2.6 Identifikasi Peubah Degradasi Hutan di Lapangan
Kriteria  untuk  menentukan  hutan  terdegradasi  di  lapangan  adalah  dengan menggunakan  peubah  yaitu  tegakan,  indikator  kanopi  dan  Leaf  Area  IndexLAI
Sprintsin et al. 2009; SEAMEO BIOTROP 2001; IPCC 2009. Kriteria degradasi adalah  apabila  terjadi  penurunan  volume,  kerapatan  tegakan  pohonHa,  luas
bidang dasar m
2
ha, crown indicator, kerapatan kanopi , dan Leaf Area Index LAI  yang  merupakan  indikator  yang  digunakan  dalam  Global  Circulations
Models  for    Predicting  Global  Warming  Kusakabe  et  al.  2000.    Penggunaan indikator  kanopi  dan  LAI  untuk  pendugaan  degradasi  hutan  didasarkan  bahwa
perubahan luas dan struktur kanopi akan mempengaruhi produksi tegakan Breda 2003. Penggunaan peubah-peubah tersebut digunakan untuk dapat menghasilkan
peubah yang terbaik untuk indikator degradasi hutan. Persamaan luas bidang dasar Lbds yang digunakan adalah:
Lbds = 0.25 D
2
dimana: Lbds = Luas bidang dasar m2pohon;
= 3.14; dan D = Diameter Pohon m.
Persamaan volume yang digunakan adalah: V= lbds Tf
dimana: V = volume m3pohon;
Lbds = Luas bidang dasar ; T = Tinggi total pohon m;
F = faktor bentuk 0,7. Data  crown  indicator    adalah    data  CSI  crown  size  index,  CDI  crown
damage index dan VCR Visual Crown Rating.  Menurut SEAMEO BIOTROP 2001, formula CSI adalah sebagai berikut:
1. CSI = 0.5CD + 0.25 LCR + 0.25Density
dimana:
CD   = Crown Diameter diameter tajuk dalam meter diukur rata 2 kali pengukuran dengan diagonal;
LCR =  Live  Crown Ratio   dalam   yaitu rasio  panjang tajuk  dibandingkan dengan tinggi pohon;
Density = Crown Density dalam  yaitu persen tutupan tajuk. Sedangkan formula CDI adalah:
2. CDI = Transparency + Dieback2
dimana : Transparency  =  Folieage  Transparency  dalam  persen  yaitu  persentase
cahaya matahari yang masuk ke celah tajuk; dan Dieback  =  Crown  Dieback    dalam  persen  yaitu  rasio  kerusakan  pada  tajuk
cabang dengan total tajuk. 3.
FCR = CSI+CDI2 Leaf  area  index    LAI  adalah  rasio  total  permukaan  daun  atas  dibagi
dengan  permukaan  tanah  dimana  tumbuhan  tersebut  berada.  Pengukuran  LAI dapat  dilakukan  dengan  2  metode  yaitu  metode  langsung  direct  method  dan
tidak  langsung  indirect  method.  Penelitian  ini  menggunakan  metode  tidak langsung  dengan  menggunakan  hemispherical  photography  fisheye  camera
untuk mengestimasi LAI. Berdasarkan  beberapa  peubah-peubah  tersebut  maka  dilakukan  analisis
regresi antara peubah Y yaitu kerapatan tegakan Kt, lbds dan volume V dengan peubah X yaitu kerapatan kanopi Kr, LAI, CSI, CDI dan VCR. Analisis ini akan
menghasilkan  peubah  tajuk  apa  yang  mempengaruhi  tingkat  degradasi  hutan berdasarkan  kerapatan  tegakan,  lbds  dan  volume.  Secara  matematis  hubungan
fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Kt = f LAI, f Kr, f CSI, f CDI, f VCR
Lbds = f LAI, f Kr, f CSI, f CDI, f VCR V = f LAI, f Kr, f CSI, f CDI, f VCR
Klasifikasi  kerapatan  hutan  berdasarkan  semua  peubah  di  lapangan dilakukan  dengan  menggunakan  peubah  kerapatan  kanopi  sebagai  dasar  peubah
X.  Analisis  regresi  linier  dan  non  linier  dilakukan  untuk  pendugaan  semua peubah  dari  peubah  X  yaitu  kerapatan  kanopi.  Hal  ini  dilakukan  karena  pada
klasifikasi  citra  yang  digunakan  sebagai  training  area  adalah  berdasarkan kerapatan  kanopi  pada  citra  Quickbird.  Hubungan  matematisnya  adalah  sebagai
berikut: Kt = f Kr secara linier dan non linier
Lbds = f Kr secara linier dan non linier V = f Kr secara linier dan non linier
LAI  = f Kr secara linier dan non linier CSI   = f Kr secara linier dan non linier
CDI  = f Kr secara linier dan non linier VCR= f Kr secara linier dan non linier
2.7 Uji Akurasi