Kearifan Suku Anak Dalam

25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PROGRAM TRANS SOSIAL

2.1 Kearifan Suku Anak Dalam

Dwi Fitri 2011 menyebutkan dalam jurnal yang berjudul Kearifan Suku Anak Dalam mengatakan bahwa manusia modern seperti kita sekarang ini merupakan keturunan dari manusia pemburu dan peramu cro magnon yang sehari-harinya mengumpulkan buah-buahan, akar-akaran, serta berburu hewan liar. Di Indonesia, manusia pemburu dan peramu masih dapat ditemui di sepanjang aliran sungai Provinsi Jambi. Mereka adalah Suku Anak Dalam yang merupakan salah satu komunitas masyarakat asli yang hidup di Jambi. Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah masyarakat yang tinggal di pedalaman hutan terutama di pulau Sumatera. Pada umumnya, mereka menempati areal hutan atau daerah sepanjang bantaran sungai yang terdapat di Provinsi Jambi. Di Provinsi Jambi Suku Anak Dalam dapat ditemui di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas atau areal bantaran Sungai Beruang di kabupaten Muarajambi dan Batanghari. Kehidupan Suku Anak Dalam ketika berada di hutan sehari – hari bergantung dengan alam. Kegiatan berburu menjadi aspek penting dilakukan karena dengan itulah masyarakat Suku Anak Dalam mampu bertahan hidup.Pada umumnya mereka mencari rotan, damar, buah jerenang sejenis buah untuk pewarna pakaian, getah jelutung untuk karet pohon, getah balam merah untuk karet sampai berburu binatang. Hasil pencarian dan perburuan tersebut sebagian besar akan dijual oleh masyarakat Suku Anak Dalam untuk memenuhi kebutuhan harian mereka dan sisanya dikonsumsi keluarga. Biasanya kegiatan berburu ini dilakukan di hutan sekitar tempat 26 tinggal mereka. Suku Anak Dalam memenuhi kebutuhan mereka tidak hanya berburu saja, sebagian dari Suku Anak Dalam biasanya melakukan cocok tanam seperti ubi- ubian. Mereka juga menjual rotan, karet, serta jerenang kepada masyarakat luar rimba. Dari hasil penjualan itu, mereka membeli bahan kebutuhan pokok seperti gula, kopi, atau garam. Adanya pertukaran barang antara masyarakat luar rimba dengan Suku Anak Dalam membuktikan adanya keterbukaan dari Suku Anak Dalam terhadap dunia luar. Beberapa Suku Anak Dalam bahkan menetap di luar rimba dan menyesuaikan diri dengan kehidupan Masyarakat Melayu atau Transmigran di sana. Sebagian Suku Anak Dalam juga telah mengenal teknologi telepon genggam, pendidikan sekolah, dan alat transportasi motor yang memberikan jalan bagi mereka untuk belajar banyak hal baru. Meski demikian, Suku Anak Dalam mengalami Culture Shock yang disebabkan oleh ketidakterbatasan mereka berhadapan dengan hal – hal yang baru. Mengenai pendidikan, warga Suku Anak Dalam yang enggan menyekolahkan anaknya, biasanya bermuara karena persoalan jauhnya sekolah. Hal itu menyebabkan sang orangtua tidak bisa mengajarkan tentang pengetahuan lokal mereka yang berupa adat istiadat serta kemampuan bertahan hidup dengan berladang dan berburu di hutan secara maksimal, karena pengaruh budaya yang ada di sekitar mereka sudah berubah. Sekarang, para guru memiliki cara dengan metode jemput bola, yakni pengajar datang langsung ke lokasi dan mendidik anak Suku Dalam untuk bisa menjadi pengajar bagi masyarakatnya. Pengetahuan lokal Suku Anak Dalam sangat spesial, yang paling menarik adalah pendidikan tentang seks serta pembelajaran tentang proses persalinan mereka. 27 Meski sering dianggap primitif serta terbelakang bagi masyarakat luar rimba atau Masyarakat Terang, warga Suku Anak Dalam justru sangat terbuka dalam membicarakan persoalan pendidikan seksualitas. Seks menjadi sesuatu hal yang biasa untuk dibicarakan di sana, bukan hal yang tabu. Misalnya saja, ketika seorang pengantin lelaki bercerita tentang pengalaman malam pertamanya, ia melakukan tanpa malu-malu. Sementara di sampingnya, ada beberapa anak kecil yang juga mendengarkan. Hal ini menjadi unik ketika mengetahui fakta tidak ada kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh warga Suku Anak Dalam di luar keterbukaan mereka terhadap seksualitas. Menurut Suku Anak Dalam semua persoalan seksualitas itu berasal dari pikiran. Kalau Suku Anak Dalam memiliki pikiran jahat maka, ketika seorang perempuan berpakaian tertutup pemerkosaan bisa saja terjadi. Namun, ketika Suku Anak Dalam memiliki pikiran yang baik maka, ketika perempuan Suku Anak Dalam bertelanjang dada akan biasa – biasa saja. Sementara itu, mengenai proses persalinan, warga Suku Anak Dalam, biasanya menyuruh anak-anak mereka untuk melihat langsung proses persalinan dan perjuangan sang ibu dalam menyampaikan sang bayi selamat sampai ke dunia. Dengan metode seperti itu, anak-anak Suku Anak Dalam itu bisa lebih berempati terhadap perempuan serta menghormati kaum ibu melalui proses persalinan secara alamiah.

2.2 Suku Anak Dalam Masih Melestarikan Budaya Leluhur