77 Untuk mengatasi masalah utama di atas, beberapa solusi dirumuskan
oleh Ascarya 2011, yaitu edukasi tentang skema pembiayaan berbasis bagi hasil kepada nasabah, meningkatkan komitmen manajemen puncak perbankan,
merumuskan protokal dan grand strategy, mengeluarkan regulasi yang mendukung dan meningkatkan komitmen, kemauan serta serta keberanian politik
pemerintah. Agar solusi tersebut dapat terwujud diperlukan strategi pengembangan produk, peningkatan pelayanan, dan pemetaan pasar serta
kebijakan perlakuan yang adil dan profesionalisme pelaku perbankan syariah.
5.5. Kinerja Industri Perbankan Syariah Indonesia
Pada Bab I telah disajikan beberapa indikator kinerja industri perbankan syariah lihat Tabel 1. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa industri perbankan
syariah sudah tumbuh secara konsisten dengan laju pertumbuhan yang jauh lebih tinggi daripada laju pertumbuhan perbankan konvensional. Tabel 5 juga
menyajikan kinerja dalam bentuk jumlah bank baik BUS, UUS, BPRS maupun jumlah kantor. Kesemua indikator kembali menunjukkan pertumbuhan yang
mengesankan seperti halnya pertumbuhan nilai aset, khususnya dalam hal jumlah kantor yang meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dalam satu dekade.
Tabel 6 menyajikan data lain yang merupakan salah satu keunggulan perbankan syariah yang belum pernah mampu ditandingi oleh perbankan
konvensional, yaitu tingginya rasio pembiayaan dibandingkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan dari masyarakat. Angka yang pada beberapa tahun
tertentu bahkan melebihi 100 persen menunjukkan bahwa perbankan syariah berpotensi besar sebagi agen pertumbuhan ekonomi dengan tingginya
persentase dana yang dikembalikan kepada masyarakat. Satu masalah yang masih menjadi kritik terhadap tingginya jumlah pembiayaan ini adalah pada
78 aspek komposisi pembiayaan yang masih didominasi jenis murabahah lebih dari
50 pembiayaan, bukan mudharabah dan musyarakah yang akan berhubungan langsung dengan pertumbuhan sektor riil.
Tabel 6. Perkembangan Nilai Deposit, Pembiayaan dan Rasio Finance to
Deposit FDR Perbankan Syariah Periode 2000-2010
Indikator 00
01 02
03 04
05 06
07 08
09 10
Pembiaya an Rp. T
1.3 2.1
3.3 5.5
11.5 15.2
19.5 27.9
38.2 46.9
68.2
Deposit Rp. T
1.0 1.8
2.9 5.7
11.9 15.6
20.7 25.7
36.9 52.3
76.0
FDR
123 113
112 97
97 98
95 109
104 90
90 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia, BI
Terlepas dari berbagai indikator kinerja perbankan syariah yang sangat mengesankan, laju pertumbuhannya ternyata tidak cukup tinggi untuk
meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah secara signifikan. Akibatnya target pencapaian pangsa pasar yang telah ditetapkan tidak pernah tercapai.
Tidak heran kalau muncul pertanyaan apakah pertumbuhan industri perbankan syariah yang tinggi hanya karena fenomena umum dari sebuah industri yang
masih muda dan mempunyai pangsa yang masih kecil. Dalam kasus Indonesia, hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengingat besarnya potensi yang dimiliki
oleh pasar Indonesia untuk pertumbuhan perankan syariah. Beberapa indikator kinerja perbankan syariah yang harus mendapatkan
perhatian serius adalah tingkat Non Performing Financing NPF yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata Non Performing Loan NPL perbankan
konvensional, walaupun persentasenya masih di bawah ambang batas yang ditetapkan Bank Indonesia dan memperlihatkan kecenderungan yang semakin
membaik. Lebih tingginya NPF dibandingkan dengan NPL mengindikasikan
79 bahwa tingkat eksposur perbankan syariah terhadap resiko relatif tinggi dan atau
kemampuan bank syariah mengelola resiko relatif lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional Rohilina dan Wibisono, 2011. Jika hal ini tidak
diperhatikan, maka dikhawatirkan akan dapat mengganggu dayasaing perbankan syariah terhadap perbankan konvensional sehingga semakin memperberat
upaya meningkatkan pangsa pasar secara signifikan. Selain masalah NPF, rasio BOPO yang sering dugunakan untuk
menggambarkan kualitas manajemen perbankan syariah juga relatif masih stabil berada pada tingkat antara 75 sampai 85 persen seperti terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Rasio BOPO Dua Bank Syariah Terbesar dan Rata-rata Industri Periode 2005-2010
Aspek kualitas manajemen ini berpotensi untuk lebih ditekan lagi dalam rangka meningkatkan dayasaing dan akhirnya pangsa pasar perbankan syariah.
Gambar 8 memperlihatkan bahwa bahkan untuk bank syariah yang besar dan paling berpengalaman BMI dan BSM, tingkat BOPOnya masih di atas rata-rata
BOPO industri perbankan syariah. Namun demikian, di tengah terbatasnya ketersediaan SDM perbankan syariah, upaya ini memang tidak mudah. Tekanan
kepentingan bisnis dan keuntungan serta pertumbuhan dalam waktu cepat,
80 menyebabkan banyak bank syariah yang lebih senang membajak SDM yang
sudah jadi dari bank syariah lain daripada mengembangkannya sendiri. Jalan pintas dengan merekrut tenaga profesional dari perbankan konvensional juga
tidak terhindarkan, walaupun tenaga profesional tersebut tidak sepenuhnya yakin akan keunggulan perbankan syariah.
81
VI. DINAMIKA STRUKTUR PASAR DAN TINGKAT PERSAINGAN INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA