Implikasi terhadap Bank Syariah

99 Analisis perbandingan antar kelompok bank memperlihatkan bahwa pengaruh tingkat bunga bank konvensional terhadap nilai aset bank tidak berbeda antara bank syariah besar dan kecil seperti terlihat pada koefisien D2IR yang tidak signifikan. Sebaliknya, tingkat bagi hasil mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai aset bank syariah antara BUS dan UUS dimana BUS akan menerima dampak lebih besar dibandingkan dengan UUS. Hal ini terlihat dari koefisien yang positif dan signifikan pada variabel D1RR.

7.2. Beberapa Implikasi

Hasil analisis dan pembahasan pada Bab VI dan Bab VII ini memunculkan beberapa implikasi penting bagi kebijakan untuk mengakselerasi pertumbuhan industri perbankan syariah. Implikasi berlaku bagi berbagai pemangku kepentingan industri perbankan syariah seperti bank syariah itu sendiri, industri, regulator atau pengawas dan masyarakat secara luas.

7.2.1. Implikasi terhadap Bank Syariah

Kecenderungan bank konvensional membuka UUS dan akhirnya di-spin- off menjadi BUS mendapatkan justifikasi dari studi ini tanpa kekhawatiran terjadinya kanibalisasi nasabah karena kedua industri masih bersifat komplementer baik bagi kepentingan bank persamaan DPK maupun untuk kepentingan industri perbankan secara keseluruhan. Dengan kata lain, tidak ada dilema antara kepentingan individual bank dengan kepentingan industri dalam hal ini. Hanya saja hubungan yang bersifat komplementer antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional tidak seharusnya terus dipertahankan karena secara konseptual seharusnya kedua industri bersifat substitusi. Karena penyebab utama hubungan komplementer ini diduga adalah terjadinya co- 100 movement antara tingkat bunga dan tingkat bagi hasil, maka bank syariah perlu terus menerus berupaya kembali ke jati dirinya dengan meningkatkan proporsi pembiayaan yang berdasarkan bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah. Godaan selama ini untuk mendapatkan hasil yang cepat dan resiko lebih rendah dengan sistem pembiayaan yang bermarjin tetap seperti murabahah dapat dipahami untuk kepentingan investor dan bisnis. Namun demikian, jika hal ini terus menerus dibiarkan dominan akan sulit untuk meyakinkan masyarakat bahwa bank syariah merupakan bank yang berbeda dengan bank konvensional. Untuk mendorong hal ini diperlukan kerjasama berbagai pihak yang terkait seperti pengawas dan regulator lihat Ascarya, 2011. Untuk meningkatkan pertumbuhan bank ada dua variabel utama yang dapat diupayakan oleh masing-masing secara internal. Yang pertama adalah meningkatkan jumlah kantor secara progresif. Walaupun hal ini pada awalnya mungkin akan mengurangi tingkat keuntungan, akan tetapi akan berpengaruh positif terhadap peningkatan DPK dan aset secara total. Kedua, adalah terus menerus meningkatkan kualitas manajemen dengan menekan rasio BOPO. Dalam hal ini, kendala terbatasnya SDM perbankan syariah akan menghambat upaya ini. Penggunaan SDM perbankan konvensional yang telah berpengalaman merupakan solusi jangka pendek dengan resiko pragmatisme bisnis yang digunakan oleh SDM tersebut tidak jarang dapat membahayakan penerapan konsep syariah itu sendiri. Dalam hal ini peranan Dewan Pengawas Syariah untuk mengawal penerapan prinsip-prinsip syariah menjadi sangat penting. Selain faktor kualitas manajemen dan perluasan jangkauan, status bank juga terlihat berpengaruh dalam studi ini terhadap perkembangan bank. Oleh karena itu, akselerasi konversi status bank dari UUS menjadi BUS dan upaya progresif untuk meningkatkan aset bank akan menjadi faktor yang kondusif bagi 101 bank untuk meningkatkan efisiensi dan mendukung pertumbuhan industri yang semakin cepat.

7.2.2. Implikasi terhadap Industri