Hubungan Struktur Pasar dan Tingkat Keuntungan

86 bervariasi. Dalam simulasi, invariance ini sudah dicoba untuk diatasi dengan merasiokan RGDP dengan RR, misalnya, yang menggambarkan strategi bank syariah dalam merespon pertumbuhan ekonomi, akan tetapi hasilnya membuat model secara keseluruhan menjadi lebih buruk. Upaya memasukkan variabel dummy kebijakan D4 juga dilakukan dan berhasil menyebabkan variabel RGDP signifikan dan positif, tetapi menyebabkan variabel-variabel lain yang menjadi fokus utama pada persamaan ini IRRR tidak signifikan dan model secara keseluruhan lebih buruk, yang ditunjukkan oleh Adjusted-R 2 yang lebih rendah. Alasan lain kenapa tidak signifikannya peran RGDP ini akhirnya tidak begitu dipermasalahkan karena memang penekanan model ini adalah pada pengaruh variabel IRRR untuk melihat keterkaitan industri perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Pada model pertumbuhan industri, variabel ini akan didalami lebih lanjut karena pengaruhnya tidak dapat diabaikan begitu saja.

6.2. Hubungan Struktur Pasar dan Tingkat Keuntungan

Pada model ini ada empat persamaan yang diestimasi dengan mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Smirlock 1985. Keempat persamaan diestimasi dengan menggunakan model FE dan ringkasan hasilnya disajikan pada Tabel 9. Hasil uji Hausman memperlihatkan model FE lebih sesuai untuk model ini dibandingkan dengan model Random dengan Chi-sqr Stat 26.24 dan P-value 0.0002. Rincian hasil estimasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Seluruh persamaan yang diestimasi mempunyai goodness of fit yang baik dengan F-test yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99 dan R 2 Industri perbankan syariah Indonesia ditandai oleh struktur pasar yang sangat terkonsentrasi, walaupun dengan penguasaan yang semakin menurun dari tingkat nilai CR2 lebih dari 75 pada tahun 2005 menjadi hanya sekitar 55 di atas 86. 87 pada tahun 2010. Penurunan nilai CR2 ini sejalan dengan semakin banyaknya jumlah bank syariah. Terlepas dari kecenderungan CR2 yang semakin menurun, sejak tahun 1999 pangsa pasar perbankan syariah terus dikuasai secara dominan oleh hanya dua bank besar yaitu BSM dan BMI. Bank terbesar setelah kedua bank tersebut hanya menguasai masing-masing kurang dari 7 pangsa pasar. Tabel 9. Ringkasan Hasil Estimasi Hubungan Struktur Pasar dengan Tingkat Keuntungan Perbankan Syariah Variabe Terikat Intersep CR2 MS MSCR2 BOPO ASET DPK P- value F-stat R 2 ROA -9.8991 0.0000 0.0057 0.0059 - - -0.0459 0.0000 2.5419 0.0001 -1.5601 0.0022 0.0000 0.86 ROA -10.1866 0.0007 - 0.1259 0.0001 - -0.0459 0.0000 2.4757 0.0000 -1.5233 0.0008 0.0000 0.88 ROA -9.1808 0.0014 -0.0133 0.6675 0.1529 0.0328 - -0.0454 0.0000 2.3319 0.0004 -1.4310 0.0049 0.0000 0.87 ROA -14.4392 0.0001 0.2699 0.0276 0.4536 0.0015 -0.0064 0.0157 -0.0493 0.0000 2.5924 0.0001 -1.4296 0.0023 0.0000 0.91 Keterangan:- Angka dalam kurung adalah P-value untuk koefisien di atasnya - Semua variabel dalam bentuk Ln kecuali BOPO, CR2 dan MS yang sudah dalam satuan persen. - Variabel CR2 dan MS diinteraksikan dengan Dummy BMI dan BSM=1 dan selainnya= 0 Teori Mikroekonomi mengatakan bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap pasar sehingga mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat, sementara secara normatif perbankan syariah tidak diperbolehkan untuk menggunakan potensi kekuatan pasarnya untuk mengeksploitasi pasar. Namun sampai sekarang baik BI maupun Dewan Pengawas Syariah belum mempunyai mekanisme dan prosedur untuk memastikan tidak dilanggarnya landasan normatif tersebut, terutama oleh Bank Syariah yang dominan. Tabel 9 memperlihatkan bahwa dari persamaan pertama, konsentrasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan bank syariah yang mendukung hipotesis tradisional bahwa bank yang dominan mempergunakan 88 kekuatan pasar mereka untuk mendapatkan ekstra keuntungan. Namun persamaan kedua juga memperlihatkan bahwa pangsa pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan yang menunjukkan bahwa bank yang mempunyai pangsa pasar yang lebih besar mempunyai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari pesaingnya sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Persamaan ini mendukung hipotesis Efficient Structure. Untuk menguji hipotesis mana yang berlaku, kedua variabel MS dan CR2 secara bersamaan dimasukkan ke dalam model. Ternyata setelah dikontrol dengan MS, CR2 menjadi tidak signifikan, sedangkan MS tetap positif dan signifikan. Menurut Smirlock 1985, hasil ini secara mutlak menunjukkan dukungan terhadap hipotesis Efficient Structure. Pembuktian lebih lanjut adalah diperolehnya koefisien yang negatif dan signifikan pada variabel interaksi MS dan CR2 MSCR2 sesuai dengan ekspektasi. Jika konsentrasi yang tinggi menyebabkan perilaku kolutif yang dicirikan oleh pembagian keuntungan yang tidak proporsional antara bank besar dan kecil, maka koefisien MSCR2 akan positif dan signifikan. Hasil ini memperbaiki ketidakjelasan kesimpulan yang diperoleh oleh Amalia dan Nasution 2007 tentang hubungan struktur pasar dan keuntungan pada perbankan syariah dengan menggunakan data bulanan Januari 2002-Nopember 2005 dan hanya menggunakan tiga bank syariah sebagai sampel. Selain variabel-variabel utama yang telah menghasilkan kesimpulan sesuai dengan yang diduga seperti di atas, model ini juga menggunakan variabel lain yang tergolong ke dalam variabel spesifik bank yaitu BOPO, ASET dan DPK. Keseluruhan variabel ini pada seluruh persamaan berpengaruh signifikan dengan tanda sesuai dengan yang diharapkan, kecuali untuk variabel DPK. BOPO yang biasanya digunakan sebagai proksi kualitas manajemen menunjukkan pengaruh 89 yang negatif dalam arti semakin tinggi rasio BOPO yang menunjukkan kualitas manajemen yang semakin kurang baik akan menyebabkan turunnya tingkat keuntungan yang diukur dengan ROA. Namun demikian jika dilihat besaran pengaruh, terlihat bahwa pengaruh perubahan rasio BOPO terhadap ROA tidak terlalu besar, yaitu hanya sekitar 0.05 persen untuk setiap 1 persen kenaikan rasio BOPO. Pengaruh ASET terhadap ROA jauh lebih besar dibandingkan dengan pengaruh BOPO. Untuk seluruh persamaan, setiap kenaikan perubahan ASET sebesar 1 persen akan menyebabkan kenaikan ROA sebesar 2.5 persen. Dengan demikian, strategi untuk meningkatkan jumlah ASET bukan hanya strategis untuk meningkatkan pangsa pasar industri perbankan syariah secara keseluruhan, tetapi juga sangat strategis untuk meningkatkan tingkat profitabilitas masing-masing bank. Variabel DPK mempunyai tanda pengaruh yang agak mengejutkan karena bertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar Dana Pihak Ketiga yang dikumpulkan cenderung menyebabkan tingkat profitabilitas yang semakin rendah. Besarnya investasi yang diperlukan untuk meningkatkan DPK dengan memperluas jangkauan seperti pembangunan kantor cabang diduga menjadi salah satu penyebab tanda yang negatif ini.

6.3. Tingkat Persaingan Industri Perbankan Syariah Indonesia