Kondisi Umum Lokasi Penelitian .1 Kepulauan Spermonde

Kerang hijau Perna viridis, banyak dikonsumsi masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta. Lola, Trochus niloticus banyak diincar kalangan industri sebagai bahan baku pembuatan kancing berkualitas tinggi. Sedangkan Keong Macan Babylonia spirata, gemar dikonsumsi oleh masyarakat pesisir di Pelabuhan Ratu. 2.3 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 2.3.1 Kepulauan Spermonde Spermonde merupakan gugusan kepulauan yang terletak di Selat Makassar, sebelah barat Propinsi Sulawesi Selatan. Iklim dan dinamika oseanografi di Kepulauan Spermonde, sebagian besar dipengaruhi oleh angin muson monsoon dari arah barat daya yang kuat yang membawa uap air dalam jumlah besar dan menyebabkan terjadinya musim hujan pada bulan November- Maret Moll 1983; Verheij 1993; Erftemeijer dan Herman 1994. Gambar 1 Peta Kepulauan Spermonde Sumber: Moll 1983. Kepulauan Spermonde terbentuk dan muncul di atas dangkalan Spermonde Spermonde shelf yang terletak di Pesisir barat Propinsi Sulawesi Selatan Selat Makassar. Kepulauan ini membentang dari utara ke selatan, sepanjang kurang lebih 300 km dengan luas 16.000 km 2 . Sebanyak 120 pulau dengan kisaran luas antara 2 ha Pulau Bone Batang – 3.328,20 ha Pulau Tanakeke dapat ditemukan di daerah ini. Secara administratif, Kepulauan Spermonde termasuk terbagi dalam 5 wilayah Kabupaten dan kota, yaitu: Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Pangkep, Kabupaten Maros, Kabupaten Takalar dan Kota Makassar. De Klerk 1983 dalam Renema et al. 2001, membagi Kepulauan Spermonde menjadi empat zona ekologi yang membentang dari utara ke selatan berdasarkan karakteristik substrat dasar perairan, input sedimen, bahan organik serta input air tawar dari daratan utama Moll 1983; Hoeksema dan Moka 1989; Verheij 1993. Zona pertama atau zona bagian dalam, merupakan zona terdekat dari pantai daratan utama Pulau Sulawesi dengan kedalaman laut rata-rata 10 m dan substrat dasar yang didominasi oleh pasir berlumpur. Zona kedua berjarak kurang lebih 5 km dari daratan Sulawesi, mempunyai kedalaman laut rata-rata 30 m dan banyak dijumpai Pulau Karang. Zona ketiga dimulai pada jarak 12,5 km dari pantai Sulawesi dengan kedalaman laut antara 20-50 m. Di bagian zona ini banyak dijumpai wilayah terumbu karang yang masih tenggelam patch reef. Zona keempat atau zona terluar merupakan terumbu penghalang barrier reef zone dan berjarak 30 km hingga 70 km dari daratan utama Sulawesi. Di sisi timur pulau-pulau karang ini kedalaman lautnya berkisar antara 40-50 m, sedangkan pada sisi barat, kedalaman lautnya dapat mencapai lebih dari 100 m Moll 1983. Kepulauan Spermonde merupakan salah satu kawasan dengan keragaman ekosistem dan keanekaragaman jenis biota laut yang tinggi di Indonesia. Namun sebagian besar ekosistem tersebut dalam kondisi terancam, akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang melampaui daya dukung lingkungan serta menggunakan cara-cara yang merusak seperti bom, bius, eksploitasi karangikan hias yang berlebihan dan lain-lain Tomascik et al. 1997. Letak Kepulauan Spermonde yang strategis dekat dengan kota Makassar menyebabkan besarnya jumlah populasi penduduk yang mendiami gugusan pulau- pulau kecil ini. Hal tersebut menimbulkan tekanan yang tinggi terhadap kondisi ekologi dan daya dukung lingkungan terutama ekosistem bahari yang ada di sekitar pulau. Kondisi ini dapat dilihat dari hasil tangkapan nelayan terus menurun akibat penangkapan ikan secara berlebihan overfishing atau bersifat merusak seperti penggunaan bom dan racun sianida Kneer 2006. Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1980-an menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis biota laut di Kepulauan Spermonde tergolong cukup tinggi. Tidak kurang dari 224-262 jenis terumbu karang Moll, 1983; Verheij 1993, 199 jenis makroalgae Verheij 1993, 151 jenis sponges de Voogd 2006, 2 spesies penyu dan 1 spesies mamalia laut Dugong dugon yang tergolong langka dapat ditemukan di wilayah ini. Penemuan populasi lamun sendok Halophila spinulosa untuk pertama kalinya Schauerte 2005; Priosambodo 2007 di Teluk Laikang Kabupaten Takalar dan penemuan spesies lamun baru Halophila sulawesii di perairan sekitar Pulau Samalona Kuo 2007, menambah daftar jenis lamun di Kepulauan Spermonde menjadi 12 spesies. Hal ini mengindikasikan tingginya keragaman jenis lamun di Kepulauan Spermonde. Namun, informasi tentang jenis biota laut yang hidup berasosiasi dengan padang lamun seperti: Moluska, Echinodermata dan invertebrata lainnya hingga saat ini masih belum banyak diketahui.

2.3.2 Pulau Bone Batang

Pulau Bone Batang terletak di pantai barat Sulawesi Selatan, kurang lebih 12 km arah barat daya Kota Makassar. Sebagian besar pulau terbentuk dari hamparan pasir karbonat yang dikelilingi oleh karang tepi. Pulau Bone Batang merupakan pulau kosong yang tidak dihuni oleh penduduk, tanpa vegetasi dan nyaris tenggelam saat pasang tertinggi sehingga hampir tampak seperti gosong “sand bank”. Nama Bone Batang berasal dari 2 kata dalam bahasa Makassar, yaitu: “bone” berarti pasir dan “battang” yang berarti perut. Secara harfiah, Bone Batang diartikan sebagai “tempat yang baik untuk beristirahat dan makan” Massang dalam Kneer 2006 yang menunjukkan bahwa pulau ini telah lama menjadi tempat mencari hewan laut untuk kebutuhan konsumsi atau dijual sebagai ikan hias, kerajinan tangan dan ornamen hias akuarium Kneer 2006. Pulau Bone Batang memanjang dari arah utara-selatan dengan luas sekitar 1,80 ha. Rataan terumbunya diperkirakan memiliki luas sekitar 98,02 ha. Luas pulau ini mencakup daerah rataan terumbu dengan dimensi: 1,69 x 0,68 km dan luas pulau pasir dengan dimensi: 0,60 x 0,03 km. Sebagian besar rataan terumbu yang dangkal berada di sisi barat dan selatan. Sedangkan rataan terumbu di sisi timur tergolong sempit dengan topografi yang curam dan dalam. Padang lamun yang luas dapat ditemukan di sisi barat dan selatan Bone Batang yang didominasi oleh substrat berpasir. Sedangkan komunitas lamun di sisi utara yang didominasi substrat pecahan karang, memiliki kepadatan yang rendah Kneer 2006. Komunitas lamun di Pulau Bone Batang tergolong komunitas campuran yang terdiri dari spesies pionir: Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium dan species klimaks: Thalassia hemprichii yang diselingi oleh Enhalus acoroides. Kedua spesies klimaks tersebut tumbuh mengelompok dengan kepadatan rendah dan menyebar secara acak Kneer 2006; Vonk 2008; Wiethüchter 2009; Vonk 2010. Jenis lamun Enhalus acoroides, banyak ditemukan di bagian tepi terluar padang lamun yang curam dan dalam terutama di sisi timur dan selatan. Hal ini diduga terkait dengan kondisi substrat dan ketersediaan air yang tetap menggenangi daerah di sekitar Enhalus tersebut saat surut terendah Kneer 2006. Komunitas makrozoobentos di Pulau Bone Batang tergolong unik jika dibandingkan dengan Pulau Barrang Lompo pulau tetangga yang terdekat dari Bone Batang dan perairan Puntondo di Teluk Laikang yang menjadi bagian dari daratan utama Pulau Sulawesi Kneer 2006. Komunitas makrozoobentos di Pulau Bone Batang juga berbeda dengan komunitas makrozoobentos di Kepulauan Spermonde pada umumnya. Bintang laut Protoreaster nodusus, bulu babi Diadema setosum dan beberapa jenis teripang seperti Holothuria atra dan Synapta maculata merupakan jenis makrozoobentos yang umum ditemukan di padang lamun Kepulauan Spermonde Priosambodo et al. 2006; Litaay et al. 2006. Di padang lamun Puntondo Teluk Laikang, teripang dari familia Synaptidae merupakan jenis makrozoobentos yang dominan. Sedangkan di padang lamun Pulau Barrang Lompo, jenis makrozoobentos didominasi oleh jenis kerang Modiolus micropterus Priosambodo et al. 2006, bintang laut Protoreaster nodosus, bulu babi Diadema setosum, jenis udang Alpheus macellarius, Coralianassa coutierei dan Glypturus armatus Kneer 2006. Makrozoobentos utama di daerah padang lamun Pulau Bone Batang adalah: bulu babi Tripneustes gratilla Vonk, Pijnappels dan Stapel 2008, bivalvia Pinna muricata, Pinna bicolor Wiethüchter 2009, udang Alpheus macellarius, Neaxius acanthus dan Coralianassa coutierei Kneer 2006; Kneer et al. 2010b; 2010c; 2010d. Pulau Bone Batang hampir setiap hari dikunjungi oleh nelayan untuk berbagai aktifitas. Umumnya melakukan kegiatan penangkapan ikan, moluska serta jenis invertebrata lainnya untuk konsumsi rumah tangga atau untuk dijual sebagai hewan hias akuarium ornamental fish. Pasir pulau juga diambil sebagai bahan bangunan. Sebagian besar nelayan, berasal dari pulau Barranglompo yang berpenduduk padat Kneer 2006. Penangkapan ikan dengan bom dan zat bius ditemukan beberapa kali selama penelitian berlangsung. Bone Batang tergolong pulau yang dinamis dan mudah berubah bentuk, terutama di sisi timur, utara dan selatan. Penumpukan sedimen pasir halus banyak terjadi di sisi selatan pulau. Arus di sisi selatan tergolong cukup kuat untuk memindahkan pasir, terutama saat angin muson utara-selatan bertiup kencang. Pergerakan pasir ini cukup berpengaruh terhadap luasan padang lamun yang ada di sekeliling pulau Stapel et al 1996; Kneer 2006. Berdasarkan klasifikasi ukuran diameter butiran sedimen dengan skala Wenworth, Wiethüchter 2009 menyatakan bahwa karakteristik sedimen di sisi timur Pulau Bone Batang didominasi oleh kerikil gravel: 2 mm sebesar 78, pasir sand: 0,00625 mm-2 mm sebesar 22 dan lumpurlanaulempung silt- clay: 60 µm sebesar 2-3 dari total berat sedimen. Pada sisi tenggara, butiran sedimen yang ditemukan cenderung lebih halus dengan komposisi: kerikil sebesar 38, pasir 38 dan lumpurlanaulempung sekitar 2-3 dari total berat sedimen. Kondisi surut terendah di Pulau Bone Batang terjadi sekitar bulan September hingga bulan November setiap tahun Stapel 1997; Kneer 2006. Hal ini menyebabkan sebagian besar lamun yang berada di perairan dangkal mengalami kematian massal akibat terpapar cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi saat tengah hari. Dalam kondisi terik, hewan bentik seperti bintang laut, akan bermigrasi menuju kolam-kolam kecil yang masih terisi air. Sebagian hewan bentik akan bernaung di bawah batu-batu karang. Jenis bulu babi tertentu seperti Tripneustes gratilla, akan menutupi tubuhnya dengan serasah dan daun lamun Kneer 2006; Vonk 2008; Vonk et al. 2008b. Dari studi yang dilakukan di daerah lamun Pulau Bone Batang, Samawi 2001, melaporkan hasil pengukuran beberapa parameter lingkungan Tabel 1. Dari hasil pengukuran tersebut, disimpulkan tidak ada perbedaan faktor lingkungan yang terlalu besar, dari masing-masing stasiun utara, barat, selatan dan timur di sekitar Pulau Bone Batang. Tabel 1 Parameter Lingkungan Pulau Bone Batang Samawi 2001 No Parameter Lingkungan Stasiun Utara Barat Selatan Timur 1 Suhu ⁰C 29,0 - 31,5 29,5 - 31,2 29,0 - 30,8 29,0 - 31,2 2 Salinitas o oo 30,3 - 31,2 30,0 – 31,0 30,7 - 31,7 30,7 – 31,0 3 pH 8,1 - 8,2 8,0 - 8,1 8,1 - 8,2 7,9 - 8,2 4 Kecepatan Arus mdet 0,005 - 0,007 0,017 - 0,025 0,050 - 0,054 0,021 - 0,028 5 Ammonium ppm 0,0010 - 0,0012 0,0008 - 0,0013 0,0008 0,0010 - 0,0013 6 Nitrat ppm 0,46 - 0,47 0,43 - 0,58 0,51- 0,85 0,53 - 0,60 7 Fosfat ppm 0,046 - 0,053 0,045 - 0,050 0,052 - 0,054 0,046 - 0,050 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.1.1 Waktu Penelitian