108
Lokasi Trans Sosial dengan tidak ada pilihan harus hidup berdampingan dengan Masyarakat Terang yang berada di luar kelompok mereka.
4.2.2 Lingkungan Tempat Bekerja
Mata Pencaharian Suku Anak Dalam adalah bertani dan berladang, selain itu Suku Anak Dalam juga memiliki pekerjaan sebagai pemburu babi hutan dan bekerja
sebagai buruh kasar seperti membantu petani ketika memanen sawit, Suku Anak Dalam sebagai pendodosnya dan membawa sawit memakai beko ke pinggir ladang
untuk dimuat kedalam truk pengangkat buah sawit. Suku Anak Dalam yang bekerja sebagai petani di kebun sendiri memiliki kehidupan ekonomi yang berkecukupan.
Namun, Suku Anak Dalam yang bekerja sebagai pemburu dan buruh kasar tidak memiliki pengahasilan yang tetap. Sehingga, kehidupan mereka serba kekurangan.
Di lingkungan tempat Suku Anak Dalam bekerja berdampingan dengan Masyarakat Terang. Masyarakat Terang yang memperkerjakaan Suku Anak Dalam
menganggap sama dengan pekerja yang berasal dari Masyarakat Terang sendiri. Tidak adanya perbedaan antara Suku Anak Dalam dengan buruh Masyarakat Terang
membuat Suku Anak Dalam nyaman bekerja. Komunikasi yang terjadi antara Suku Anak Dalam dengan Masyarakat Terang berjalan dengan lancar selama di tempat
kerja. Bahasa yang digunakan oleh Suku Anak Dalam juga sudah dapat dimengerti oleh Masyarakat Terang. sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Tabel 10 Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan “Dengan Siapakah Anda Lebih Sering Berkomunikasi dan Bergaul Selama Anda
Bekerja?.” No
Jawaban Freekuensi F
Persentase 1
Sesama SAD 15
42,86
109
2
Netral 10
28,57
3 Masyarakat Terang
10 28,57
Total 35
100
Sumber : Data Penelitian Lapangan Kuesioner Agustus 2012
Jawaban yang diberikan oleh responden berdasarkan pertanyaan “Dengan Siapakah Anda Lebih Sering Berkomunikasi dan Bergaul Selama Anda Bekerja?.”
Sesama SAD memiliki Frekuensi 15 dengan persentase 42,86, Responden yang memberikan jawaban Netral memiliki frekuensi 10 dengan persentase 28,57,
Sedangkan yang menjawab Masyarakat Terang memiliki Frekuensi 10 dengan persentase 28,57.
Data di atas juga diperkuat oleh pernyataan salah seorang Suku Anak Dalam yang berada di Lokasi Trans Sosial, berikut hasil wawancara yang didapat dari
informan. “…selama saya bekerja dengan majikan saya, saya selalu
berbicara dengan dia ketika saya baru sampai di lahan yang akan dipanen, majikan saya selalu berbicara dan menjelaskan pokok
sawit yang mana saja yang akan dipanen. Saat istirahat akmi juga sering mengobrol bersama. Obrolan kami bermacam – macam
kadang masalah sawit, kadang masalah ekonomi. Yang peting kami mengobrol dan berbagi cerita bersama tanpa ada rasa jijik
memandang saya yang Suku Anak Dalam..”
43
Dengan pertnyataan yang diberikan oleh informan, menunjukan bahwa tidak semua Masyarakat Terang menjauhi dan menolak Suku Anak Dalam. Hidup
berdampingan dengan Masyarakat Terang tidak menjadi permasalahan yang besar lagi bagi Suku Anak Dalam.
43. Wawancara dengan Bapak Nyenang, 32 Tahun. Wawancara dilakukan pada bulan Agustus 2012,
di Lokasi Trans Sosial.
110
4.3 Masalah Yang Ditemui Oleh Suku Anak Dalam