Perkembangan Investasi di Sektor Industri Manufaktur

145

6.1.5. Perkembangan Investasi di Sektor Industri Manufaktur

Kinerja sektor industri manufaktur, di samping telah memberikan kontribusi terbesar pada PDB dan ekspor non migas, sektor industri manufaktur juga berperan dalam menciptakan langan kerja, walaupun demikian, jika dibandingkan dengan kemampuan sektor pertanian, dan sektor perdagangan, masih tertinggal. Berdasarkan laporan BPS, 1994, Sektor industri manufaktur hanya mampu menyerap angkatan kerja sebesar 11 persen, sementara sektor pertanian mampu menyerap angkatan kerja 51 persen, dan perdagangan telah mampu menyerap angkatan kerja 15 persen. Oleh sebab itu secara agregatif sektor industri manufaktur masih bersifat padat modal, walaupun diantaranya padat karya seperti, tekstil dan produk tekstil, kerajinan dari kayu. Di bidang investasi, di sektor industri manufaktur berkembang cukup pesat. Sebagai gambaran, posisi kredit investasi perbankan dalam rupiah menurut sektor ekonomi dapat dilihat pada Gambar 13. 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Tahun M il ia r R p IvPT 9841 11010 12426 13443 10678 8684 9682 10016 10354 10984 12668 15622 17982 23894 35009 IvIM 15324 15102 17572 24819 9193 7324 10784 15194 15142 17440 20992 23382 24629 31006 37992 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1996-20010 data diolah Gambar 13. Perkembangan Kredit Investasi di Sektor Pertanian dan Sektor Industri Manufaktur, Tahun 1995-2009 146 Sebelum krisis, investasi di sektor industri paling tinggi, bahkan hingga tahun 1998 kredit investasi industri meningkat cukup besar, namun pada tahun 1999 hingga tahun 2000 investasi industri mengalami penurunan, bahkan di bawah peningkatan investasi pertanian. Tapi mulai tahun 2001 investasi industri kembali mengalami kenaikan hingga tahun 2009 di atas pertumbuhan investasi di sektor pertanian. Jika diperhatikan keterkaitan antara pertumbuhan investasi dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri manufaktur, hubungannya sangat lemah. Karena besarnya investasi di sektor industri manufaktur, tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada pertumbuhan kesempatan kerja di sektor tersebut. Sementara di sektor pertanian walaupun tingkat investasinya tidak terlalu besar, tapi dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Dari kondisi tersebut jelas bahwa, industri manufaktur termasuk padat modal, sementara sektor pertanian adalah padat karya. Walaupun demikian di sektor industri manufaktur juga terdapat beberapa industri yang padat karya, misalnya industri makanan dan minuman, kerajinan kayu, produk tekstil. Tenaga kerja dikedua sektor tersebut memiliki perbebedaan, di sektor industri manufaktur tenaga kerjanya memiliki kelebihan pada ketrampilan dan keahlian. Sementara di sektor pertanian sebagian besar tenaga kerja yang terserap kurang memiliki ketrampilan dan keahlian di bidangnya masing-masing, sehingga produktivitas tenaga kerjanya juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri manufaktur.

6.1.6. Beberapa Permasalahan yang Terkait dengan Ekspor Manufaktur