Implikasi terhadap Regulator dan Pengawas

102 didukung pada tingkat industri adalah upaya untuk memperbesar pool SDM perbankan syariah dengan cara melakukan pengembangan SDM sendiri atau mengalokasikan dana yang cukup untuk mengembangkan SDM syariah, dibandingkan mengamankan kepentingan jangka pendek dengan melakukan saling bajak SDM yang telah jadi.

7.2.3. Implikasi terhadap Regulator dan Pengawas

Bank Indonesia perlu segera menuntaskan dan memapankan studi tentang indeksasi Rate of Return Sektor Riil sebagai bagian dari kelengkapan infrastruktur untuk referensi industri perbankan syariah dalam menentukan tingkat bagi hasil sehingga kecenderungan co-movement antara RR dan IR semakin berkurang. Pada akhirnya hal ini diperkirakan akan semakin mendiferensiasi perbankan syariah di mata konsumen terhadap bank konvensional sehingga semakin mempertegas pencitraan berbedanya bank syariah dengan bank konvensional. Dampak ini pada gilirannya diperkirakan akan berpengaruh positif kepada laju pertumbuhan industri perbankan syariah secara keseluruhan. Lahirnya UU perbankan syariah terbukti berpengaruh sangat signifikan terhadap pertumbuhan industri. Hal ini mempertegas bahwa intervensi pemerintah yang memihak kepada industri perbankan syariah dan menggarap sisi supply ternyata sangat efektif untuk meningkatkan pertumbuhan, bahkan lebih efektif daripada upaya-upaya internal bank dan industri. Efektivitas sisi supply ini juga diperkuat oleh signifikannya pengaruh variabel luas jangkauan dalam bentuk kantor cabang dalam meningkatkan DPK dan pertumbuhan industri. Oleh karena itu, berbagai upaya terobosan dari pihak regulator yang bersifat antisipatif sangat ditunggu oleh pihak industri karena seringkali terbukti tidak hanya efektif tetapi juga cepat dirasakan dampaknya. Sementara berbagai 103 strategi yang lebih berorientasi kepada sisi demand konsumen, seringkali efektifitasnya rendah dan memakan waktu lama. Fatwa MUI tentang haramnya bunga bank pada tahun 2004, misalnya, ternyata tidak berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan bank syariah baik dari sisi likuiditas, profitabilitas maupun efisiensi Widagdo dan Ika 2008. Hal ini mengindikasikan tidak mudahnya merubah sikap masyarakat. Salah satu bentuk keberpihakan pemerintah terhadap perbankan syariah yang telah dilakukan di berbagai negara lain seperti Malaysia dan negara Timur Tengah adalah dukungan regulasi dan political will untuk menempatkan sebagian dana pemerintah pada bank syariah. Upaya terobosan seperti ini diperlukan terutama untuk mendongkrak pangsa pasar industri perbankan syariah ke tingkat yang mencapai tingkat kritis untuk berjalan sendiri. Kesimpulan Efficient Structure Hypothesis pada industri perbankan syariah menunjukkan bahwa kekhawatiran KPPU terhadap Arsitektur Perbankan Indonesia yang mendorong proses merger dan akuisisi sehingga industri perbankan semakin terkonsentrasi tidak berdasar, paling tidak untuk industri perbankan syariah. Temuan bahwa walaupun struktur pasar terkonsentrasi, perilaku bank syariah terbukti tidak kolutif tetapi sangat bersaing dengan dasar efisiensi juga berimplikasi bahwa untuk menilai tingkat persaingan, pendekatan struktural yang umum dilakukan termasuk oleh KPPU tidak cukup. Diperlukan pendalaman kajian persaingan secara non-struktural dan kajian perilaku. Tidak dilakukannya pendalaman kajian persaingan ini dapat memberikan masukan yang menyesatkan bagi pengawas persaingan sehingga dilahirkan kebijakan yang tidak tepat. Namun demikian, penelitian ini memperlihatkan hasil yang menarik setelah analisis determinan pertumbuhan industri dilakukan. Struktur pasar 104 dalam bentuk tingkat konsentrasi industri mungkin tidak perlu dikhawatirkan dalam kasus perbankan syariah karena adanya tuntutan syariah untuk tetap bersaing dan atau tekanan contestability. Akan tetapi tingkat konsentrasi terbukti dapat menghambat pertumbuhan industri sehingga akan ideal jika pemerintah dan industri mendorong agar pertumbuhan industri bersifat semakin mengurangi tingkat konsentrasi. Mengingat potensi pasar bagi perbankan syariah masih sangat besar, hal ini tidak harus berarti menghambat pertumbuhan bank syariah yang sudah besar, tetapi memfasilitasi bank syariah yang kecil untuk tumbuh lebih cepat. Penelitian ini menyiratkan, misalnya, bahwa status BUS akan lebih mendukung terhadap pertumbuhan dibandingkan dengan status UUS. Oleh karena itu kebijakan BI untuk mempercepat proses spin-off UUS dari bank induknya perlu terus dilakukan bahkan ditingkatkan. Hasil kajian empiris penelitian ini juga memperlihatkan bahwa industri perbankan syariah sudah memenuhi necessary condition untuk persaingan secara syariah terjadi persaingan yang tinggi berdasarkan efisiensi, tetapi belum cukup informasi untuk secara tegas menyimpulkan bahwa industri bersaing karena kepatuhan terhadap landasan normatif atau karena tekanan contestability yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan kajian lanjutan berdasarkan data primer dari bank maupun persepsi konsumen dan diperlukan peran aktif Dewan Pengawas Syariah masing-masing bank serta Dewan Syariah Nasional untuk pro-aktif mengawasi perilaku bersaing ini tidak hanya fokus pada kesyariahan produk dan proses internal. Untuk implikasi yang terakhir ini, pada sub-bab terakhir Bab ini akan disajikan proposal prosedur pengujian tingkat kepatuhan terhadap prinsip bersaing secara syariah untuk pedoman awal bagi pemangku kepentingan, 105 khususnya pengawas di BI dan Dewan Syariah Nasional atau Dewan Pengawas Syariah masing-masing bank dalam mengawasi persaingan. 7.3. Prosedur Pengujian Tingkat Kepatuhan terhadap Prinsip Persaingan Islami: Sebuah Proposal Perkembangan kajian empiris dan teori pada ilmu Organisasi Industri memungkinkan disusunnya secara sistematis pengujian seberapa jauh tingkat kepatuhan industri perbankan syariah terhadap landasan normatif persaingan yang telah ditetapkan. Ada dua syarat condition yang harus dipenuhi agar suatu persaingan industri disebut islami. Syarat pertama yang merupakan syarat keharusan necessary condition adalah industri harus bersaing secara sempurna, terlepas dari apapun bentuk struktur pasarnya. Syarat kedua yang merupakan syarat kecukupan sufficient condition adalah persaingan yang terjadi dalam industri dimotivasi oleh kepatuhan akan tuntutan syariah bukan karena tekanan persaingan atau contestability pasar. Secara sistematis tahapan pengujian untuk masing-masing syarat dapat dilihat pada Gambar 9.

7.3.1. Uji Syarat Keharusan