Implementasi untuk pengelolaan cumi-cumi sirip besar

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh berupa keturunan, sex, umur, penyakit, dan parasit. Faktor eksternal yang berpengaruh ialah makanan dan suhu perairan, namun di daerah Indonesia yang beriklim tropis faktor makanan lebih berpengaruh Effendie 2002. Menurut Weatherley 1972 in Tutupoho 2008 determinasi nilai k sangat efektif untuk menganalisis penurunan aktivitas makan sesuai perubahan ketersediaan makanan. Panjang mantel cumi-cumi sirip besar saat t berbeda-beda pada kedua lokasi penelitian. Pada perairan Karang Congkak panjang mantel sebesar 25.01 mm sedangkan di perairan Karang Lebar dan Semak Daun sebesar 25.55 mm. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Nabhitabhata 1996 tentang “Life Cycle of Cephalopoda” yang menyatakan bahwa panjang mantel cumi-cumi sirip besar saat baru menetas dari kapsul telur ialah 5.4 mm. Hal tersebut diduga disebabkan oleh metode yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Sparre Venema 1999 parameter pertumbuhan memiliki peran yang penting dalam pengkajian stok ikan. Salah satu aplikasi yang sederhana adalah untuk mengetahui panjang ikan pada saat umur tertentu atau dengan menggunakan inverse persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat diketahui umur ikan pada saat panjang tertentu. Dengan demikian, penyusunan perencanaan pengelolaan akan lebih mudah.

4.3. Implementasi untuk pengelolaan cumi-cumi sirip besar

Hasil tangkapan menunjukkan adanya cumi-cumi sirip besar yang berukuran kecil, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap populasinya di alam. Cumi-cumi sirip besar yang masih kecil tidak dapat tumbuh hingga dewasa apabila ditangkap secara terus-menerus. Penggunaan alat tangkap sangat berpengaruh terhadap ukuran hasil tangkapan cumi-cumi sirip besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat tangkap jaring dengan mata jaring 1 inch kurang selektif karena ukuran cumi- cumi sirip besar yang tertangkap dengan alat tersebut masih kecil, sehingga sebaiknya mata jaring yang digunakan untuk kegiatan penangkapan diperbesar. Perlu dilakukan pengaturan daerah penangkapan bagi cumi-cumi sirip besar. Pada daerah tubir terdapat cumi-cumi sirip besar yang yang masih berukuran kecil dan tertangkap oleh jaring. Oleh karena itu sebaiknya intensitas penangkapan dengan menggunakan jaring dikurangi pada daerah tubir agar cumi-cumi sirip besar yang masih berukuran kecil dapat tumbuh hingga dewasa. Intensitas penggunaan alat tangkap jaring juga sebaiknya dikurangi pada akhir Maret dan Awal April karena terdapat indikasi rekrutmen yang terjadi pada periode pengambilan contoh ketiga 28 Maret-4 April 2011. Hal tersebut bertujuan agar cumi-cumi sirip besar tersebut dapat tumbuh hingga dewasa. Kebutuhan akan cumi-cumi sirip besar oleh masyarakat lokal membuat permintaan terhadap cumi-cumi sirip besar meningkat. Hal tersebut membuat tekanan kepada nelayan untuk menangkap cumi-cumi sirip besar terus meningkat salah satunya di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun. Penangkapan yang terus meningkat tersebut tidak diimbangi dengan adanya informasi tentang cumi-cumi sirip besar tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan pendataan agar cumi-cumi sirip besar dikumpulkan terlebih dahulu untuk diambil datanya sebelum dijual, yang kemudian data tersebut dapat digunakan untuk meneliti stok cumi-cumi sirip besar sehingga dapat ditentukan pengelolaan selanjutnya baik di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun khususnya dan Kepulauan seribu umumnya. Perlu adanya campur tangan dari pemerintah setempat dalam mengawasi berbagai aktivitas manusia di sekitar perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun agar kegiatan yang dapat merusak lingkungan dapat dicegah. Hal tersebut bertujuan agar kelestarian sumberdaya perikanan di daerah tersebut tetap terjaga salah satunya cumi-cumi sirip besar. Selain itu diperlukan juga peran pemerintah dalam mensosialisasikan pentingnya penggunaan alat tangkap bagi sumberdaya cumi-cumi sirip besar khususnya dan sumberdaya ikan pada umumnya. Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun merupakan tempat yang sesuai bagi sumberdaya ikan untuk hidup sehingga kegiatan manusia banyak dilakukan di daerah tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Distribusi spasial cumi-cumi sirip baik di perairan Karang Congkak maupun perairan Karang Lebar dan Semak Daun tersebar di perairan dangkal hingga perairan dalam. Pada perairan Karang congkak rata-rata tangkapan cumi-cumi sirip besar yang paling banyak tertangkap terdapat di tubir, yaitu sebanyak 5 + 15 ekor dengan ukuran panjang mantel rata-rata 79.60 + 58.24 mm. Pada perairan Karang Lebar dan Semak Daun cumi-cumi sirip besar paling banyak tertangkap di goba, yaitu sebanyak 3 + 2 ekor dengan ukuran panjang mantel rata-rata 126.81 + 39.74 mm. Distribusi temporal cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak berdasarkan jumlah tangkapannya terus mengalami peningkatan dari pengambilan contoh pertama hingga keempat, kemudian mengalami penurunan pada pengambilan contoh kelima. Hal tersebut diiringi dengan penurunan bobot tangkapan dari pengambilan contoh pertama hingga kedua kemudian mengalami peningkatan bobot tangkapan dari pengambilan contoh ketiga hingga kelima. Pada perairan Karang Lebar dan Semak Daun jumlah tangkapan mengalami peningkatan dari pengambilan contoh kedua hingga ketiga dan mengalami penurunan pada pengambilan contoh keempat hingga kelima. Hal tersebut diiringi dengan penurunan bobot dari pengambilan contoh kedua hingga kelima. Sebaran panjang mantel berkisar antara 26 sampai 257 mm di perairan Karang Congkak dan 71 sampai 285 mm di perairan Karang Lebar dan Semak Daun. Pola pertumbuhan cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak dan perairan Karang Lebar dan Semak Daun bersifat allometrik negatif pertumbuhan panjang mantel lebih dominan dibandingkan pertumbuhan bobot tubuhnya. Parameter pertumbuhan cumi-cumi sirip besar yang terbentuk untuk cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak yaitu koefisien pertumbuhan sebesar 0.27 per tahun dan panjang asimtotik sebesar 292.95 mm, sedangkan di perairan Karang Lebar dan Semak Daun memiliki koefisien pertumbuhan sebesar 0.23 per tahun dan panjang asimtotik sebesar 299.25 mm. Pengelolaan cumi-cumi sirip besar ditekankan pada penyesuaian alat tangkap yaitu dengan memperbesar ukuran mata jaring. Selain itu juga mengurangi intensitas