 45 0.3536 35.7379 1.0193 1.5340 11.6096 7.1067 42.7867 0.2058 46 0.3578 35.7266 1.0191 1.5331 11.6118 7.1089 42.7947 0.2059 47 0.3619 35.7157 1.0188 1.5323 11.6138 7.1110 42.8023 0.2060 48 0.3660 35.7054 1.0186 1.5315 11.6158 7.1130 42.8096 0.2061 49 0.3700 35.6954 1.0184 1.5307 11.6177 7.1150 42.8166 0.2062 50 0.3740 35.6860 1.0182 1.5300 11.6195 7.1168 42.8233 0.2063


(4)

Lampiran 9. Lanjutan

2. Variance Decomposition of LBOT (Ln Net Ekspor)

Period S.E. LPDB LBOT INF LER LXNAI LXPT LXAI

1 0.2733 0.0000 100.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2 0.3916 0.1851 96.8119 0.0165 0.3073 1.8737 0.4719 0.3337 3 0.4837 0.6567 94.2840 0.0470 0.5494 2.5988 1.4425 0.4216 4 0.5639 0.9879 92.3250 0.0750 0.7999 3.1091 2.2466 0.4565 5 0.6358 1.2495 90.7528 0.0984 0.9988 3.4851 2.9459 0.4696 6 0.7008 1.4644 89.6008 0.1122 1.1419 3.7491 3.4558 0.4757 7 0.7606 1.6302 88.7217 0.1213 1.2459 3.9518 3.8485 0.4805 8 0.8161 1.7632 88.0467 0.1277 1.3269 4.1050 4.1461 0.4845 9 0.8682 1.8666 87.4954 0.1334 1.3943 4.2290 4.3938 0.4874 10 0.9175 1.9523 87.0437 0.1382 1.4511 4.3286 4.5968 0.4894 11 0.9644 2.0229 86.6644 0.1422 1.4985 4.4120 4.7692 0.4907 12 1.0091 2.0833 86.3481 0.1454 1.5381 4.4812 4.9121 0.4917 13 1.0519 2.1344 86.0787 0.1481 1.5715 4.5403 5.0344 0.4927 14 1.0930 2.1785 85.8481 0.1504 1.6003 4.5907 5.1386 0.4934 15 1.1327 2.2165 85.6472 0.1524 1.6254 4.6346 5.2298 0.4941 16 1.1710 2.2500 85.4715 0.1542 1.6474 4.6728 5.3095 0.4947 17 1.2081 2.2793 85.3163 0.1557 1.6669 4.7066 5.3800 0.4952 18 1.2441 2.3055 85.1788 0.1571 1.6841 4.7365 5.4424 0.4956 19 1.2791 2.3289 85.0558 0.1583 1.6995 4.7633 5.4983 0.4960 20 1.3132 2.3499 84.9454 0.1594 1.7133 4.7873 5.5484 0.4963 21 1.3464 2.3688 84.8456 0.1604 1.7258 4.8091 5.5937 0.4966 22 1.3788 2.3861 84.7550 0.1613 1.7372 4.8288 5.6348 0.4969 23 1.4104 2.4017 84.6724 0.1621 1.7475 4.8467 5.6723 0.4971 24 1.4414 2.4161 84.5969 0.1629 1.7570 4.8631 5.7066 0.4974 25 1.4717 2.4293 84.5275 0.1636 1.7657 4.8782 5.7382 0.4976 26 1.5014 2.4415 84.4635 0.1642 1.7737 4.8922 5.7672 0.4978 27 1.5306 2.4527 84.4043 0.1648 1.7811 4.9050 5.7941 0.4980 28 1.5591 2.4631 84.3494 0.1653 1.7880 4.9170 5.8190 0.4981 29 1.5872 2.4728 84.2984 0.1658 1.7944 4.9281 5.8422 0.4983 30 1.6148 2.4819 84.2508 0.1663 1.8004 4.9384 5.8638 0.4984 31 1.6419 2.4903 84.2064 0.1667 1.8060 4.9481 5.8840 0.4986 32 1.6686 2.4982 84.1648 0.1672 1.8112 4.9571 5.9029 0.4987 33 1.6948 2.5057 84.1257 0.1675 1.8161 4.9656 5.9206 0.4988 34 1.7207 2.5126 84.0889 0.1679 1.8207 4.9736 5.9373 0.4989 35 1.7462 2.5192 84.0543 0.1682 1.8250 4.9811 5.9531 0.4990 36 1.7713 2.5254 84.0217 0.1686 1.8291 4.9882 5.9679 0.4991 37 1.7960 2.5313 83.9908 0.1689 1.8330 4.9949 5.9819 0.4992 38 1.8204 2.5369 83.9615 0.1692 1.8366 5.0013 5.9952 0.4993 39 1.8445 2.5421 83.9338 0.1694 1.8401 5.0073 6.0078 0.4994 40 1.8683 2.5471 83.9075 0.1697 1.8434 5.0131 6.0197 0.4995 41 1.8918 2.5519 83.8825 0.1700 1.8466 5.0185 6.0311 0.4995 42 1.9150 2.5564 83.8587 0.1702 1.8495 5.0237 6.0419 0.4996 43 1.9379 2.5607 83.8360 0.1704 1.8524 5.0286 6.0522 0.4997 44 1.9606 2.5648 83.8144 0.1706 1.8551 5.0333 6.0621 0.4997 45 1.9830 2.5688 83.7937 0.1708 1.8577 5.0378 6.0714 0.4998 46 2.0051 2.5725 83.7739 0.1710 1.8602 5.0421 6.0804 0.4999 47 2.0270 2.5761 83.7550 0.1712 1.8625 5.0462 6.0890 0.4999 48 2.0487 2.5795 83.7369 0.1714 1.8648 5.0502 6.0972 0.5000 49 2.0701 2.5828 83.7195 0.1716 1.8670 5.0539 6.1051 0.5000 50 2.0913 2.5860 83.7028 0.1717 1.8691 5.0576 6.1127 0.5001


(5)

3. Variance Decomposition of INF (Inflasi)

Period S.E. LPDB LBOT INF LER LXNAI LXPT LXAI

1 5.8199 0.0000 0.0000 100.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2 8.2385 11.4359 0.4303 75.3279 0.0045 9.3173 0.3469 3.1372 3 10.3016 12.5270 1.7077 48.7583 5.8901 9.7982 15.9497 5.3691 4 12.8092 10.9067 3.4848 31.7525 12.9520 9.5777 27.2904 4.0360 5 14.4238 10.6296 4.7543 25.0558 13.7497 9.4972 32.9198 3.3936 6 14.9057 11.2695 5.5374 23.7110 13.3370 9.5048 33.1742 3.4661 7 15.1197 11.4111 6.1969 23.2820 12.9756 9.5085 32.7201 3.9057 8 15.2514 11.3979 6.7761 22.9678 12.7588 9.4297 32.2248 4.4450 9 15.3838 11.2658 7.4648 22.5766 12.5765 9.3568 31.8351 4.9244 10 15.4983 11.1550 8.1335 22.2462 12.4184 9.2678 31.4547 5.3245 11 15.6052 11.0346 8.7920 21.9476 12.2521 9.1821 31.0749 5.7167 12 15.7017 10.9227 9.3757 21.6932 12.1036 9.0867 30.6952 6.1228 13 15.7981 10.7999 9.9453 21.4385 11.9610 8.9910 30.3218 6.5425 14 15.8921 10.6800 10.4918 21.1922 11.8242 8.8943 29.9660 6.9515 15 15.9860 10.5597 11.0413 20.9475 11.6889 8.8006 29.6153 7.3468 16 16.0783 10.4438 11.5711 20.7121 11.5593 8.7079 29.2779 7.7280 17 16.1705 10.3289 12.0905 20.4808 11.4334 8.6170 28.9468 8.1026 18 16.2619 10.2168 12.5909 20.2563 11.3120 8.5270 28.6267 8.4702 19 16.3530 10.1063 13.0826 20.0355 11.1930 8.4390 28.3122 8.8314 20 16.4434 9.9985 13.5617 19.8201 11.0769 8.3527 28.0063 9.1839 21 16.5334 9.8926 14.0325 19.6088 10.9632 8.2684 27.7060 9.5286 22 16.6228 9.7893 14.4917 19.4025 10.8522 8.1856 27.4133 9.8654 23 16.7118 9.6879 14.9417 19.2003 10.7436 8.1047 27.1263 10.1955 24 16.8002 9.5888 15.3813 19.0026 10.6374 8.0253 26.8459 10.5187 25 16.8883 9.4915 15.8124 18.8088 10.5334 7.9477 26.5709 10.8353 26 16.9758 9.3964 16.2341 18.6191 10.4316 7.8715 26.3020 11.1453 27 17.0630 9.3031 16.6477 18.4332 10.3318 7.7970 26.0383 11.4489 28 17.1496 9.2118 17.0526 18.2511 10.2341 7.7239 25.7801 11.7464 29 17.2359 9.1222 17.4495 18.0726 10.1383 7.6523 25.5270 12.0381 30 17.3217 9.0344 17.8385 17.8977 10.0444 7.5821 25.2790 12.3239 31 17.4071 8.9484 18.2200 17.7262 9.9524 7.5133 25.0357 12.6042 32 17.4921 8.8640 18.5940 17.5580 9.8621 7.4458 24.7972 12.8790 33 17.5766 8.7812 18.9609 17.3930 9.7736 7.3796 24.5633 13.1485 34 17.6608 8.7000 19.3207 17.2311 9.6868 7.3147 24.3338 13.4129 35 17.7445 8.6203 19.6738 17.0723 9.6015 7.2509 24.1087 13.6724 36 17.8279 8.5421 20.0203 16.9165 9.5179 7.1884 23.8877 13.9270 37 17.9109 8.4654 20.3604 16.7636 9.4359 7.1270 23.6709 14.1769 38 17.9935 8.3900 20.6943 16.6134 9.3553 7.0668 23.4580 14.4222 39 18.0757 8.3161 21.0221 16.4660 9.2762 7.0076 23.2490 14.6630 40 18.1575 8.2434 21.3440 16.3212 9.1985 6.9495 23.0437 14.8996 41 18.2390 8.1721 21.6602 16.1790 9.1222 6.8925 22.8421 15.1319 42 18.3201 8.1020 21.9708 16.0394 9.0473 6.8364 22.6441 15.3601 43 18.4009 8.0331 22.2759 15.9021 8.9737 6.7814 22.4495 15.5843 44 18.4813 7.9655 22.5758 15.7673 8.9013 6.7273 22.2583 15.8046 45 18.5613 7.8990 22.8704 15.6348 8.8302 6.6741 22.0704 16.0211 46 18.6410 7.8336 23.1601 15.5045 8.7603 6.6218 21.8857 16.2340 47 18.7204 7.7694 23.4449 15.3764 8.6916 6.5704 21.7042 16.4432 48 18.7994 7.7062 23.7248 15.2505 8.6241 6.5199 21.5256 16.6489 49 18.8782 7.6441 24.0001 15.1267 8.5576 6.4702 21.3501 16.8512 50 18.9565 7.5830 24.2709 15.0049 8.4923 6.4214 21.1774 17.0501


(6)

Lampiran 9. Lanjutan

4. Variance Decomposition of LER (Ln Exchange Rate)

Period S.E. LPDB LBOT INF LER LXNAI LXPT LXAI

1 0.0821 0.0000 0.0000 0.0000 100.0000 0.0000 0.0000 0.0000 2 0.1816 0.8082 2.5075 3.3560 46.9711 13.8879 32.4354 0.0339 3 0.2209 4.9473 1.8406 3.1202 47.7134 12.0247 30.3136 0.0401 4 0.2600 4.8471 2.0248 3.1757 44.5329 12.7548 32.6356 0.0291 5 0.2830 5.8702 1.8943 3.1180 45.2384 12.4589 31.3949 0.0254 6 0.3066 5.7586 2.0082 3.2004 44.5751 12.6430 31.7918 0.0229 7 0.3241 6.0465 1.9952 3.2283 45.1116 12.5133 31.0844 0.0206 8 0.3420 5.9697 2.0804 3.2879 44.9870 12.5800 31.0762 0.0188 9 0.3566 6.0975 2.0974 3.3052 45.3656 12.5201 30.5970 0.0173 10 0.3713 6.0625 2.1580 3.3363 45.4243 12.5546 30.4482 0.0162 11 0.3842 6.1195 2.1831 3.3525 45.7065 12.5244 30.0990 0.0151 12 0.3973 6.0952 2.2287 3.3776 45.8136 12.5392 29.9315 0.0143 13 0.4093 6.1197 2.2546 3.3938 46.0229 12.5212 29.6743 0.0135 14 0.4213 6.1056 2.2896 3.4126 46.1346 12.5274 29.5174 0.0128 15 0.4327 6.1181 2.3131 3.4258 46.2951 12.5170 29.3186 0.0122 16 0.4439 6.1102 2.3406 3.4402 46.4000 12.5194 29.1778 0.0117 17 0.4546 6.1161 2.3614 3.4516 46.5269 12.5130 29.0198 0.0112 18 0.4653 6.1111 2.3836 3.4634 46.6206 12.5133 28.8971 0.0108 19 0.4755 6.1138 2.4017 3.4733 46.7233 12.5090 28.7686 0.0104 20 0.4857 6.1108 2.4201 3.4830 46.8056 12.5084 28.6622 0.0100 21 0.4955 6.1119 2.4357 3.4914 46.8906 12.5054 28.5553 0.0097 22 0.5053 6.1100 2.4512 3.4995 46.9627 12.5045 28.4628 0.0093 23 0.5147 6.1104 2.4648 3.5068 47.0345 12.5022 28.3722 0.0091 24 0.5241 6.1091 2.4780 3.5138 47.0976 12.5012 28.2916 0.0088 25 0.5333 6.1091 2.4899 3.5202 47.1591 12.4994 28.2138 0.0085 26 0.5423 6.1082 2.5013 3.5262 47.2146 12.4983 28.1430 0.0083 27 0.5511 6.1080 2.5118 3.5318 47.2681 12.4969 28.0753 0.0081 28 0.5599 6.1074 2.5218 3.5371 47.3171 12.4959 28.0129 0.0079 29 0.5685 6.1071 2.5310 3.5421 47.3641 12.4947 27.9534 0.0077 30 0.5769 6.1066 2.5399 3.5468 47.4077 12.4937 27.8979 0.0075 31 0.5853 6.1063 2.5481 3.5511 47.4493 12.4927 27.8452 0.0073 32 0.5935 6.1059 2.5560 3.5553 47.4882 12.4918 27.7957 0.0072 33 0.6016 6.1056 2.5634 3.5593 47.5254 12.4909 27.7486 0.0070 34 0.6096 6.1052 2.5704 3.5630 47.5604 12.4901 27.7041 0.0069 35 0.6175 6.1049 2.5771 3.5665 47.5937 12.4893 27.6618 0.0067 36 0.6253 6.1046 2.5834 3.5699 47.6253 12.4886 27.6216 0.0066 37 0.6330 6.1043 2.5894 3.5731 47.6555 12.4879 27.5833 0.0065 38 0.6407 6.1041 2.5952 3.5762 47.6842 12.4872 27.5469 0.0063 39 0.6482 6.1038 2.6006 3.5791 47.7116 12.4865 27.5122 0.0062 40 0.6556 6.1036 2.6059 3.5819 47.7377 12.4859 27.4790 0.0061 41 0.6630 6.1033 2.6109 3.5845 47.7627 12.4853 27.4472 0.0060 42 0.6702 6.1031 2.6157 3.5871 47.7866 12.4848 27.4169 0.0059 43 0.6774 6.1029 2.6202 3.5895 47.8095 12.4842 27.3878 0.0058 44 0.6846 6.1027 2.6246 3.5918 47.8314 12.4837 27.3600 0.0057 45 0.6916 6.1025 2.6289 3.5941 47.8525 12.4832 27.3332 0.0056 46 0.6986 6.1023 2.6329 3.5962 47.8727 12.4827 27.3076 0.0056 47 0.7055 6.1021 2.6368 3.5983 47.8921 12.4823 27.2829 0.0055 48 0.7123 6.1020 2.6405 3.6003 47.9108 12.4818 27.2592 0.0054 49 0.7191 6.1018 2.6441 3.6022 47.9288 12.4814 27.2363 0.0053 50 0.7258 6.1016 2.6476 3.6040 47.9461 12.4810 27.2143 0.0052