terjangkau menjadi penting untuk dilakukan. Afridiana 2011 berhasil membuat glukosamin hidroklorida dengan tingkat
kemurnian sebesar 45,64 dari kitin udang pada perlakuan HCl 37 pekat dengan suhu pemanasan 90
o
C selama 4 jam. Rismawan 2012 berhasil membuat glukosamin dari kitosan dengan rendemen 51,04 pada perlakuan HCl 22
dengan tekanan vakum 1 atm selama 2 jam. Penelitian Rismawan 2012 dinilai lebih praktis karena tidak memerlukan proses pengadukan yang kontinyu dalam
proses pembuatannya. Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan dari penelitian terdahulu
yaitu mendapatkan kondisi optimum pembuatan glukosamin hidroklorida dari kitin atau kitosan pada skala laboratorium dengan metode pembuatan yang
sederhana yakni menggunakan autoklaf. Hasil penelitian yang diharapkan adalah diperolehnya metode pembuatan glukosamin hidroklorida yang efektif dan efisien
dari segi kualitas, waktu maupun biaya produksi. Karakteristik yang akan dilihat diantaranya tingkat kelarutan, warna, titik leleh melting point temperature, pita
serapan infra merah uji FTIR, dan nilai rendemen glukosamin.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah 1.
Memperoleh metode pembuatan glukosamin hidroklorida GlcN HCl yang praktis dan efisien melalui penerapan teknologi sederhana dan aman.
2. Menganalisis karakteristik produk glukosamin hidroklorida GlcN HCl
hasil penelitian.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Osteoarthritis OA
Osteoarthritis yang juga sebagai penyakit degeneratif pada sendi adalah bentuk penyakit radang sendi yang paling umum dan merupakan sumber utama
penyebab rasa sakit dan lumpuh, terutama pada orang lanjut usia lansia. OA merupakan penyakit degeneratif kronik pada sendi yang terjadi akibat menipisnya
lapisan tulang rawan yang melindungi ujung tulang sejati. Tulang rawan menjadi kasar sehingga menimbulkan gesekan dan peradangan. Bentuk kerusakan yang
terjadi ialah perubahan struktural dan pengikisan kartilago yang menimbulkan rasa sakit dan kaku Kralovec dan Barrow 2008.
OA dapat disebabkan oleh penekanan beban tubuh yang secara terus-menerus terhadap persendian, sehingga mengakibatkan kerusakan terhadap tulang rawan
sendi. Akibat lanjut dari OA diantaranya adalah timbulnya rasa nyeri karena terjepitnya ujung-ujung saraf sensoris oleh osteofit-osteofit yang terbentuk serta
adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak di sekitar sendi yang akan mengakibatkan deformitas, terlepasnya osteofit pada suatu gerakan menimbulkan
krepitasi pada sendi tersebut Carter 1995 dalam Utami 2010.
2.2 Glukosamin hidroklorida GlcN HCl
Glukosamin hidroklorida memiliki nama lain yakni 2-amino-2-deoxy-D- glucopyranose, kitosamin hidroklorida, dan D-+-glukosamin hidroklorida.
Secara struktural, glukosamin merupakan gula beramin dengan rumus molekul C
6
H
13
NO
5
HCl dan massa molekul 215,63 Da. Glukosamin dalam bentuk murni berbentuk serbuk kristal putih dengan titik leleh 190-194
o
C. Glukosamin memiliki kelarutan tinggi dalam air dengan titik larut 100 mgmL pada suhu 20
o
C Kralovec dan Barrow 2008. Struktur kimia glukosamin hidroklorida ditunjukkan
oleh Gambar 1. Glukosamin merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tubuh manusia
yang merupakan unsur pokok dari GAG pada tulang rawan dan cairan synovial. Glukosamin dalam tubuh berfungsi untuk memproduksi cairan synovial sebagai
bahan pelumas pada tulang rawan. Kekurangan cairan synovial dalam tubuh dapat
Gambar 1 Struktur kimia glukosamin hidroklorida Mojarrad et al. 2007 menimbulkan kekakuan pada sendi sehingga menyebabkan penyakit osteoarthritis
OA. Pemberian glukosamin sulfat secara oral dapat membantu produksi cairan synovial untuk mencegah dan mengobati penyakit OA Williams 2004 dalam
Afridiana 2011. Penelitian Kulkarni et al. 2012 menunjukkan bahwa konsumsi glukosamin hidroklorida dan atau glukosamin sulfat terhadap pasien penderita OA
tingkat sedang berpengaruh nyata terhadap pengurangan rasa nyeri pada sendi. Dosis harian untuk konsumsi glukosamin menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia BPOM RI tahun 2004 adalah 1500 mg hari. Hasil penelitian Hathcock dan Andrew 2006 menunjukkan bahwa asupan glukosamin
secara oral pada dosis 2000 mg hari aman untuk dikonsumsi. Adapun efek konsumsi glukosamin terhadap tubuh dapat dilihat setelah satu bulan pemakaian.
Mutu glukosamin hidroklorida menurut standar United State Pharmacopeia USP ditunjukkan pada Tabel 1.
Glukosamin dapat dihasilkan dengan beberapa cara ekstraksi yakni proses hidrolisis kimiawi, proses enzimatis, proses fermentasi, dan proses gabungan
antara ketiganya. Produksi glukosamin dengan proses ekstraksi enzimatis dan fermentasi biasanya dilakukan pada skala laboratorium. Proses ekstraksi yang
paling umum digunakan pada produksi glukosamin skala industri adalah proses hidrolisis kimiawi dengan kombinasi asam HCl dan basa NaOH dengan
konsentrasi tertentu. Menurut Kralovec dan Barrow 2008 angka hidrolisis kitin menjadi glukosamin menurun ketika konsentrasi asam yang digunakan kurang
dari 9 M. Kadar asam yang rendah menyebabkan terjadinya hidrolisis yang tidak sempurna dan terbentuknya kitosan oligomer. Hidrolisis yang tidak sempurna juga
dapat disebabkan oleh kurangnya waktu reaksi meskipun konsentrasi asam yang digunakan mencapai 10 M.
Tabel 1 Spesifikasi mutu glukosamin hidroklorida GlcN menurut USP
Sumber: USP 2006 dalam Cargill Inc. 2006
2.3 Kitin