III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Kajian
Lokasi tempat penelitian adalah PT. Safira Tumbuh Berkembang PT. STB yang berlokasi di Jl K.H. Moch Toha 13 Ciawi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
Letaknya hanya 2 km dari persimpangan jalan Ciawi-Sukabumi menuju Gadok
Lampiran 1.
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan 5 bulan pada Januari sampai Mei 2011.
3.2. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun cara pengambilan kedua jenis data tersebut adalah sebagai
berikut :
3.2.1. Data Primer
a. Penentuan Responden Dalam penelitian ini populasi adalah guru dan orangtua murid Taman
Kanak-kanak TK di Kota Bogor. Sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan purposive sampling, yaitu sampling yang disengaja dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangannya adalah mudah didatangi dan TK tersebut bersedia diwawancarai. Dari 132 jumlah TK yang terdaftar di kota Bogor, diambil 10 TK
Lampiran 2 sesuai dengan pertimbangan diatas Dari setiap TK diambil 6
responden yang terdiri dari 3 orang tua murid dan 3 orang guru. Dengan demikian jumlah responden sebanyak 60 orang.
Untuk menyamakan persepsi bagi responden baik yang telah dan belum pernah berkunjung ke PT STB, maka dibawa contoh produk mainan anak-anak dari
kayu yang dihasilkan PT. STB. b. Kuesioner
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan responden. Untuk itu disusun pertanyaan secara terstruktur yang memuat proses pengambilan
keputusan konsumen sebagaimana telah diuraikan pada Tinjauan Pustaka Bab II. Menurut Engel et al 1994, proses pengambilan keputusan tersebut meliputi 5
lima tahapan, yaitu pengenalan kebutuhan, mencari informasi, evaluasiseleksi alternatif, pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Selain itu juga dibuat
pertanyaan tentang atribut yang menunjutkan prioritas pertimbangan awal konsumen dalam membeli suatu produk mainan anak-anak dari kayu. Secara
lengkap kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3. c. Observasi
Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung di perusahaan PT. STB dengan cara pengamatan proses produksi dan wawancara
langsung dengan pemilik dan jajaran manajemen perusahaan. Dalam observasi diambil juga foto-foto sebagai dokumentasi.
3.2.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur atau jurnal yang berkaitan dengan penelitian, buku-buku, situs, BPS, Dinas Pendidikan Kota Bogor,
dan instansi terkait lainnya, serta dokumen laporan perusahaan.
3.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Pengolahan Data
Data primer berupa jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan, diolah dengan menggunakan paket program exel.
3.3.2. Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
–kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan obyek kajian
pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan pembelian mainan anak dari limbah kayu. Untuk
memudahkan interpretasi analisis akan digunakan tabel tabulasi. Terdapat berbagai metoda untuk mengetahui atribut prioritas yang paling
dipentingkan konsumen yaitu metoda Fishbein, metoda Thurstone, pendekatan STP segmentasi, Targeting dan positioning, SWOT dan lainnya, namun dalam
penelitian ini penulis menggunakan metoda analisis Thurstone, dengan pertimbangan bahwa kajian yang dilakukan adalah menggali perilaku konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian produk mainan anak-anak. Tahapan metode Thurstone secara ringkas adalah sebagai berikut :
a Membandingkan skala sikap terhadap peubah ke i dan ke j yaitu dengan memberi skor 1 ; jika Vi Vj; dan memberi nilai 0; jika Vi Vj; serta
memberi nilai 0.5 jika Vi=Vj; b Membuat Matrik Frekuensi yaitu jumlah skor masing masing tiap peubah;
c Membentuk matrik proporsi dimana pembagian tiap elemen matriks frekuensi dengan total frekuensi;
d. Transformasi matrik proporsi ke nilai baku Z; e Hitung rataan tiap kolom tanpa menyertakan unsure dari diagonal matriks
kemudian kolom diurutkan mula dari kolom dengan rataan kecil ke besar; f Menghitung selisih antara kolom terdekat. Peubah dengan rataan tertinggi
dikurangi dengan peubah dengan rataan yang lebih rendah. hasilnya merupakan jarak antara dua peubah yang saling berdekatan;
g Hitung skala tiap peubah dengan menetapkan nilai skala pertama bernilai nol. nilai skala selanjutnya dihitung dengan cari nilai kumulatif dari nilai skala
sebelumnya. Penyusunan strategi pemasaran dalam studi ini didasarkan pada proses
pengambilan keputusan konsumen pengenalan kebutuhan, sumber informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, evaluasi pasca pembelian mainan anak-
anak di Rumah Abia, dan prioritas atribut yang diinginkan konsumen sebagai pertimbangan dalam pembelian mainan anak-anak dari limbah kayu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. STB merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang mainan anak-anak, assesories anak dan furniture anak dari bahan dasar kayu. Perusahaan
berdiri sejak tahun 1993 yang beralamat di Jl. Moh. Toha No. 13 Ciawi Bogor. Pada awalnya nama perusahaan adalah Four Corner dan kemudian berganti nama
menjadi PT. Safira Tumbuh Berkembang disingkat dengan PT. STB. PT. STB mempunyai misi memanfaatkan limbah kayu sebagai bahan baku
dalam memproduksi produk mainan anak-anak yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan visinya adalah menjadikan produk PT. STB sebagai produk mainan
anak-anak edukatif yang membangun perkembangan kreatifitas anak. Pada bulan Januari 1995, perusahaan mendapat kunjungan dari SEVI,
perusahaan mainan kayu terbesar di Italia, untuk melihat proses produksi yang ada di Four Corner. Ketertarikan
“SEVI” terhadap mutu produk yang dimiliki oleh Four Corner, pada Nopember 1995 pimpinan perusahaan di undang ke Italia
untuk mengunjungi pabrik mainan kayu “SEVI” dan hasil kunjungan tersebut
perusahaan mendapatkan kontrak kerja selama 10 tahun untuk pemasok mainan kayu dengan merek : Hampelhans
” dan “The Chekies”. Selain itu, perusahaan memperoleh bantuan mesin-mesin produksi dari Italia. Pada tahun 1997, SEVI di
beli oleh TRUDI sehingga kelanjutan kontrak diteruskan TRUDI hingga pertengahan tahun 2000.
Pada bulan Juli 1999, PT. STB mengikuti Pameran Produk Ekspor di Jakarta dengan memperkenalkan produk The Chekies dan
“Hampelhans”. Di luar dugaan respon pasar yang cukup baik menyebabkan permintaan meningkat.
Sejak pertengahan tahun 2000, PT. STB mulai membentuk departemen pemasaran sendiri untuk memperluas pasar, baik lokal maupun internasional.
Dalam menjalankan usahanya PT. STB tidak luput dari perkembangan maupun kegagalan, oleh karenanya pada tahun 2003 melalui proses hubungan baik dan
kelancaran pasokan barang yang di order, PT. STB memutuskan usahanya hanya ekspor ke negara Swiss dan berusaha mengembangkan pasar di dalam negeri
melalui media internet dan pameran ekspo produk dalam negeri yang dilakukan oleh UKM maupun pemerintah seperti perindustrian, perdagangan, Pemda DKI.
Dalam memproduksi mainan anak-anak dari kayu, perusahaan sangat memperhatikan image, fungsi dan ketertarikan anak-anak pada sebuah produk,
sehingga desainnya lebih banyak menggunakan image atau fitur flora dan fauna. Hasil produksi PT. STB dipajang pada outlet yang terdapat di dalam komplek
pabrik yang dinamai Rumah Abia.
4.1.2. Sumber Daya Manusia
PT. STB memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada di daerah sekitar pabrik dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 24 orang. Penempatan pekerja
disesuaikan dengan keterampilan yang dikuasai oleh pekerja. Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari diperlukan
keteraturan dan kejelasan tugas bagi setiap individu dalam perusahaan. Untuk menunjang keteraturan organisasi perusahaan, disusun struktur organisasi
sebagaimana Gambar 8.
Gambar 8. Struktur organisasi PT. STB Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
a. Direktur Utama Sebagai pimpinan sekaligus pemilik perusahaan PT. STB bertugas untuk
menentukan kebijaksanaan perusahaan dan memimpin laju perusahaan. b. Direktur Produksi
Bertugas memimpin proses produksi mulai dari perencanaan, finishing, packaging sampai pada quality control. Disamping itu, direktur produksi juga
merupakan desainer mainan yang akan dihasilkan.
Operasional Direktur
Utama
Direktur Produksi
Direktur keuangan
Manajer Produksi
Purchasing Supervisor
Manajer Keuangan
Administrasi Manajer
Pemasaran
c. Direktur Keuangan Bertugas mengatur segala macam tentang keuangan perusahaan, termasuk
didalamnya mencatat apakah suatu produk memberikan keuntungan untuk perusahaan atau tidak.
d. Manager Produksi Bertugas
mengatur jadwal
produksi, supervisi
proses produksi,
mengkoordinasikan kegiatan, mengawasi proses finishing, proses packaging dan quality control.
e. Manager Administrasi dan Keuangan Mengurus bagian administrasi perusahaan dari pengeluaran bahan baku
sampai pembagian gaji karyawan dan mengatur pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan Seperti mencatat pemasukan dan pengeluaran harian
keuangan. f. Manager Pemasaran
Bertugas mencari dan melayani klien serta distribusi g. Supervisor
Bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan di bagian produksi h. Purchasing
Bertugas untuk menyediakan bahan-bahan baku untuk kepentingan produksi i. Operasional
Bertugas mengoperasionalkan proses produksi, proses finishing dan proses packaging
4.1.3. Pemasaran
a. Pasar Ekspor Pemasaran ekspor hanya terjadi ke Swiss sejak tahun 2003. Pangsa pasar
ekspor semakin tidak dapat diandalkan, sehingga perusahaan juga mulai melakukan mengembangkan pasar domestik.
b. Pasar Domestik Ditengah perkembangannya, pada Januari 2008 perusahaan PT. STB
memperkenal kan Wisata Karya dengan sebutan perusahaan “Factory Chuting”
yaitu anak mengenal lebih dekat proses produksi pembuatan suatu mainan melalui pengamatan proses pembuatan mainan.
Outlet tempat pajangan hasil produksi PT. STB yang disebut dengan Rumah Abia merupakan tempat pemasaran berbagai produk yang diproduksi
oleh PT. STB. Secara otomatis orang tua murid yang ikut datang mendampingi anaknya akan mampir melihat bahkan membeli di outlet ini.
Pemasaran produk yang dilakukan PT. STB selama ini adalah dengan menggunakan 1 Media internet yaitu melalui website rumah_abia.com dan
2 Pameran, yaitu mengikuti pameran-pameran, baik pameran besar maupun bazar-bazar yang diselenggarakan UKM maupun pemerintah seperti Pemda
DKI, Perindustrian, dan lain-lain. Sasaran pasar dalam negeri PT. STB adalah sebagai berikut: 1 Sekolah
Taman Kanak-kanak. Sekolah menjadi target pasar dari PT. STB, karena sekolah dapat menggunakan produk-produk yang diproduksi oleh rumah Abia
sebagai alat peraga dalam proses pembelajaran maupun sebagai mainan, asesories atau hiasan bagi sekolah. 2. Keluarga anak Orang Tua. Anak
dan orang tua tentunya berhubungan erat saat mereka memutuskan untuk menggunakan suatu produk tertentu. Dengan ketertarikan anak terhadap
produk apa yang ingin mereka miliki tentunya membuat orang tua juga ikut memutuskan apakah produk tersebut memang pantas untuk dimiliki dan
digunakan oleh anak mereka.
4.1.4. Produksi
a. Bahan Baku Jenis kayu yang sering digunakan adalah kayu-kayu sisa atau limbah,
karena bentuk produk mainan mayoritas kecil-kecil, mereka dapat memanfaatkan dari kayu-kayu sisa dengan harga yang jauh lebih murah
dibandingkan dengan mereka harus menggunakan jenis kayu baru. Penggunaan bahan baku dari kayu sisa atau limbah dapat menguntungkan
perusahaan sampai 80 dalam bahan baku kayu. Sumber bahan baku diperoleh dari perusahaan furniture yang telah ekspor yang terdapat disekitar
perusahaan, yang merupakan limbah kayu salah desain atau potong. b. Material pendukung
Selain material utama yang digunakan, terkadang PT. STB juga menggunakan material lain yang dapat mendukung produk mereka. Baik
sebagai packaging atau pendukung kebutuhan lainnya. Material lain yang digunakan adalah magnet untuk produk hiasan untuk kulkas, kertas bahan
duplek atau cowrigated yang sifatnya ramah lingkungan, ringan dan aman digunakan untuk kemasan produk mainan, dan jenis logam digunakan untuk
produk hiasan atau gantungan kunci.
c. Kapasitas Produksi Untuk produksi mainan anak dan asesories kamar anak bisa mencapai
antara 20.000 - 30.000 buah per tahun. Sedangkan untuk furniture anak bisa mencapai 15 buah per tahun. Pada produksi furniture anak dihitung
berdasarkan jumlah permintaan konsumen, yakni dari pesanan konsumen yang ingin memiliki furniture khusus untuk kamar anaknya. Pada produksi furniture
anak ini baru dimulai pada tahun 2008. d. Fasilitas Perusahaan
Fasilitas yang dimiliki antara lain, kantor, outlet Rumah Abia, workshop pembentukan mainan, asesories, furniture, peralatan yang tersedia di
workshop PT. STB
4.2. Karakteristik Responden
Jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner kemudian di entri dalam program exel dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Kajian ini melibatkan responden yang berjumlah 60 orang, terdiri dari 30 responden guru Taman Kanak-kanak TK dan 30 responden orangtua murid Taman
Kanak-kanak. Data hasil wawancara responden disajikan pada lampiran 4. Berikut ini adalah karasteristik responden, mencakup usia, pekerjaan, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, jenis kelamin, dan pengeluaran per bulan untuk mainan anak-
anak.
a. Usia Untuk mengetahui pendapat responden terhadap produk mainan anak-anak
yang terbuat dari limbah kayu, responden sebagian besar berusia antara 31-40 tahun 38,3, kemudian disusul usia antara 20-30 tahun 36,7, serta usia
41-50 tahun sebesar 25,0 sebagaimana diperlihatkan Tabel 2 berikut. Tabel 2. Indentifikasi kondisi usia responden penelitian
No Uraian
Jumlah org
Persentase a
20-30 tahun 22
36.7 b
31-40 tahun 23
38.3 c
41-50 tahun 15
25.0 Jumlah
60 100.0
b. Pekerjaan Dilihat dari sisi pekerjaan, sebagian besar responden bekerja sebagai
gurupegawai swasta 56.7, disusul oleh ibu rumah tangga 31,6, PNS sebesar 6,7, dan wiraswasta sebesar 5,0. Secara lengkap proporsi responden
berdasarkan pekerjaan sebagaimana Tabel 3 Tabel 3. Identifikasi pekerjaan responden penelitian
No. Pekerjaan
Jumlah org
Persentase a
ABRIPNS 4
6.7 b
Pengusaha ManagerWirausaha 3
5.0 c
Pegawai swastaguru 34
56.7 d
Ibu Rumah Tangga 19
31.6 Jumlah
60 100.0
c. Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden berpendidikan S1
43,3, kemudian di urutan kedua berpendidikan DiplomaAkademi sebesar 40, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh terhadap penerima dan pergantian informasi yang diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pola pikirnya semakin sistematis
dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Ditengah kesadaran masyarakat akan pendidikan anak saat ini, faktor edukasi dari mainan anak-anak
menjadi penting bagi orang tua.
Tabel 4. Kondisi tingkat pendidikan responden penelitian No
Pendidikan Jumlah
orang Persentasi
a SMU
10 16.7
b DiplomaAkademi
24 40.0
c S1S2S3
26 43.3
Jumlah 60
100.0 d. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah keluarga responden terkait jumlah pengeluaran yang digunakan keluarga dalam mengkonsumsi atau membelanjakan barang dan jasa. Semakin
besar jumlah anggota keluarga biasanya kecenderungan pengeluaran semakin
besar. Berdasarkan Tabel 5, jumlah anggota keluarga responden antara 3 sd 4 orang sebesar 46,7, kemudiaan disusul jumlah anggota antara 5-6 orang
sebesar 31,6. Tabel 5. Jumlah anggota keluarga responden penelitian
No Jumlah anggota Keluarga Jiwa
Jumlah orang
Persentasi a
1 - 2 jiwa 7
11.7 b
3 - 4 jiwa 28
46.7 c
5 - 6 jiwa 19
31.6 d
6 orang 6
10.0 Jumlah
60 100.0
e. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, semua responden atau 100 merupakan
wanita, baik guru taman kanak-kanak maupun orangtua murid. f. Tingkat Pengeluaran Untuk Mainan Per Bulan
Jika dilihat dari sisi pengeluaran responden untuk membeli mainan anak- anak setiap bulannya, nampak bahwa sebagian besar responden atau sebesar
38,3 berpengeluaran sebesar kurang dari Rp 50,000. Sedangkan 33,4 responden mengatakan pengeluarannya untuk mainan anak-anak tidak menentu
dan tergantung permintaan anak. Pengeluaran responden untuk membeli mainan anak-anak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah pengeluaran responden untuk mainan anak-anak setiap bulan
Variabel yang paling sering dilakukan para peneliti pemasaran dalam mengukur kelas sosial adalah pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Dari data
pengamatan terhadap responden bahwa sekitar 68,3 memiliki pekerjaan sebagai ABRIPNS, Pengusaha maupun karyawan swasta maupun guru dengan
tingkat pendidikan. Diploma dan Sarjana. Berkisar 83,3 responden No
Pengeluaran beli mainan anak-anak Rpbln
Jumlah orang
Persentasi a
Rp 50.000 23
38.3 b
Rp 50.000 sd 100.000 11
18.3 c
100.000p 200.000 2
3.3 d
200.000 4
6.7 e
Tidak menentu 20
33.4 Jumlah
60 100.0
berpendapatan minimal Rp 2 Jutabulan. Sebaran usia responden berkisar 20 sd 40 tahun. Berdasarkan penilaian skor status pekerjaan, pendidikan,
pendapatan dan kelompok usia yang dikutip Angel et al 1995 dari Tabel A1 Charles B, Nam dan Mary G 1983 tentang kelas sosial, menunjukkan bahwa
responden berada pada kelas sosial menengah bawah. Perilaku karekteristik responden berguna untuk analisis konsumen dalam mendesain program
pemasaran dan untuk menganalisis pengenalan kebutuhan, proses pencarian, kriteria evaluasi dan pola pembelian produk serta preferensi merek dan
pengolahan media. Pengeluaran yang disediakan responden setiap bulannya untuk membeli
mainan anak-anak yang nilainya sampai Rp 100.000,- sekitar 56,6 dan hanya 10 yang menyediakan pengeluarannya di atas Rp 100.000,- per
bulan menunjukkan bahwa pembelian mainan anak-anak belum menjadi prioritas sebagian besar orangtua dan guru. Dalam penyediaan pengeluaran
untuk membeli mainan anak-anak sebesar 33,4 responden tidak merencanakan pengeluaran bulanan untuk pembelian mainan akan tetapi tergantung situasi,
yaitu pada saat anak menginginkan mainan.
4.3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Mainan Anak-anak 4.3.1. Pengenalan Kebutuhan