Hal yang sama juga dilakukan pada pengujian masing-masing sub area pada kedua lokasi penelitian yaitu panjang mantel rata-rata antara hamparan dangkal
perairan Karang Congkak dengan hamparan dangkal perairan Karang Lebar dan Semak Daun, goba perairan Karang Congkak dengan goba perairan Karang Lebar
dan Semak Daun, dan tubir perairan Karang Congkak dengan tubir perairan Karang Lebar dan Semak Daun. Adapun langkah dalam analisis data sama seperti yang telah
dilakukan sebelumnya pada masing-masing sub area. Adapun salah satu hipotesis yang digunakan ialah sebagai berikut, contoh yang digunakan di hamparan dangkal
perairan Karang Congkak dengan dengan hamparan dangkal perairan Karang Lebar dan Semak Daun:
H : Panjang mantel rata-rata cumi-cumi sirip besar di hamparan dangkal
perairan Karang Congkak = Panjang mantel rata-rata cumi-cumi sirip besar di hamparan dangkal perairan Karang Lebar dan Semak Daun
H
1
: Panjang mantel rata-rata cumi-cumi sirip besar di hamparan dangkal perairan Karang Congkak ≠ Panjang mantel rata-rata cumi-cumi sirip
besar di hamparan dangkal perairan Karang Lebar dan Semak Daun
3.4.1.2. Distribusi temporal
Data yang digunakan untuk distribusi temporal ialah data hasil tangkapan per periode penangkapannya. Adapun periode penangkapan dibagi menjadi 5 sesuai
dengan pengambilan contoh yaitu 02–10 Maret 2011, 20–27 Maret 2011, 28 Maret – 04 April 2011, 15–21 April 2011, dan 06 Mei–12 Mei 2011. Pada masing-masing
periode penangkapan dibuat data jumlah hasil tangkapan dan didukung dengan jumlah biomassa sehingga dapat dibandingkan satu sama lain.
3.4.2. Distribusi frekuensi panjang mantel
Menurut King 1995 data yang digunakan dalam penentuan distribusi frekuensi panjang adalah data panjang mantel dari cumi-cumi sirip besar yang
ditangkap oleh nelayan Pulau Panggang di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun. Tahap untuk menganalisis data frekuensi panjang mantel cumi-
cumi yaitu :
a Menentukan jumlah selang kelas yang diperlukan
b Menentukan lebar selang kelas, untuk melihat sebaran data yang lebih rinci
penggunaan lebar kelas dalam penelitian ini diperkecil dengan cara membagi dua lebar kelas yang diperoleh berdasarkan persamaan sebelumnya.
c Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas
dengan memasukkan panjang mantel masing-masing cumi-cumi sirip besar pada selang kelas yang telah ditentukan
Distribusi frekuensi panjang mantel yang telah ditentukan dalam masing- masing kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi
normalnya. Grafik tersebut menggambarkan pergeseran sebaran kelas panjang mantel setiap pengambilan contohnya.
3.4.3. Identifikasi kelompok ukuran
Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis frekuensi panjang mantel cumi-cumi sirip besar. Data frekuensi panjang mantel dianalisis
dengan mengunakan metode NORMSEP Normal Separation yang terdapat dalam program FISAT II FAO-ICLARM Stock Assesment Tool. Sebaran frekuensi
panjang mantel dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok ukuran yang diasumsikan menyebar normal, masing-masing dicirikan oleh rata-rata dan
simpangan baku. Dalam memisahkan kelompok ukuran perlu diperhatikan nilai indeks separasi karena sangat diperhatikan dalam penggunaan metode NORMSEP
Hasselblad 1996, Mc New Summeffelt 1978, serta Clark 1981 in Sparre Venema 1999. Apabila indeks separasi kurang dari dua 2 maka tidak mungkin
dilakukan pemisahan kelompok ukuran karena terjadi tumpang tindih antara kedua kelompok ukuran yang dipisahkan. Apabila nilai indeks separasi lebih dari dua 2
maka hasil pemisahan kelompok ukuran dapat diterima dan digunakan untuk analisis selanjutnya.
3.4.4. Pola pertumbuhan