Sejarah TNGHS Detection method of forest degradation using landsat satelite image at dry land forest in Gunung Halimun Salak National Park
Selain itu terdapat batuan sedimen di bagian utara yang awalnya merupakan kubah, terutama terdiri dari batuan debu calcareous. Di daerah sekitar
TNGHS terdapat hal yang menarik dan luar biasa yaitu adanya kandungan emas dan perak. Biji emas dan perak mungkin terangkat pada saat timbulnya kubah
bawah pertama yang menghasilkan retakan-retakan tegangan yang kemudian terisi oleh batuan kuarsa, seperti yang ditemukan di DAS Ciburial dan Cihara.
Jenis tanah di kawasan TNGHS terdiri atas 12 tipe tanah dan dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu andosol dan latosol. Untuk tujuan
pertanian, tanah di kawasan TNGHS mempunyai kesuburan kimiawi yang minim sampai cukup, namun sifat-sifat fisikanya cukup bagus. Tanah dan batuannya
dapat dikatakan mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik sebagai daerah tangkapan dan peka terhadap erosi. Tekstur tanah umumnya didominasi oleh
partikel seukuran debu yang mudah tercuci. Sifat-sifat tanah juga menunjukkan sifat vulkanik tua yang perkembangan tanahnya menunjukkan adanya evolusi
tanah dari vulkanik tua yang sebenarnya sedang mengalami proses transisi dari andosol dan latosol.
Kawasan TNGHS memiliki fungsi vital sebagai daerah tangkapan air yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat beberapa kabupaten disekitarnya.
Banyak sungai yang berasal dari kawasan ini yang bermuara ke Laut Jawa di utara maupun Samudera Indonesia di selatan.Di bagian utara Gunung Halimun terdapat
tiga sungai penting, yaitu sungai Ciberang Ciujung, sungai Cidurian dan Cikaniki Cisadane. Sungai-sungai ini mengalir melintasi Jakarta dan Serang. Di
sebelah selatan mengalir sungai Cisukawayana, Cimaja, dan Cibareno yang bermuara di pantai Pelabuhan Ratu dan di sebelah timur terdapat sungai Citarik.