Iklim Detection method of forest degradation using landsat satelite image at dry land forest in Gunung Halimun Salak National Park

TNGHS berkisar antara 4.000 – 6.000 mmtahun. Suhu rata-rata harian berkisar antara 20° - 30° C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 5 – 6 .

3.5 Flora dan Fauna

Flora yang ada di setiap tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS, adalah sebagai berikut : a. Ekosistem Hutan Hujan Tropis Pegunungan Zona Collin. Ekosistem TNGHS merupakan hutan hujan tropis pegunungan yang terluas di Pulau Jawa. Kawasan ini juga merupakan habitat berbagai jenis satwa, tumbuhan dan jasad renik. Pada ketinggian 500 – 1000 mdpl Zona Collin, jenis tumbuhannya antara lain : rasamala Altingia exelsa, puspa Schima wallichii, saninten Castanopsis javanica, kiriung anak Castanopsis acuminatissima, dan pasang Quercus gemeliflora. b. Hutan Hujan Tropis Pegunungan Zona Sub Montana. Pada ketinggian 1.000 – 1.400 mdpl Zona Sub Montana, terdapat beberapa jenis seperti Acer laurinum, ganitri Elaocarpus ganitrus, Eurya acuminatissima, buni Antidesma bunius, beringin Ficus spp, kayu manis Cinnamomum sp, kileho Saurauia pendula, dan kimerak Weinmania blumei. c. Hutan Hujan Tropis Pegunungan Zona Montana. Pada ketinggian di atas 1.500 mdpl Zona Montana didominasi oleh jenis-jenis Podocarpus seperti kibima Podocarpus blumei, kiputri Podocarpus imbricaus, dan jamuju Dacrycarpus imbricatus. Disamping jenis-jenis tersebut, terdapat sekitar 75 jenis anggrek yang diantaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophylum binnendykii, Bulbophylum agustifolium, Cymbidium ensifolium, dan Dendrobium macrophyllum. Beberapa jenis flora endemik di kawasan ini, antara lain Dipterocarpus hasseltii, dan Neesia altisima. Di dalam kawasan TNGHS terdapat habitat dari berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Jenis-jenis satwa yang hidup di kawasan ini, yaitu owa jawa Hylobates moloch, surili Presbytis comata, lutung budeng Trachypihecus auratus, kancil Tragulus javanicus, kijang Muntiacus muntjak, macan tutul Panthera pardus, dan anjing hutan Cuon alpinus. Kawasan ini juga memiliki keanekaragaman jenis burung. Terdapat kurang lebih 204 jenis burung dan 90 jenis diantaranya merupakan burung yang menetap serta 35 jenis merupakan jenik endemik di Jawa termasuk burung elang jawa Spizaetus bartelsi. Selain itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung cica matahari Crocias albonotatus, dan burung poksai Garrulax rufifrons. Burung elang jawa yang identik dengan lambang negara Indonesia burung garuda, cukup banyak dijumpai di kawasan ini.

3.6 Sosial Ekonomi Masyarakat

Jumlah penduduk yang berdomisili di dalam dan disekitar kawasan TNGHS lebih dari 160.000 jiwa, yang berada dalam 13 kecamatan, 46 desa, dan masuk ke dalam 3 Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Lebak. Masyarakatnya merupakan suku Sunda – Banten termasuk kasepuhan di dalamnya seperti Citorek, Cicarucub, Cisungsang, Cicemet, dan Cisitu. Lokasi penelitian yang berada di sekitar kasepuhan Ciptagelar dan Sirnaremsi ini memiliki susunan pemerintahan non formal secara tradisional yang terpisah dari struktur pemerintahan yang ada. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda dan mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Menurut Irwan 2008, masyarakat lokal menggunakan atau melindungi hutan berdasarkan konsep turun menurun seperti adanya leuweung titipan, leuweung tutupan ataupun leuweung bukaansampalan. Mereka masih memiliki interaksi yang kuat dengan hutan disekitarnya. Mereka juga memiliki pengetahuan etnobotani dan penggunaan tanamantumbuh-tumbuhan di sekitar mereka. Mereka mengetahui lebih dari 400 jenis tumbuhan dan menggolongkan berdasarkan penggunaannya. Masyarakat setempat memanfaatkan hutan dan lahan sekitarnya dalam berbagai cara, yaitu seperti humaladang, sawah, dan talun. Sawah bagi mereka sangat penting. Setiap tahun Kasepuhan mengadakan pesta panen tahunan