Analisis Struktur Komunitas Lamun .1 Komposisi Jenis Lamun

Projection of the cases on the factor-plane 1 x 2 Cases with sum of cosine square = 0.00 Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 Factor 1: 49.40 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 Fac tor 2: 26. 39 Gambar 20 Analisis Komponen Utama sebaran stasiun utama dan stasiun kontrol terkait sebaran parameter fisik kimia di Pulau Bone Batang. 4.4 Analisis Struktur Komunitas Lamun 4.4.1 Komposisi Jenis Lamun Komunitas lamun di Pulau Bone Batang tergolong komunitas campuran mixed community yang terdiri dari 2-3 spesies lamun atau lebih. Adapun jenis- jenis lamun tersebut dapat di lihat pada Tabel 5 di bawah ini: Tabel 5 Komposisi jenis lamun di Pulau Bone Batang. Suku Marga dan Spesies Cymodoceaceae Cymodocea rotundata Ehrenberg Hemprich ex Ascherson Halodule uninervis Forsskal Ascherson Syringodium isoetifolium Ascherson Dandy Thalassia hemprichii Ehrenberg Ascherson Hydrocharitaceae Enhalus acoroides L.f Royle Halophila ovalis R. Brown Halophila minor Zollinger den Hartog Dari hasil pengambilan data dengan menggunakan plot ukuran 0.5 x 0.5 m dan sediment corer berdiameter 15.7 cm, ditemukan 6 spesies lamun. Jenis lamun tersebut berasal dari dua suku dan lima marga. Suku Cymodoceaceae meliputi margaspesies Cymodocea rotundata, Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium. Sedangkan suku Hydrocharitaceae mencakup: Enhalus acoroides, Halophila ovalis dan Halophila minor. Spesies lamun Syringodium isoetifolium teramati secara visual di stasiun 8 akan tetapi tidak tersampling oleh corer. Hasil analisis data terhadap komunitas lamun di Pulau Bone Batang, menunjukkan bahwa tiap-tiap stasiun memiliki komposisi spesies lamun yang berbeda dengan kisaran kerapatan yang berbeda pula. Kisaran kerapatan tertinggi untuk spesies Cymodocea rotundata ditemukan di Stasiun 5 dengan kisaran 2429.01 - 6046.68 tegakanm 2 Tabel 6. Kisaran kerapatan tertinggi untuk jenis Enhalus acoroides, ditemukan di Stasiun 8 dengan kisaran 103.36 - 258.41 tegakanm 2 . Kisaran tertinggi Halodule uninervis ditemukan di stasiun 4 dengan kisaran 1136.98 - 6408.45 tegakanm 2 . Spesies Halophila minor hanya ditemukan di stasiun 4 dengan kisaran kerapatan 0 - 3669.35 tegakanm 2 Tabel 6. Kisaran kerapatan tertinggi Halophila ovalis ditemukan di Stasiun 3 dengan kisaran 2325.65 - 2429.01 tegakanm 2 . Sedangkan kisaran kerapatan tertinggi untuk Thalassia hemprichii juga ditemukan di Stasiun 3 dengan kisaran 465.13 - 3049.18 tegakanm 2 Tabel 6. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Bone Batang, Vonk 2008, melaporkan bahwa kisaran kerapatan jenis lamun Cymodocea rotundata antara 378-879 individum 2 . Jenis lamun Halodule uninervis memiliki kisaran kerapatan 1178-2424 individum 2 . Sedangkan, jenis Thalassia hemprichii memiliki kisaran kerapatan sebesar 604-779 individum 2 . Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa kisaran kerapatan yang diperoleh Vonk 2008, lebih rendah dibandingkan hasil pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini. Short dan Coles 2003, menyatakan bahwa kerapatan tegakan lamun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: jenis lamun, kondisi substrat, musim, pasang surut, kekuatan energi gelombang, kandungan bahan organik dalam sedimen serta faktor lingkungan lainnya. Kerapatan density lamun umumnya berbanding terbalik dengan ukuran lamun. Makin kecil ukuran lamun, makin tinggi kerapatan dari jenis lamun tersebut. Dengan demikian, untuk mengestimasi jenis lamun yang dominan di suatu daerah tertentu, tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat nilai kerapatannya saja. Beberapa parameter lainnya, seperti frekuensi, biomassa dan nilai penutupan juga harus dipertimbangkan. 58 Tabel 6 Kisaran kerapatan spesies lamun di Pulau Bone Batang tegakanm 2 . Stasiun JENIS LAMUN Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Halodule uninervis Halophila minor Halophila ovalis Thalassia hemprichii Stasiun 1 206.72 - 1912.20 103.36 - 155.04 310.09 - 1860.52 0 - 981.94 155.04 - 2118.92 Stasiun 2 103.36 - 4134.48 0 - 465.13 258.41 - 1912.20 Stasiun 3 671.85 - 1757.15 2325.65 - 2429.01 465.13 - 3049.18 Stasiun 4 155.04 - 3049.18 0 - 155.04 1136.98 - 6408.45 0 - 3669.35 0 - 258.41 206.72 - 1705.47 Stasiun 5 2429.01 - 6046.68 3152.54 - 6356.76 0 - 258.41 361.77 - 1498.75 Stasiun 6 310.09 - 6511.81 1395.39 - 2739.09 0 - 310.09 155.04 - 1447.07 Stasiun 7 0 - 981.94 0 - 206.72 1033.62 - 2790.77 206.72 - 413.45 930.26 - 2325.65 Stasiun 8 103.36 - 258.41 1188.66 -3152.54 0 - 465.13 155.04 - 1343.71 59 Tabel 7 Kerapatan spesies lamun tegakanm 2 di Pulau Bone Batang. Spesies Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 999.17 1231.73 1085.30 1136.98 3221.45 3221.45 163.66 0.00 1382.47 Enhalus acoroides 43.07 0.00 0.00 25.84 0.00 0.00 34.45 86.14 23.69 Halodule uninervis 568.49 77.52 0.00 2988.89 3316.20 1050.85 1240.34 1180.05 1302.79 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 611.56 0.00 0.00 0.00 0.00 76.44 Halophila ovalis 163.66 0.00 792.44 43.07 43.07 51.68 103.36 77.52 159.35 Thalassia hemprichii 1128.37 826.90 585.72 568.49 499.58 766.60 1378.16 594.33 793.52 Tabel 8 Kerapatan relatif spesies lamun di Pulau Bone Batang. Spesies Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 34.42 57.66 44.06 21.15 45.50 63.28 5.60 0.00 33.96 Enhalus acoroides 1.48 0.00 0.00 0.48 0.00 0.00 1.18 4.44 0.95 Halodule uninervis 19.58 3.63 0.00 55.61 46.84 20.64 42.48 60.89 31.21 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 11.38 0.00 0.00 0.00 0.00 1.42 Halophila ovalis 5.64 0.00 32.17 0.80 0.61 1.02 3.54 4.00 5.97 Thalassia hemprichii 38.87 38.71 23.78 10.58 7.06 15.06 47.20 30.67 26.49 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

4.4.2 Kerapatan dan Kerapatan Relatif

Hasil analisis data kerapatan lamun di Pulau Bone Batang menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerapatan jenis lamun untuk masing-masing stasiun berbeda- beda. Untuk stasiun 1 dan 7, rata-rata kerapatan tertinggi ditemukan pada jenis Thalassia hemprichii dengan nilai kerapatan berturut-turut mencapai 1128,37 dan 1378,16 tegakanm 2 Tabel 7. Di stasiun 2, 3 dan 6, rata-rata kerapatan tegakan lamun tertinggi ditemukan pada spesies Cymodocea rotundata dengan nilai kerapatan berturut-turut sebesar 1231,73, 1085,30 dan 3221,45 tegakanm 2 . Sedangkan di Stasiun 4, 5 dan 8, kerapatan tegakan lamun tertinggi ditemukan pada jenis Halodule uninervis dengan nilai kerapatan berturut-turut sebesar 2988,89, 3316,20 dan 1180,05 tegakanm 2 Tabel 7. Secara keseluruhan, rata-rata kerapatan jenis lamun tertinggi ditemukan pada jenis Cymodocea rotundata dengan nilai kerapatan mencapai 1382,47 tegakanm 2 , diikuti Halodule uninervis 1302,79 tegakanm 2 dan Thalassia hemprichii 793,52 tegakanm 2 Tabel 7. Rata-rata kerapatan relatif untuk masing-masing jenis lamun menunjukkan nilai yang berbeda-beda di tiap-tiap stasiun. Nilai kerapatan relatif tertinggi di stasiun 1 dan 7 ditemukan pada jenis Thalassia hemprichii dengan persentase berturut-turut sebesar 38,87 dan 47,20 Tabel 8. Untuk stasiun 2, 3, dan 6, nilai kerapatan tertinggi ditemukan pada spesies Cymodocea rotundata dengan persentase kerapatan relatif berturut-turut sebesar 57,66, 44,06 dan 63,28 Tabel 8. Sedangkan, untuk stasiun 4, 5 dan 8, nilai kerapatan relatif tertinggi ditemukan pada spesies Halodule uninervis dengan persentase kerapatan relatif berturut-turut sebesar 55,61 , 46,84 dan 60,89 Tabel 8. Dari penelitian yang dilakukan di Pulau Barranglompo, Erftemeijer dan Herman 1994 melaporkan kisaran kerapatan dari beberapa spesies lamun. Jenis Thalassia hemprichii dilaporkan memiliki kisaran kerapatan antara 1856-3733 individum 2 . Sedangkan Enhalus acoroides memiliki kisaran kerapatan antara 18- 28 individum 2 . Kerapatan Thalassia hemprichii di Pulau Barranglompo lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Bone Batang. Sedangkan untuk Enhalus acoroides, nilai kerapatan di Pulau Bone Batang lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Barranglompo Tabel 7.

4.4.3 Frekuensi dan Frekuensi Relatif

Frekuensi dari suatu spesies lamun menunjukkan derajat penyebaran jenis lamun tersebut dalam komunitas. Suatu jenis lamun yang memiliki nilai kerapatan tinggi belum dapat dipastikan akan memiliki nilai frekuensi yang tinggi pula. Menurut Short dan Coles 2003, pola penyebaran lamun sangat bervariasi dan bergantung pada kondisi lingkungan. Menurut Tomascik et al. 1997, pola penyebaran jenis-jenis lamun di Indonesia cenderung mengelompok patchy dan didominasi oleh komunitas campuran. Thalassodendron ciliatum merupakan salah satu spesies yang diketahui membentuk tegakan murni monospesific. Dari hasil perhitungan terhadap frekuensi jenis lamun di Pulau Bone Batang Tabel 9 menunjukkan, rata-rata nilai frekuensi yang berbeda untuk tiap-tiap stasiun. Stasiun yang berada pada posisi terluar seperti stasiun 1, 5, 7 dan 8 didominasi oleh Thalassia hemprichii dengan rata-rata nilai frekuensi berturut- turut sebesar, 1, 0,83, 1 dan 1. Untuk stasiun yang lebih dekat dengan pulau, seperti stasiun 2, 3, 4, 5 dan 6, nilai rata-rata frekuensi tertinggi ditemukan pada jenis Cymodocea rotundata dengan nilai frekuensi berturut-turut sebesar 1, 0,83, 1, 0,83 dan 1 Tabel 9. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa jenis lamun Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata tersebar lebih luas di Pulau Bone Batang dibandingkan dengan jenis lamun lainnya. Secara keseluruhan, jenis lamun Thalassia hemprichii memiliki sebaran paling luas di daerah padang lamun pulau Bone Batang dengan nilai rata-rata frekuensi sebesar 0,81 yang diikuti oleh Cymodocea rotundata dengan nilai frekuensi 0,69 Tabel 8. Nilai frekuensi 1 menunjukkan bahwa jenis lamun tersebut ditemukan pada setiap kali pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak 6 kali ulangan menggunakan corer berdiameter 15,7 cm Tabel 9. Rata-rata nilai frekuensi relatif dari jenis lamun untuk tiap-tiap stasiun memiliki persentase yang berbeda-beda. Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata seringkali ditemukan bersama-sama membentuk komunitas campuran. Menurut Hemminga dan Duarte 2000, daerah sebaran lamun yang luas mengindikasikan daya adaptasi yang tinggi sehingga suatu jenis lamun dapat tumbuh dengan baik pada tipe habitat yang berbeda-beda dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah setiap saat Tabel 10. 62 Tabel 9 Frekuensi spesies lamun di Pulau Bone Batang. Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 0.67 1.00 0.83 1.00 0.83 1.00 0.17 0.00 0.69 Enhalus acoroides 0.33 0.00 0.00 0.17 0.00 0.00 0.17 0.50 0.15 Halodule uninervis 0.50 0.33 0.00 0.83 0.67 0.50 0.67 0.50 0.50 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 0.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 Halophila ovalis 0.17 0.00 0.33 0.17 0.17 0.17 0.33 0.17 0.19 Thalassia hemprichii 1.00 0.83 0.33 0.67 0.83 0.83 1.00 1.00 0.81 Tabel 10 Frekuensi relatif spesies lamun di Pulau Bone Batang. Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 25.00 46.15 55.56 33.33 33.33 40.00 7.14 0.00 30.06 Enhalus acoroides 12.50 0.00 0.00 5.56 0.00 0.00 7.14 23.08 6.03 Halodule uninervis 18.75 15.38 0.00 27.78 26.67 20.00 28.57 23.08 20.03 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 5.56 0.00 0.00 0.00 0.00 0.69 Halophila ovalis 6.25 0.00 22.22 5.56 6.67 6.67 14.29 7.69 8.67 Thalassia hemprichii 37.50 38.46 22.22 22.22 33.33 33.33 42.86 46.15 34.51 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

4.4.4 Penutupan dan Penutupan Relatif

Penutupan lamun berhubungan erat dengan habitus atau bentuk morfologi dan ukuran suatu spesies lamun. Kerapatan yang tinggi dan kondisi pasang surut saat pengamatan juga dapat mempengaruhi nilai estimasi penutupan lamun. Satu individu Enhalus acoroides akan memiliki nilai penutupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan satu individu Halodule uninervis karena ukuran daun Enhalus yang jauh lebih besar. Sedangkan individu lamun yang berukuran lebih kecil seperti Halophila minor akan memiliki nilai persentase penutupan yang lebih kecil pula Short dan Coles 2003. Estimasi penutupan lamun tertinggi di stasiun 1 dan 6 didominasi oleh Thalassia hemprichii dengan nilai persentase penutupan berturut-turut sebesar 17 dan 18 m 2 . Untuk stasiun 2, 3 dan 7, penutupan lamun tertinggi ditemukan pada jenis Cymodocea rotundata dengan nilai persentase penutupan berturut-turut sebesar 19, 44 dan 19 m 2 . Selanjutnya untuk stasiun 4 dan 5 penutupan lamun tertinggi ditemukan pada jenis Halodule uninervis dengan nilai persentase penutupan berturut-turut sebesar 51 dan 32 m 2 . Sedangkan di stasiun 8 penutupan lamun tertinggi ditemukan pada jenis Enhalus acoroides dengan nilai persentase penutupan sebesar 13 m 2 . Secara keseluruhan, estimasi penutupan lamun tertinggi ditemukan pada jenis Cymodocea rotundata dengan nilai rata-rata penutupan sebesar 15 , diikuti oleh Halodule uninervis dengan nilai penutupan sebesar 12,25 Tabel 11. Rata-rata nilai penutupan relatif dari jenis lamun untuk tiap-tiap stasiun memiliki persentase yang berbeda-beda. Nilai penutupan relatif untuk spesies Thalassia hemprichii di Stasiun 1 dan 6 berturut-turut sebesar 54.84 dan 58.06 . Sedangkan nilai frekuensi relatif jenis Cymodocea rotundata di stasiun 2, 3, dan 7 berturut-turut sebesar 51.35 , 97.78 , dan 51.35 . Untuk stasiun 4 dan 5, persentase penutupan relatif dari Halodule uninervis berturut-turut sebesar 80,95 dan 57,14 . Sedangkan persentase penutupan relatif Enhalus acoroides di stasiun 8 sebesar 35, 14 . Rata-rata nilai penutupan relatif tertinggi secara keseluruhan untuk jenis lamun di Pulau Bone Batang ditemukan pada Cymodocea rotundata dengan nilai rata-rata sebesar 36,75 diikuti oleh Thalassia hemprichii dengan nilai rata-rata sebesar 29,81 Tabel 12. 64 Tabel 11 Penutupan spesies lamun m 2 di Pulau Bone Batang. Spesies Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 1.00 19.00 44.00 0.00 18.00 13.00 19.00 6.00 15.00 Enhalus acoroides 7.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.00 2.50 Halodule uninervis 6.00 0.00 0.00 1.00 32.00 0.00 0.00 9.00 6.00 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Halophila ovalis 0.00 1.00 0.00 12.00 2.00 0.00 0.00 1.00 2.00 Thalassia hemprichii 17.00 17.00 1.00 0.00 4.00 18.00 18.00 8.00 10.38 Tabel 12 Penutupan relatif spesies lamun m 2 di Pulau Bone Batang. Spesies Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 3.23 51.35 97.78 0.00 32.14 41.94 51.35 16.22 36.75 Enhalus acoroides 22.58 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 35.14 7.21 Halodule uninervis 19.35 0.00 0.00 7.69 57.14 0.00 0.00 24.32 13.56 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Halophila ovalis 0.00 2.70 0.00 92.31 3.57 0.00 0.00 2.70 12.66 Thalassia hemprichii 54.84 45.95 2.22 0.00 7.14 58.06 48.65 21.62 29.81 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

4.4.5 Biomassa dan Biomassa Relatif

Nilai biomassa dari suatu jenis lamun dipengaruhi oleh ukuran lamun. Sebagian besar biomassa lamun terakumulasi di bagian rimpang atau rhizoma yang berada di dalam substrat atau sedimen below ground. Dari hasil perhitungan terhadap frekuensi jenis lamun di Pulau Bone Batang Tabel 13 menunjukkan, rata-rata biomassa yang berbeda untuk tiap-tiap stasiun. Stasiun 3 didominasi oleh Thalassia hemprichii dengan nilai rata-rata biomassa sebesar, 11,85, 3,89, 5,34 dan 10,60 gr AFDWm 2 . Untuk stasiun 3, nilai rata-rata biomassa tertinggi ditemukan pada jenis Cymodocea rotundata dengan nilai biomassa berturut-turut sebesar 1,11 gr AFDWm 2 . Untuk stasiun 4 dan 5, rata-rata biomassa tertinggi ditemukan pada Halodule uninervis dengan nilai biomassa berturut-turut sebesar 5.62 dan 4.94 gr AFDWm 2 . Sedangkan untuk stasiun 8 nilai rata-rata biomassa tertinggi ditemukan pada Enhalus acoroides dengan biomassa sebesar 8,96 gr AFDWm 2 . Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwa jenis lamun Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata tersebar lebih luas di Pulau Bone Batang dibandingkan dengan jenis lamun lainnya. Secara keseluruhan, jenis lamun Thalassia hemprichii memiliki sebaran paling luas di daerah padang lamun pulau Bone Batang dengan nilai rata-rata frekuensi sebesar 0,81 yang diikuti oleh Cymodocea rotundata dengan nilai frekuensi 0,69 Tabel 9. Rata-rata nilai biomassa relatif tertinggi dari jenis lamun untuk tiap-tiap stasiun memiliki persentase yang berbeda-beda. Nilai biomassa relatif Thalassia hemprichii di Stasiun 1, 2, 6 dan 7 berturut-turut sebesar 79,23 , 61,14 , 44,05 dan 54,76 Tabel 14. Nilai biomassa relatif Cymodocea rotundata di stasiun 3 sebesar 76,46 . Nilai biomassa relatif Halodule uninervis di Stasiun 4 dan 5 berturut-turut sebesar 41,29 dan 39,52 . Sedangkan untuk stasiun 8, nilai biomassa relatif tertinggi ditemukan pada jenis Enhalus acoroides dengan rata-rata biomassa 58,02 . Erftemeijer dan Herman 1994, melaporkan bahwa salah satu faktor utama yang paling berpengaruh terhadap komunitas lamun di Kepulauan Spermonde adalah perubahan musim. Kondisi surut paling rendah sepanjang tahun yang terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober memicu kematian massal pada populasi lamun, akibat paparan cahaya matahari yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya biomassa lamun secara drastis. Serasah yang berasal dari daun mati dilaporkan terperangkap dan terdekomposisi di antara kanopi lamun yang masih tersisa. Hal ini tampak dari meningkatnya kandungan nutrien porewater yang terdapat dalam sedimen. Dalam waktu 10 hari setelah kematian massal, daun dan rhizoma lamun dilaporkan tubuh dengan cepat untuk menggantikan biomassa yang hilang. Biomassa lamun akan mencapai puncak beberapa bulan kemudian, yaitu: sekitar bulan Juni dan Juli. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan musim memicu terjadinya regenerasi pada populasi lamun dan meningkatkan suplai nutrien dalam sedimen.

4.4.6 Indeks Nilai Penting

Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan dari nilai struktur komunitas relatif seperti kerapatan relatif, frekuensi relatif, penutupan relatif dan biomassa relatif. Indeks nilai penting mencakup keempat komponen ini sehingga dapat menggambarkan spesies lamun yang memiliki peran paling penting dan pengaruh paling besar dalam suatu komunitas. Dari hasil analisis data struktur komunitas dapat diketahui bahwa tiap-tiap stasiun memiliki jenis lamun penting yang berbeda-beda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling berpengaruh di stasiun 1, 7 dan 8 dengan indek nilai penting berturut-turut sebesar 210,44 , 193,46 dan 128,91 Tabel 15. Cymodocea rotundata termasuk jenis lamun yang paling berperan dalam komunitas di stasiun 2, 3, dan 6 dengan nilai indeks penting berturut-turut sebesar 191 , 273,85 dan 179,26 . Jenis Halodule uninervis berpengaruh di stasiun 4 dan 5 dengan indeks penting berturut-turut sebesar 132, 37 dan 170,16 Tabel 15. Secara keseluruhan, Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling penting dan paling berpengaruh dalam komunitas padang lamun di Pulau Bone Batang dengan rata-rata indeks penting sebesar 131,60 diikuti Cymodocea rotundata sebesar 127,94 Tabel 15. Tomascik et al. 1997, menyatakan bahwa Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis dan Thalassia hemprichii adalah jenis lamun yang paling umum dan tersebar luas di Indonesia. Jenis-jenis lamun tersebut umumnya tumbuh membentuk komunitas campuran di berbagai tipe habitat yang berbeda. 67 Tabel 13 Biomassa spesies lamun gr AFDWm 2 di Pulau Bone Batang. Spesies Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 0.60 2.28 1.11 1.92 3.92 4.13 3.38 0.64 2.25 Enhalus acoroides 1.27 0.00 0.00 2.64 0.00 0.00 5.37 8.96 2.28 Halodule uninervis 1.22 0.17 0.00 5.62 4.94 2.63 0.00 0.87 1.93 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Halophila ovalis 0.03 0.02 0.30 0.04 0.05 0.03 0.01 0.27 0.09 Thalassia hemprichii 11.85 3.89 0.05 3.37 3.60 5.34 10.60 4.70 5.42 Tabel 14 Biomassa relatif spesies lamun di Pulau Bone Batang. Spesies Lamun Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 4.00 35.83 76.46 14.12 31.30 34.04 17.45 4.11 27.17 Enhalus acoroides 8.47 0.00 0.00 19.39 0.00 0.00 27.74 58.02 14.20 Halodule uninervis 8.12 2.73 0.00 41.29 39.52 21.67 0.00 5.64 14.87 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 0.11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 Halophila ovalis 0.17 0.29 20.38 0.33 0.43 0.23 0.05 1.76 2.95 Thalassia hemprichii 79.23 61.14 3.16 24.76 28.75 44.05 54.76 30.47 40.79 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 68 Tabel 15 Indeks Nilai Penting-INP dari komunitas lamun di Pulau Bone Batang. Species Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasiun 8 Rata-Rata Cymodocea rotundata 66.65 191.00 273.85 68.60 142.28 179.26 81.55 20.33 127.94 Enhalus acoroides 45.04 0.00 0.00 25.43 0.00 0.00 36.07 120.67 28.40 Halodule uninervis 65.81 21.74 0.00 132.37 170.16 62.31 71.05 113.93 79.67 Halophila minor 0.00 0.00 0.00 17.05 0.00 0.00 0.00 0.00 2.13 Halophila ovalis 12.06 3.00 74.77 98.99 11.27 7.92 17.87 16.15 30.25 Thalassia hemprichii 210.44 184.26 51.38 57.56 76.29 150.51 193.46 128.91 131.60 Jumlah 400.00 400.00 400.00 400.00 400.00 400.00 400.00 400.00 400.00

4.4.7 Indeks Kesamaan Jenis Lamun Bray-Curtis

Hasil analisis kesamaan jenis lamun dari tiap-tiap stasiun dengan metode Non-metric Multidimensional Scaling nMDS berdasarkan nilai Indeks kesamaan Bray Curtis menunjukkan, bahwa seluruh stasiun memiliki indeks kesamaan jenis lamun lebih dari 75. Dengan demikian, sebagian besar stasiun yang dibandingkan memiliki struktur komunitas lamun yang sama. Nilai indeks kesamaan jenis yang lebih rendah 66,01 , ditemukan di stasiun 2 dan 3. Menurut Clarke dan Gorley 2006, dua buah komunitas akan dianggap memiliki komposisi jenis yang sama, jika memiliki Indeks kesamaan jenis di atas 50. Gambar 21 Kesamaan jenis lamun di Pulau Bone batang berdasarkan analisis Non-metric Multidimensional Scaling nMDS menurut nilai rata-rata kelompok. Dari Gambar 21 di atas dapat dilihat komunitas lamun di Pulau Bone Batang terbagi menjadi 3 kelompok. Pengelompokan secara umum menunjukkan tidak adanya perbedaan yang besar di antara komunitas lamun dari tiap-tiap stasiun. Dari pola kelompok grup yang terbentuk Gambar 21, terlihat adanya kecenderungan pengelompokan komunitas lamun berdasarkan posisi stasiun. Stasiun 1, 7 dan 8, serta 2 dan 6, mengelompok dalam dua kluster terpisah dengan indeks kesamaan jenis lamun di atas 80. Kelima stasiun ini juga terletak saling berdekatan di sisi bagian dalam dari rataan terumbu yang dangkal, sehingga terlindung sheltered dari hempasan energi gelombang. Kondisi lingkungan yang sama dari stasiun 1,7 dan 8 serta stasiun 2 dan 6, diduga menjadi penyebab tingginya tingkat kesamaan jenis lamun di daerah tersebut. Demikian pula dengan stasiun 4, 5 dan 6 yang juga membentuk satu kluster tersendiri. Salah satu hal yang menarik dari grafik n-MDS pada Gambar 21 di atas adalah kelompok grup stasiun 2 - 3 yang memiliki posisi lebih jauh dibanding kluster lainnya. Kedua stasiun ini berada di daerah intertidal yang sangat dangkal dan dekat dengan garis pantai yang labil. Transpor sedimen yang dinamis oleh arus yang berubah sepanjang tahun menyebabkan sulitnya lamun untuk tumbuh dan berkembang di stasiun ini. Hal ini terlihat dari dominannya spesies lamun pionir perintis, Halodule uninervis dan Halophila ovalis. Lamun lebih banyak melakukan reproduksi dengan menggunakan batang menjalar dalam sedimen yang disebut rhizoma Patriquin, 1975; Short dan Coles 2003. Kemampuan bereproduksi secara vegetatif ini memiliki peran penting dalam membentuk hamparan lamun yang luas. Komposisi lamun di suatu daerah lebih dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi jenis lamun tersebut terhadap faktor lingkungan. Jenis lamun Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii umumnya tumbuh dominan pada substrat pasir karbonat dan pecahan karang rubble, membentuk komunitas campuran Waycott et al. 2004. Jenis Enhalus acoroides membutuhkan lapisan sedimen yang lebih dalam dibandingkan dengan jenis lamun lainnya, untuk tumbuh dan berkembang. Jenis lamun Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Halophila minor merupakan spesies lamun pionir yang tumbuh di perairan yang sangat dangkal dengan substrat berpasir yang lebih halus. Jenis lamun ini memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan cepat sehingga dapat menstabilkan substrat Waycott et al. 2004. Pengukuran parameter lingkungan di seluruh stasiun penelitian di Pulau Bone Batang menunjukkan hasil yang relatif seragam. Kondisi ini memungkinkan seluruh jenis lamun yang ada di Pulau Bone Batang dapat tumbuh dan menyebar dengan baik di seluruh lokasi pengamatan. Perbedaan kerapatan dan persentase penutupan lamun antar stasiun, dapat terjadi akibat perbedaan kondisi lingkungan. Stasiun dengan kandungan bahan organik yang tinggi umumnya memiliki kerapatan jenis lamun yang lebih besar. Sedangkan komposisi jenis lamun, lebih dipengaruhi oleh karakteristik substrat, suhu dan salinitas. Jenis substrat yang berukuran halus umumnya memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi.

4.4.8 Sebaran Spasial Komunitas Lamun

Hasil analisis korespondensi terhadap sebaran spasial komunitas lamun, menunjukkan bahwa masing-masing jenis lamun memiliki pola sebaran yang berbeda di tiap-tiap stasiun. Stasiun 1, 3, 7 dan 8 dicirikan oleh jenis lamun Thalassia hemprichii yang tumbuh dominan. Selanjutnya, untuk stasiun 2, 5 dan 6 dicirikan oleh jenis lamun Cymodocea rotundata. 2D Plot of Row and Column Coordinates; Dimension: 1 x 2 Input Table Rows x Columns: 8 x 6 Standardization: Row and column profiles Stasiun Jenis Lamun 1 2 3 4 5 6 7 8 Cymodocea rotundata Enhalus acoroides Halodule uninervis Halophila minor Halophila ovalis Thalassia hemprichii -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 Dimension 1; Eigenvalue: .26635 44.61 of Inertia -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 D imension 2; Eigenvalue: . 16416 27. 49 of I nert ia Gambar 22 Sebaran spasial spesies lamun di Pulau Bone Batang berdasarkan hasil analisis korespondensi. Stasiun 4 yang berada di sisi timur pulau yang curam dicirikan oleh banyaknya jenis lamun pionir yang didominasi oleh Halodule uninervis dan Halophila minor. Jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Halophila ovalis lebih mencirikan stasiun 7 dan 8. Sedangkan Halophila ovalis mencirikan stasiun 3 yang berada di tepi pantai yang dinamis dan sering berubah-ubah akibat transport sedimen yang dipengaruhi oleh musim. Menurut Hemminga dan Duarte 2000, sebaran spasial dan komposisi jenis lamun juga dipengaruhi oleh usia dari padang lamun itu sendiri. Jenis lamun Enhalus dan Thalassia umumnya mencirikan padang lamun yang sudah matang dan stabil Goodsell et al. 2005. Sebaran spasial lamun di wilayah tropis, umumnya bersifat mengelompok patchy yang diselingi daerah antara yang tidak ditumbuhi lamun Hemminga dan Duarte 2000. Kondisi ini disebabkan oleh faktor fisik seperti ombak dan arus pasang surut Townsend dan Fonseca 1998; Peralta et al. 2008. Menurut Hemminga dan Duarte 2000, daerah di sekitar garis pantai dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang dinamis dan berubah sepanjang waktu. Frekuensi pasang surut, intensitas cahaya, kekeruhan dan energi gelombang yang tinggi merupakan gangguan alami yang membatasi pertumbuhan, penyebaran dan kolonisasi lamun Terrados 1997; Granata et al. 2001; Priosambodo 2006. Aliran arus dengan energi tinggi saat ombak besar pada musim tertentu akan mengaduk dasar perairan serta menarik sedimen menjauh dari garis pantai. Hal ini menyebabkan tercabutnya sebagian lamun. Sedangkan koloni lamun lainnya akan tertimbun, saat sedimen yang terbawa arus tersebut mengendap. Proses ini diduga kuat menjadi pemicu terbentuknya pola sebaran mengelompok patchy pada lamun yang ditandai dengan banyaknya daerah kosong atau daerah cekungan “blow out” yang tidak ditumbuhi lamun Patriquin 1975; Widdows 2008. Menurut Marba et al. 1994 dalam Vidondo et al. 1997 heterogenitas lansekap lamun dipengaruhi oleh pertubasi, suatu proses transpor sedimen dinamis yang melibatkan erosi dan penimbunan burial oleh pasir yang terbawa arusgelombang. Vidondo 1997, menambahkan bahwa kondisi tersebut, menciptakan terpolanya penyebaran lamun dalam bentuk mozaik yang terdiri dari kelompok-kelompok rumpun lamun dengan luasan tertentu patchy. Aktifitas membuat lubang dan meliang dari biota laut bioturbasi di dalam sedimen menyebabkan timbulnya “pitak” atau daerah tanpa vegetasi bare area di daerah padang lamun Townsend dan Fonseca 1998. Jenis biota laut utama yang sering membuat liang di daerah lamun Pulau Bone Batang adalah anggota kelompok udang-udangan dari jenis Alpheus macellarius, Neaxius acanthus, Coralianassa coutierei dan kelompok udang mantis stomatopoda. Jenis lainnya adalah bulu hati heart urchin, polychaeta, bivalvia dan gastropoda Kneer 2006; Priosambodo et al. 2006; Kneer et al. 2010b; 2010c; 2010d. Udang Alpheus macellarius terdapat dalam jumlah yang melimpah di Pulau Bone Batang. Udang ini memiliki kemampuan untuk membuat liang dengan kedalaman 1 meter. Proses bioturbasi menyebabkan akumulasi sedimen di permukaan substrat dan menyebabkan timbulnya banyak lubang-lubang liang di dalam sedimen. Menurut Townsend dan Fonseca 1998, aktifitas bioturbasi dari biota laut menyebabkan terhambatnya proses kolonisasi dan ekspansi penyebaran lamun. Rhizoma dan akar lamun yang berada di sekitar liang biota laut, juga akan lebih mudah tercabut saat terjadi ombak besar. Akibatnya kerapatan lamun akan terus berkurang hingga akhirnya tercipta suatu daerah kosong yang tak bervegetasi lagi Hemminga dan Duarte 2000. Dengan demikian, bioturbasi juga memiliki peran dalam pembentukan lansekap padang lamun. Russell et al. 2005, menyatakan bahwa mengelompoknya sebaran lamun diikuti dengan pengelompokan invertebrata kecil. Selanjutnya, Smith 2008, melaporkan bahwa pengelompokan invertebrata kecil mempengaruhi pola penyebaran biota laut yang lebih besar. Menurut Smith 2008, penyebaran ikan di daerah lamun umumnya lebih banyak terkonsentrasi di bagian tepi dari kelompok- kelompok lamun. Pola penyebaran ikan seperti ini disebut efek tepi edge effect. Hal ini disebabkan karena sebagian besar ikan bukan merupakan hewan yang menetap di daerah lamun. Ikan ini melakukan migrasi harian dari terumbu karang menuju daerah lamun untuk mencari makan. Secara ekologis, kehadiran ikan-ikan besar dari terumbu karang akan mengontrol populasi invertebrata dan makrozoobentos yang ada di daerah lamun. Ikan yang berada di tepi area lamun, lebih mudah berpindah-pindah ke area lamun lainnya dibandingkan dengan ikan yang berada di tengah-tengah daerah lamun. Tegakan lamun yang lebih rapat di bagian tengah juga menyulitkan bagi ikan predator besar untuk mengejar mangsa. Penelitian yang dilakukan oleh Vonk 2008, tentang efek tepi dari pola penyebaran ikan di daerah padang lamun Pulau Bone Batang, juga sesuai dengan hasil penelitian dari Smith et al. 2008. Populasi ikan berukuran besar lebih banyak ditemukan di bagian tepi area lamun. Vonk 2008 juga melaporkan bahwa daerah lamun yang padat dan daerah lamun yang jarang, memiliki komposisi jenis ikan yang berbeda. Jenis ikan berukuran kecil juvenil seperti Atherinomorus lacunosus, Cheilio inermis dan Siganus canaliculatus lebih banyak ditemukan di daerah lamun yang rapat. Rata-rata kepadatan Atherinomorus lacunosus dilaporkan sebesar 569±186 ekor100 m 2 . Untuk daerah lamun berkerapatan rendah, jenis ikan didominasi oleh Anampses caeruleopunctulatus, Halichoeres chloropterus, Pomacentrus adelus. Jenis-jenis ikan yang dominan di daerah lamun Pulau Bone Batang didominasi oleh juvenil dari A. lacunosus, ikan herbivor Calotomus spinidens, Leptoscarus vaigiensis, ikan omnivor Siganus canaliculatus serta ikan zoobentivor seperti Cheilio inermis, Gerres oyena, P. adelus dan Stethojulis strigiventer. 4.5 Struktur Komunitas Makrozoobentos 4.5.1 Komposisi Jenis Makrozoobentos