226 nol persen, hendaknya pemerintah membuat kesepakatan dengan mitra
dagang agar pelaksanaannya dilaksanakan secara bertahap dan selektif, mengingat daya saing produk pertanian dan produk industri manufaktur
Indonesia masih relatif rendah, baik di pasaran dalam negeri maupun di pasaran internasional.
8.2.3. Terkait dengan upaya penguatan dan peningkatan produksi industri
manufaktur, terutama industri nonagro yang memiliki muatan impor faktor cukup besar barang-barang modal, bahan baku, dan bahan penolong, dan
masih mendominasi kegiatan produksi, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Untuk meningkatkan daya saing, kebijakan impor
faktor perlu dikaji ulang, sehingga impor faktor dapat dilakukan dengan efektip, dan dapat memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap
peningkatan kinerja makroekonomi Indonesia, bahkan secara bertahap perlu dilakukan pengurangan, dan lebih kreatif meningkatkan penggunaan
sumberdaya lokal. Jika tidak melakukan perubahan orientasi dalam penggunaan sumberdaya untuk kegiatan produksi, maka ketergantungan
terhadap sumberdaya impor akan tetap menjadi kendala peningkatan kinerja makroekonomi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
8.2.4. Peningkatan kontribusi ekspor pertanian terhadap PDB dalam jangka
panjang, mengindikasikan bahwa juga terjadi peningkatan kegiatan produksi di sektor pertanian. Kendatipun peningkatan produksi dan ekspor
227 komoditi primer perlu dilakukan, namun sebaiknya yang dilakukan oleh
pemerintah adalah
mempersiapkan sektor-sektor
lain yang
dapat meningkatkan nilai ekspor dari produk primer tersebut, misalnya
meningkatkan peranan industri agro dalam penciptaan nilai tambah terhadap produk-produk primer pertanian lokal. Kebijakan untuk
mendorong pelaku usaha mengubah komoditas primer, yang sebagian besar merupakan komoditas ekspor pertanian, menjadi produk antara atau
produk jadi agroindustri akan meningkatkan permintaan komoditas primer, sehingga produksi pertanian akan meningkat untuk memasok input
industri manufaktur. Kebijakan ini akan lebih baik daripada melindungi komoditas primer dengan cara menaikkan tarif ekspor, yang akan menjadi
beban bagi produsen dan eksportir.
8.2.5. Untuk meningkatkan peranan ekspor produk pertanian dan produk agro
pada kinerja makroekonomi Indonesia dimasa yang akan datang, harus ada kebijakan pemerintah yang dapat mendukung perbaikan di bidang ekspor
tersebut, misalnya kebijakan stabilisasi harga produksi, penelitian dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan produksi, baik untuk
produksi tanaman unggulan untuk ekspor maupun pasokan kebutuhan
untuk industri agro. Di samping itu perbaikan dan peningkatan efisiensi birokrasi, serta infrastruktur yang terkait dengan kepentingan pertanian dan
pelaku usaha ekspor impor, sehingga dapat meningkatkan daya tarik investor pada sektor pertanian. Hal lain yang terkait dengan upaya
peningkatan produksi pertanian adalah, bahwa pengelolaan pertanian di sektor tertentu secara modern, terutama komoditi pertanian harus mulai
menjadi pertimbangan dalam meningkatkan produktivitas dan skala usaha produksi pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi penciptaan
228 teknologi dibidang pertanian dan impor barang-barang modal untuk
kebutuhan peningkatan produksi pertanian.
8.2.6.
Untuk meningkatkan daya saing komoditas ekspor manufaktur, di samping meningkatkan penggunan sumberdaya lokal, maka tingkat inflasi harus
dikendalikan, di samping itu komitmen pemerintah untuk meningkatkan efisiensi birokrasi, perbaikan infrastruktur baik fisik maupun teknologi,
serta meningkatkan iklim persaingan usaha yang sehat. Dengan demikian usaha-usaha di sektor industri manufaktur dapat terus meningkat.
8.3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut